بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
TAATI PEMERINTAH, DI RUMAH AJA
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
 
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kalian.” [QS. an-Nisaa’: 59]
 
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:
“Para ulama mengatakan, ‘Yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati, yaitu penguasa dan pemerintah. Inilah pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama salaf/terdahulu dan kholaf/belakangan, dari kalangan ahli tafsir maupun ahli fikih dan selainnya. Ada yang berpendapat bahwa Ulil Amri itu adalah para ulama. Ada yang mengatakan bahwa mereka itu adalah umara’/pemerintah dan ulama. Adapun orang yang berpendapat bahwa Ulil Amri itu hanya para sahabat maka dia telah keliru.” [Syarh Muslim (6/467) cet. Dar Ibnu al-Haitsam]
 
Adapun pendapat yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah, bahwa kandungan ayat ini mencakup kedua kelompok tersebut: yaitu ulama maupun umara/pemerintah. Dikarenakan kedua penafsiran ini sama-sama terbukti sahih dari para sahabat. [Adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir (2/235 dan 238)]
 
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Kerajaan Arab Saudi, ketika menjelaskan ayat di atas, beliau mengatakan:
“Ayat ini adalah nash (dalil) tentang kewajiban taat kepada Ulil Amri, yaitu umara dan ulama. Hadis-hadis yang sahih dari Rasulullah ﷺ telah menerangkan, bahwa ketaatan ini adalah sesuatu yang harus, bahkan wajib, dalam perkara yang makruf.
 
“Adapun keluar dari ketaatan terhadap umara dan membelot dengan mengadakan penyerangan atau selainnya, itu adalah bentuk kemaksiatan dan penentangan terhadap Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya, serta penyelisihan terhadap akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Salaful Ummah.” [Nashihah Muhimmah]
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menegaskan:
“Penting kiranya untuk memahami Manhaj Salaf dalam bermuamalah dengan pemerintah. Jangan sampai kesalahan pemerintah dijadikan celah untuk memprovokasi rakyat, dan menjauhkannya dari pemerintah, karena ini adalah kerusakan, dan satu penyebab utama munculnya kekacauan.
 
“Provokasi untuk membenci pemerintah akan menimbulkan keburukan, fitnah, dan kekacauan. Begitu pula provokasi untuk membenci para ulama akan memunculkan sikap meremehkan kehormatan para ulama, yang mengantarkan pada sikap peremehan terhadap syariat yang dibawa oleh para ulama tersebut.
 
“Jika seseorang berupaya meremehkan kehormatan ulama dan kehormatan pemerintah, maka pasti akan hilang syariat agama dan stabilitas keamanan. Sebab dengan itu, ketika para ulama menasihati, masyarakat tidak akan lagi percaya kepada nasihat mereka. Begitu pula ketika pemerintah mengambil kebijakan, masyarakat akan menentang kebijakan tersebut. Akibatnya akan terjadi keburukan dan kerusakan.
“Jadi yang wajib adalah kita melihat cara yang telah ditempuh oleh generasi Salaf dalam menyikapi penguasa. Hendaknya masing-masing pihak dapat mengendalikan diri dan melihat akibat yang akan timbul.
“Penting pula diketahui bahwa orang yang gemar melakukan provokasi pada hakikatnya dia sedang membantu musuh-musuh Islam.” [Huquq ar-Ra’i war Ra’iyah]
 
 
Sumber:
Dan lain-lain
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
TAATI PEMERINTAH, DI RUMAH AJA