بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
KALAU SEDEKAH, APAKAH PASTI DIBALAS SEPULUH KALI LIPAT DI DUNIA?
 
Sebagian orang memahami, bahwa jika kita sedekah dengan suatu harta, maka pasti akan dibalas oleh Allah ﷻ dengan diberikan sepuluh kali lipatnya. Jika sedekah uang 100 ribu Rupiah, akan mendapatkan balasan 1 juta Rupiah. Jika sedekah mobil seharga 100 juta, akan mendapatkan mobil seharga 1 milyar. Dan seterusnya.
 
Berdalil dengan ayat:
 
مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
 
“Siapa yang melakukan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya.” [QS. Al An’am: 160]
 
Kita katakan ini adalah PEMAHAMAN YANG KELIRU.
 
Pertama:
Hendaknya amalan-amalan saleh yang kita lakukan termasuk sedekah, kita niatkan semata-mata untuk mencari wajah Allah. Allah ﷻ berfirman:
 
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعْبُدُواْ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
 
“Dan tidaklah kita diperintahkan kecuali untuk menyembah kepada Allah semata, dan mengikhlaskan semua amalan hanya untuk Allah.” [QS. Al Bayyinah: 5]
 
Orang yang beribadah dengan niat murni untuk mencari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
 
إنَّما الأعْمالُ بالنِّيَّةِ، وإنَّما لِامْرِئٍ ما نَوَى، فمَن كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللَّهِ ورَسولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إلى اللَّهِ ورَسولِهِ، ومَن هاجَرَ إلى دُنْيا يُصِيبُها أوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُها، فَهِجْرَتُهُ إلى ما هاجَرَ إلَيْهِ
 
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang mendapatkan ganjaran sesuai niatnya. Orang yang hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan ganjaran sebagai amalan hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya. Orang yang hijrah untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya sekadar yang untuk apa yang ia niatkan tersebut.” [HR. Bukhari no. 6953]
 
Kedua:
Orang yang beribadah untuk mencari kenikmatan dunia diancam dengan keras oleh Allah dalam Alquran. Allah ﷻ berfirman:
 
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
 
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memeroleh di Akhirat, kecuali Neraka. Dan lenyaplah di Akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [QS. Hud: 15-16]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
 
“Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini, apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di Akhirat) Neraka Jahannam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” [QS. Al-Isra’: 18]
 
Rinciannya dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Saleh Al Utsaimin, bahwa ada tiga golongan dalam hal ini:
 
1. Orang yang bersedekah karena mengharap pujian dari makhluk, maka ini riya, dan ia tidak mendapatkan pahala sama sekali. Bahkan ia melakukan Syirik Ashghar.
 
2. Orang yang bersedekah 100% karena mencari balasan dunia semata, seperti mengharapkan kekayaan, ketenaran, kedudukan, dan lainnya, maka ini juga tidak mendapatkan pahala apa-apa, dan tidak mendekatkan kepada Allah sedikit pun.
 
3. Orang yang bersedekah karena mencari rida Allah sekaligus mencari balasan dunia, maka ini dirinci lagi:
 
a. Jika niat mencari balasan dunianya lebih dominan, maka ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Bahkan ia berdosa, karena menjadikan ibadah sebagai perantara untuk cari dunia.
 
b. Jika niat mencari rida Allahnya lebih dominan, ini hukumnya boleh, namun mengurangi kesempurnaan pahala dan mengurangi keikhlasan.
 
c. Jika niat mencari rida Allahnya sama besar dengan niat mencari dunia, maka tidak ada pahala baginya. [Diringkas dari Fatawa Arkanul Islam no. 21]
 
Ketiga:
Yang dimaksud oleh Surat Al An’am ayat 160, yang dilipatgandakan adalah pahalanya. Ath Thabari menyebutkan salah satu tafsir dari ayat ini:
 
قيل: إن معنى ذلك غير الذي ذهبتَ إليه, وإنما معناه: من جاء بالحسنة فوافَى الله بها له مطيعًا, فإن له من الثواب ثواب عشر حسنات أمثالها
 
“Sebagian ulama mengatakan, maknanya tidak sebagaimana yang Anda pahami. Namun maknanya adalah, siapa yang melakukan kebaikan dalam rangka berbuat ketaatan kepada Allah, maka ia akan mendapatkan tsawab (pahala) sebanyak pahala dari sepuluh kebaikan yang semisal.” [Tafsir At Thabari]
 
Jadi bukan berarti benda yang disedekahkan itu akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat oleh Allah sebagai balasan, namun yang dilipatgandakan adalah pahalanya.
 
Makna ini jelas sekali termaktub dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
 
مَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، كُتِبَتْ له حَسَنَةً، ومَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَعَمِلَها، كُتِبَتْ له عَشْرًا إلى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ، ومَن هَمَّ بسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، لَمْ تُكْتَبْ، وإنْ عَمِلَها كُتِبَتْ
 
“Siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan namun tidak jadi dilakukan, maka ditulis baginya satu kebaikan. Siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan dan jadi dilakukan, maka ditulis baginya sepuluh kali sampai 700 kali kebaikan. Siapa yang berniat melakukan suatu keburukan namun tidak jadi dilakukan, maka tidak ditulis keburukan tersebut. Dan jika dilakukan, ditulis satu keburukan.” [HR. Muslim no. 130]
 
Jelas dalam hadis ini menggunakan kata كُتِبَتْ (ditulis), sehingga yang sepuluh kali sampai 700 kali lipat adalah pahalanya, BUKAN benda yang disedekahkan, karena yang ditulis itu pahala.
 
Selain itu, Jumhur Ulama Mufassirin menafsirkan Surat Al An’am ayat 160, bahwa makna Hasanah adalah kalimat Laa ilaaha illallah. Sehingga orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah dan menjalankan konsekuensinya akan diganjar sepuluh kali lipat berupa keimanan.
 
Al Qurthubi menjelaskan:
 
والتقدير : فله عشر حسنات أمثالها ، أي له من الجزاء عشرة أضعاف مما يجب له . ويجوز أن يكون له مثل ، ويضاعف المثل فيصير عشرة . والحسنة هنا : الإيمان
 
“Maknanya: Ia mendapatkan sepuluh hasanah yang semisalnya. Maksudnya, ia mendapatkan ganjaran sepuluh kali lipat dari apa yang berhak ia dapatkan. Atau mungkin ia mendapatkan yang semisalnya, namun yang semisalnya ini dilipatgandakan sepuluh kali. Dan hasanah di sini maksudnya adalah IMAN.” [Tafsir Al Qurthubi]
 
Tafsiran ini semakin menguatkan, bahwa yang dilipatgandakan bukanlah barangnya.
 
Keempat:
Andaikan seseorang bersedekah niatnya yang dominan adalah untuk mencari wajah Allah, namun juga ia berharap diberikan dunia atas sebab sedekahnya tersebut, maka ini telah kita bahas, bahwa hukumnya boleh, namun mengurangi pahalanya.
 
Namun pengabulan permintaan tersebut tidak mesti berupa diberikan sepuluh kali barang yang semisal atau senilai. Karena pengabulan permintaan itu ada tiga kemungkinan. Nabi ﷺ bersabda:
 
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
 
“Tidaklah seorang Muslim memanjatkan doa pada Allah selama yang tidak mengandung dosa dan memutus silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya salah satu dari tiga hal:
 
a) Allah akan segera mengabulkan sesuai dengan doanya,
b) Allah akan menyimpan pengabulannya di Akhirat kelak, dan
c) Allah akan menghindarkan dirinya dari kejelekan yang semisal (dengan permintaannya).
 
Para sahabat lantas mengatakan: “Kalau begitu kami akan memerbanyak berdoa.”
Nabi ﷺ lantas berkata: “Allah nanti yang memerbanyak mengabulkan doa-doa kalian.” [HR. Ahmad no. 11133, disahihkan Al Albani dalam Sahih At Targhib no.1633]
 
Sehingga kita tidak berhak memastikan, bahwa pengabulan permintaan kita kepada Allah akan dibalas sesuai keinginan sebanyak sepuluh kali lipat. Terkadang Allah akan balas di dunia, terkadang tidak. Bukankah ada dua kemungkinan lainnya?? Allah yang lebih tahu, mana pengabulan yang terbaik untuk seorang hamba yang meminta kepada Allah.
 
Kelima:
Kami tidak mengetahui kalam ulama yang mengatakan, bahwa siapa sedekah suatu benda akan mendapatkan sepuluh kali lipat benda tersebut atau yang senilainya. Kami juga tidak mengetahui ada di antara Salafus Saleh yang mengamalkan demikian. Bahwa ada Salafus Saleh yang jika menginginkan sesuatu dari dunia, maka ia akan sedekah 1/10 nya untuk mendapatkan sesuatu tersebut.
 
Nasihat berharga Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah:
 
لا تتكلم في مسألة ليس لك فيها إمام
 
“Janganlah engkau menyampaikan suatu masalah agama, yang engkau tidak memiliki pendahulu dari para ulama sebelumnya.”
 
Wallahu a’lam.
Semoga Allah ﷻ memberi taufik.
 
Oleh: @fawaid_kangaswad
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
KALAU SEDEKAH, APAKAH PASTI DIBALAS SEPULUH KALI LIPAT DI DUNIA?
KALAU SEDEKAH, APAKAH PASTI DIBALAS SEPULUH KALI LIPAT DI DUNIA?
KALAU SEDEKAH, APAKAH PASTI DIBALAS SEPULUH KALI LIPAT DI DUNIA?