بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

 

MEMAHAMI HADIS MAHKOTA UNTUK ORANG TUA DI SURGA

Kemudian penulis kitab ini Imam Al-Ajurri rahimahullah mengatakan:
“Dan Alquran itu akan menjadi saksi, pemberi syafaat, teman, dan penjaga baginya. Dan barang siapa yang keadaannya demikian, berarti dia telah memberi manfaat kepada dirinya sendiri, dan memberi manfaat kepada keluarganya. Bahkan orang tuanya dan anaknya akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di Akhirat.

Beliau menyebutkan suatu hadis yang diriwayatkan oleh Muadz Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ، أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang menghafal Alquran dan mengamalkan isinya, maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota pada Hari Kiamat.”

Dalam hadis ini disebutkan:
“Barang siapa yang menghafal Alquran dan mengamalkan isinya.” Maksudnya, bahwasannya Ahlul Quran yang merupakan keluarga Allah dan orang-orang dekat dengan Allah Subhanahu wa Taala, yaitu mereka yang menggabungkan antara ilmu dan amalan, menggabungkan antara pemahaman dan praktik. Karena mengamalkan petunjuk-petunjuk Alquran adalah tujuan diturunkannya Alquran. Karena Alquran diturunkan untuk dilaksanakan perintahnya, dan dijauhi larangannya, serta dibenarkan kabar-kabarnya. Maka tidak layak dan tidak sepantasnya bagi umat Islam sekadar membaca Alquran tanpa memahami dan menadabburi. Apalagi tidak mengamalkannya.

Dalam hadis disebutkan: “Akan dipakaikan kedua orang tuanya mahkota pada Hari Kiamat.” Karena kedua orang tua adalah sebab yang mendidik dan memotivasi anaknya untuk memerhatikan Alquran. Maka ia pun akan mendapatkan balasan dengan keduanya dipakaikan mahkota pada Hari Kiamat.

Kemudian lanjutan hadis tadi:

ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيه

“Mahkota tersebut lebih terang dan lebih baik daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia, seandainya cahaya tersebut ada padanya.”

فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا؟

“Maka bagaimana lagi keadaan orang yang melakukan perkara tersebut?”

Jika orang tuanya saja mendapatkan mahkota yang cahayanya lebih baik daripada cahaya matahari, maka bagaimana balasan anak yang menghafalkan Alquran?

Jika kedua orang tuanya saja mendapatkan mahkota yang agung, tentu ia akan mendapatkan kemuliaan dan cahaya yang lebih besar lagi.

Dan di antara perkara yang sangat penting yang kita bisa ambil dari hadis ini, yaitu dianjurkan untuk setiap orang tua untuk memotivasi anak-anaknya menghafal Alquran dan mengamalkannya. Bukan sekadar menghafal huruf-huruf dan surat-surat Alquran. Dan ini banyak dilalaikan oleh para orang tua. Karena ketahuilah, sesungguhnya menghafal Alquran itu sekadar sarana. Adapun tujuannya adalah mengamakan isi Alquran.

Kemudian Syaikh hafidzahullah memberikan metode yang sangat bermanfaat cara mendidik anak untuk mengamalkan Alquran. Yaitu jika anak Anda membaca Alquran, membaca ayat-ayat yang berkaitan tentang salat, Anda mengatakan kepada anak Anda: “Perhatikan wahai anakku, ini adalah perintah untuk salat. Maka jagalah salatmu. Jadilah engkau termasuk orang yang menjaga salatmu. Karena engkau tidak akan disebut sebagai orang yang menghafalkan ayat ini, kecuali jika engkau menjaga salatmu dan memerhatikannya.”

Demikian juga dengan ayat-ayat yang memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, berbuat jujur, menepati janji, dan selainnya dari akhlak-akhlak yang baik.

Demikian pula bagi para pengajar di halaqah-halaqah tahfidz, yang mana seyogyanya dan seharusnya mereka memerhatikan perkara ini. Mereka harus antusias untuk mendidik anak-anak kaum Muslimin, dan mengajarkan mereka untuk mengamalkan Alquranul Karim. Sehingga Alquran ini menjadi hujjah/penguat untuk mereka, dan bukan menjadi penentang mereka. Karena orang yang menghafal Alquran sekadar menghafalkan huruf-hurufnya saja dan tidak mengamalkannya, dan bahkan melalaikan dari perintah-perintah dan larangan-larangannya, maka Alquran ini akan menjadi penentangnya pada Hari Kiamat nanti. Dia akan menjadi pemberat kesalahan dia pada Hari Kiamat nanti. Nabi ﷺ bersabda:

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Alquran ini adalah hujjah yang akan mendukungmu, atau hujjah yang akan menentangmu.” [HR. Muslim]

Juga Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Alquran ini beberapa kaum, dan menghinakan dan merendahkan sebagian yang lain.” [HR. Musim]

Hadis yang disebutkan oleh penulis kitab ini, dari sahabat Muadz Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu dalam sanadnya ada Zabban bin Faid. Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah: “Beliau adalah seorang yang lemah hadisnya, walaupun ia adalah orang yang saleh dan rajin beribadah.” [At-Taqrib no. 1985]

Juga dalam sanad hadis ini ada Sahl bin Muadz. Al-Hafidz mengomentari, bahwasannya orang tersebut tidak mengapa, kecuali dari riwayat Zabban darinya.

Namun ada hadis yang menguatkan hadis ini, yaitu hadis Buraidah yang akan kita sebutkan. Hadis yang panjang, namun penulis kitab ini hanya menyebutkan sebagian saja.

Kemudian Imam Al-Ajurri rahimahullah menyebutkan dengan sanadnya dari Khaitsamah, beliau berkata:

مرَّتِ امرأةٌ بعيسى ابنِ مريم فقالت: طُوبى لحِجرٍ حَمَلَك، ولثَدْيٍ رَضَعْتَ منه، فقال عيسى: طُوبى لمَنْ قرأَ القرآنَ، ثمَّ عَمِلَ به

“Ada seorang wanita yang melewati Nabi Isa bin Maryam alaihimussalam. Kemudian wanita tersebut mengatakan: ‘Sungguh beruntung pangkuan yang membawamu, dan wanita yang engkau menyusui darinya.’ Maka Nabi Isa menjawab: ‘Sungguh beruntung orang yang membaca Alquran dan mengamalkannya.’”

Ini adalah atsar yang diriwayatkan oleh Khaitsamah, yang kemungkinan diambil dari lembaran-lembaran Ahli Kitab. Maka riwayat termasuk kabar Bani Israil, dan secara umum makna dari atsar ini sesuai dengan nash-nash dari Kitab dan Sunnah, yaitu “Beruntunglah orang yang membaca Alquran dan mengamalkannya.”

Namun kalimat طُوبى ini bisa diartikan juga “Surga”, dan juga sebagian mengartikan “Pohon di Surga”, yang mana seorang pengendara melewati di bawah pohon tersebut 100 tahun. Dan juga sebagian mengartikan bahwasanya طُوبى adalah “Pahala yang besar”.

Perkataan Nabi Isa “beruntunglah orang yang membaca Alquran”, yaitu Kitabullah di waktu tersebut. Bisa jadi Taurat atau Injil. Dan juga atsar ini diriwayatkan dari Khaitsamah dari jalan lain selain Imam Al-Ajurri, dan lafalnya adalah “Kitabullah” bukan “Alquran”.

Dan yang menguatkan atsar ini yaitu firman Allah ﷻ:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾

“Dan orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka tenang dengan berzikir kepada Allah. Ketahuilah, dengan berzikir kepada Allah, hati akan menjadi tenang.” [QS. Ar-Ra’d 13 : 28]

 

 

Sumber: https://www.radiorodja.com/48282-al-quran-sebagai-cermin-bagi-orang-beriman-dan-hadits-mahkota-untuk-orang-tua-di-surga/

 

Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

 

Baca juga:

MEMAHAMI HADIS MAHKOTA UNTUK ORANG TUA DI SURGA

MEMAHAMI HADIS MAHKOTA UNTUK ORANG TUA DI SURGA