بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
TINGKATAN JIHAD
 
Kata jihad bila didengar banyak orang, maka konotasinya adalah jihad memerangi orang kafir. Padahal hal ini hanyalah salah satu dari bentuk dan jenis jihad, karena pengertian jihad lebih umum dan lebih luas dari hal tersebut. Oleh karena itu Imam Ibnul Qayyim menjelaskan jenis jihad ditinjau dari obyeknya dengan menyatakan, bahwa jihad memiliki empat tingkatan, yaitu:
 
(1) Jihad memerangi hawa nafsu,
(2) Jihad memerangi setan,
(3) Jihad memerangi orang kafir dan
(4) Jihad memerangi orang munafik. [Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khoiril ‘Ibaad, Ibnul Qayyim, tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdulqadir Al Arnauth, cetakan ketiga tahun 1421H, Muassasat Al Risalah, Bairut 3/9]
 
Namun dalam keterangan selanjutnya Ibnul Qayyim menambah dengan jihad melawan pelaku kezaliman, bidah dan kemungkaran. [Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khoiril ‘Ibaad, Ibnul Qayyim, tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdulqadir Al Arnauth, cetakan ketiga tahun 1421H, Muassasat Al Risalah, Bairut 3/10]
 
Kemudian beliau menjelaskan 13 tingkatan bagi jenis-jenis jihad di atas dengan menyatakan, bahwa jihad memerangi nafsu memiliki empat tingkatan:
 
1. Jihad memeranginya untuk belajar petunjuk Ilahi dan agama yang lurus yang menjadi sumber keberuntungan dan kebahagian dalam kehidupan dunia dan Akhiratnya. Siapa yang kehilangan ilmu petunjuk ini, maka akan sengsara di dunia dan Akhirat.
 
2. Jihad memeranginya untuk mengamalkannya setelah mengilmuinya. Kalau tidak demikian, maka sekadar hanya mengilmuinya tanpa amal, jika tidak membahayakannya, maka tidak akan memberi manfaat.
 
3. Jihad memeranginya untuk berdakwah dan mengajarkan ilmu tersebut kepada yang tidak mengetahuinya. Kalau tidak demikian, ia termasuk orang yang menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yang telah Allah turunkan. Dan ilmunya tersebut tidak bermanfaat dan tidak menyelamatkannya dari azab Allah.
 
4. Jihad memeranginya untuk tabah menghadapi kesulitan dakwah, gangguan orang, dan sabar memanggulnya karena Allah.
 
Apabila telah sempurna empat martabat ini, maka ia termasuk Robbaniyyun. Hal ini karena para salaf sepakat menyatakan, bahwa seorang alim (ulama) tidak berhak disebut Robbani, sampai ia mengenal kebenaran, mengamalkan, dan mengajarkannya. Sehingga orang yang berilmu, beramal, dan mengajarkannya sajalah yang dipanggil sebagai orang besar di alam langit.
 
Adapun jihad memerangi setan memiliki dua tingkatan:
 
1. Memeranginya untuk menolak syubhat dan keraguan yang merusak iman yang setan arahkan kepada hamba.
 
2. Memeranginya untuk menolak keingininan buruk dan syahwat yang setan lemparkan kepadanya.
 
Jihad yang pertama (mengatasi syubhat) dilakukan dengan yakin, dan jihad yang kedua (mengatasi syahwat) dengan kesabaran. Allah ﷻ berfirman:
 
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يُوقِنُونَ
 
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” [QS. As-Sajdah: 24]
 
Allah menjelaskan, bahwa kepemimpinan agama hanyalah didapatkan dengan kesabaran dan yakin. Lalu dengan kesabaran ia menolak syahwat dan keinginan rusak, dan dengan yakin ia menolak keraguan dan syubhat.
 
Sedangkan jihad memerangi orang kafir dan munafik memiliki empat tingkatan, yaitu dengan hati, lisan, harta dan jiwa. Jihad memerangi orang kafir lebih khusus dengan tangan, sedangkan jihad memerangi orang munafik lebih khusus dengan lisan.
 
Sedang jihad memerangi pelaku kezaliman, kebidahan dan kemungkaran memiliki tiga tingkatan yaitu:
 
(1) Dengan tangan bila mampu,
(2) Apabila tidak mampu, berpindah pada lisan,
(3) Bila juga tidak mampu maka diingkari dengan hati.
 
Inilah tiga belas martabat jihad, Dan barang siapa yang meninggal dan belum berperang, dan tidak pernah membisikkan jiwanya untuk berperang, maka meninggal di atas satu cabang kemunafikan. [Ini adalah ungkapan hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan Imam Muslim -kitab Al Imaarah-no. 1910] [Zaad Al Ma’ad 3/9-10]
 
 
 
Catatan Tambahan:

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

“Barang siapa yang mati (seorang Muslim), sedangkan ia belum pernah berperang, dan tidak pernah tergerak hatinya untuk berperang, maka ia mati pada satu cabang kemunafikan.” [HR. Muslim]

 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
TINGKATAN JIHAD