بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
DOSA BESAR AKIBAT NYONTEK
>> Islam melarang berbuat curang dan berbohong
 
Mencontek termasuk dosa besar, karena perbuatan semacam ini termasuk penipuan (al-Ghisy). Nabi ﷺ bersabda:
 
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
 
“Barang siapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” [HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
 
Hadis di atas ada kisahnya ketika seorang pedagang mengelabui Nabi ﷺ, tidak jujur dalam jual belinya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
 
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
 
“Rasulullah ﷺ pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya. Kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Maka beliau pun bertanya: “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab: “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau ﷺ bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barang siapa menipu, maka dia bukan dari golongan kami.” [HR. Muslim no. 102]
 
Ini berarti setiap orang yang menipu, berbohong, berbuat curang, mengelabui dikatakan oleh Nabi ﷺ bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Menyontek pun demikian.
 
Akibat Berbuat Curang Saat Ujian
 
Dalam hadis dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
 
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
 
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur. Karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan kepada Surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan akan mengantarkan kepada Neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” [HR. Muslim no. 2607]
 
Dalam hadis lainnya disebutkan tiga tanda munafik:
 
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
 
“Tiga tanda munafik adalah
• Jika berkata ia dusta;
• Jika berjanji ia mengingkari; dan
• Ketika diberi amanat maka ia ingkar.” [HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59]
 
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Hadis ini menerangkan tanda munafik. Yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan munafik, atau berperangai seperti kelakuan orang munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut.” [Syarh Muslim, 2: 47]
 
Akibat mencontek pun dapat dirasakan jangka pendek. Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan diri sendiri, karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada Anda yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di ‘medan perang’ ujian adalah kesia-siaan, karena teman Anda hanya memanfaatkan diri Anda, dan Anda tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim/ kolektif.
 
Adapun bahaya jangka panjang seperti kata pepatah: “Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya kelak.” Kalau itu adalah kejelekan yang ditanam, maka tunggu hasil jeleknya kelak. Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat ‘dihasilkan’ dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, dan kehalalan pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.
 
Berakibat Buruk pada Ijazah dari Hasil Contekan
 
Akibat menyontek itu sendiri, yaitu jika pekerjaan diperoleh dari ijazah hasil menyontek, maka kata Nabi ﷺ:
 
إنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
 
“Seorang hamba boleh jadi terhalang rezeki untuknya karena dosa yang ia perbuat.” [HR. Ahmad 5: 282, sanadnya dhaif sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth]
 
Begitu pula anak harus pahami, bahwa membahagiakan orang tua dengan lulus dalam ujian tidak mesti dengan jalan yang diharamkan. Tempuhlah jalan yang Allah ridai.
 
Semoga Allah memberikan kemudahan dan juga memberikan taufik kita semua mereka untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan.
Allahu’alam.
 
Sumber:
Manhaj Salaf
Bimbingan Islam
Dan selainnya.
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
Baca juga:
DOSA BESAR AKIBAT NYONTEK