بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
 
Alquran diturunkan oleh Allah ﷻ kepada Rasulullah ﷺ agar menjadi petunjuk bagi manusia, mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan dan kekufuran, menuju kepada cahaya ilmu dan iman. Ia memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Allah ﷻ berfirman:
 
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
 
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia.” [QS. Al-Baqarah/2:185]
 
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
 
“… Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita, kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” [QS. Al-Maidah/5:15-16]
 
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
 
“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” [QS. Al-Isra’/17:9]
 
Semua itu merupakan bukti rahmat Allah kepada manusia, yang seharusnya mereka syukuri dengan cara memenuhi hak-hak kitab-Nya tersebut, mengikuti petunjuk yang lurus yang ada di dalamnya. Namun kenyataanya, mayoritas manusia justru mengabaikannya, dan berpaling darinya. Itulah fenomena “Hajrul Quran”yang masih dijumpai hingga saat ini.
 
Dahulu Rasulullah ﷺ mengadu kepada Allah ﷻ tentang hal ini yang dilakukan oleh kaum musyrikin, sebagaimana tertuang dalam firman-Nya:
 
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
 
Berkatalah Rasul: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” [Al-Furqan/25:30]
 
Ketika Rasulullah ﷺ mendapati kaum musyrikin Quraisy berpaling dari Alquran dan tak mau mendengarkan ayat-ayat yang beliau ﷺ bacakan kepada mereka, seperti yang Allah ceritakan dalam firman-Nya:
 
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
 
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengarkan Alquran ini dengan sungguh-sungguh, dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” [QS. Fushshilat/41:26]
 
Akan tetapi saat ini, yang sangat memprihatinkan adalah manakala kita mendapati fenomena Hajrul Quran ini justru ada pada orang-orang yang menyatakan diri sebagai kaum Muslimin.
 
Apakah Hajrul Quran Itu?
 
Kata hajr (الهَجْرُ) dalam bahasa Arab adalah lawan kata dari washl (الوَصْلُ) yang bermakna menyambung. Dengan demikian, kata hajr bermakna memutus. Sedangkan maksud dari Hajrul Quran adalah meninggalkan Alquran dan berpaling darinya, seperti tidak mengimaninya, tidak membacanya, tidak mau mendengarkannya, tidak mau memahami dan menadabburinya, serta tidak mengamalkannya.
 
Macam-Macam Hajrul Quran
 
Terkait firman Allah ﷻ yang terdapat dalam Surat al-Furqan ayat ke-30 di atas, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:
“Allah ﷻ memberitakan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad, semoga shalawat dan salam senantiasa tecurah kepada beliau hingga Hari Pembalasan, yang berkata:
‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran sesuatu yang tidak diacuhkan (diabaikan dan ditinggalkan).’ Dan hal itu karena kaum musyrikin tidak mau mendengarkan dan menyimak Alquran sebagaimana yang Allah ﷻ ceritakan dalam firman-Nya:
 
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
 
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengarkan Alquran ini dengan sungguh-sungguh, dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.”
 
Mereka (yaitu kaum musyrikin) ketika dibacakan Alquran (oleh Rasulullah ﷺ) banyak yang membuat kegaduhan dan berbicara yang lain, sehingga tidak mendengarkannya. Ini merupakan bentuk hajr terhadap Alquran.
 
• Tidak mau memelajari dan menghafalkan Alquran juga termasuk bentuk hajr terhadap Alquran.
• Tidak mau mengimani dan tidak membenarkannya juga termasuk bentuk hajr terhadapnya.
• Tidak mau menadabburi dan memahami maknanya termasuk pula bentuk hajr terhadapnya.
• Tidak mau mengamalkannya, tidak melaksanakan perintah-perintahnya, dan tidak menjauhi larangan-larangannya pun termasuk bagian dari hajr terhadapnya.
• Berpaling darinya dan lebih memilih selain Alquran, seperti syair, pendapat (manusia), nyanyian, perbuatan sia-sia, perkataan (manusia), maupun mengambil jalan lain selain Alquran, termasuk dari hajr terhadapnya.” [1]
 
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Hajrul Quran itu ada beberapa macam:
 
Pertama, tidak mendengarkan, tidak mengimani, dan tidak memerhatikannya.
 
Kedua, tidak mengamalkannya, dan tidak menegakkan apa yang dihalalkan dan diharamkannya, walaupun seseorang itu membacanya dan mengimaninya.
 
Ketiga, tidak menjadikannya sebagai hukum dan tidak berhukum dengannya, baik menyangkut prinsip-prinsip agama maupun cabang-cabangnya, serta meyakini, bahwa Alquran tidak memberi faidah keyakinan. Dan bahwa petunjuk-petunjuknya bersifat tekstual semata yang tidak mengandung ilmu.
 
Keempat, tidak menadabburinya, tidak memahami maknanya, dan tidak mengetahui apa yang diinginkan darinya oleh yang mengatakannya (yaitu Allah).
 
Kelima, tidak menjadikannya sebagai obat untuk segala macam penyakit hati, dan mencari obat penyakit hati tersebut dengan selainnya, serta tidak mengambilnya sebagai obat (bagi penyakit-penyakit badan, pen.). Walaupun sebagian bentuk ‘hajr’ tersebut lebih ringan dari sebagian yang lain.”[2]
 
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dan Ibnul Qayyim rahimahullah di atas mengenai macam-macam ‘Hajrul Quran’, berikut kami akan paparkan beberapa di antaranya:
 
Pertama: Enggan Mendengar dan Menyimak Alquran
 
Mendengar dan menyimak bacaan Alquran dengan seksama dapat mendatangkan rahmat dari Allah ﷻ, sebagaimana dalam firman-Nya:
 
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
 
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat.” [QS. Al-A’raf/7:204]
 
Bagi orang-orang yang beriman, mendengarkan ayat-ayat Allah dengan seksama dapat menambah iman, serta menjadikan hati mereka semakin khusyuk dan takut kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman:
 
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya). Dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakal.” [QS. Al-Anfal/8:2]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
 
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [QS. Maryam/19:58]
 
Sebaliknya, enggan mendengar dan menyimak Alquran akan menjadikan seseorang jauh dari rahmat Allah, dan dapat mengakibatkan imannya terkikis. Di samping juga, perbuatan ini menyerupai perbuatan yang dilakukan oleh kaum musyrikin dahulu yang diadukan oleh Rasulullah ﷺ kepada Allah ﷻ, seperti yang telah dijelaskan di atas. Berpaling dari mendengarkan Alquran karena keangkuhan, akan menyeret seseorang kepada azab yang pedih, kita berlindung kepada Allah darinya, seperti yang telah Allah ﷻ firmankan:
 
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
 
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri, seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” [QS. Luqman/31:7]
 
Jika seseorang enggan mendengar dan menyimak Alquran, tentu dia tidak akan melakukan hal-hal lain seperti membacanya, memahami maknanya, menadabburinya, mengimaninya, dan mengamalkannya?
 
Kedua: Tidak Membaca Alquran
 
Membaca Alquran merupakan bentuk zikir kepada Allah ﷻ yang paling agung. Membacanya saja dinilai sebagai ibadah. Setiap hurufnya bernilai kebaikan yang akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya:
 
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ: { ﭑ } حَرْفٌ وَلَكِنْ: أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
 
“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya memeroleh kebaikan, dan kebaikan tersebut dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
 
Aku tidak mengatakan “Alif lam mim”itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim juga satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim. Hadis ini dinilai hadis Sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6469]
 
Subhanallah! Coba kita berpikir secara matematis. Jika membaca satu huruf dari Alquran akan memeroleh sepuluh kali lipat kebaikan, maka seandainya kita membaca satu halaman dari mushaf Alquran yang di dalamnya terdapat sekitar 550 huruf misalnya, lalu kita kalikan dengan sepuluh kebaikan maka hasilnya adalah: 550×10 = 5,550 kebaikan. Jika setiap hari kita bisa membaca satu juz yang terdiri dari sekitar 20 halaman, maka hasilnya adalah: 20x550x10 kebaikan = 110,000 kebaikan. Dengan demikian dalam satu bulan, jika kita membaca seluruh mushaf Alquran yaitu 30 juz, yang berarti sama dengan sekitar 600 halaman, jadi hasilnya adalah: 600x550x10 kebaikan = 3,300,000 kebaikan dalam satu bulan. Jumlah yang cukup fantastis bukan?!
 
Karena itu, membaca Alquran merupakan suatu perniagaan yang menguntungkan lagi mendatangkan banyak pahala dan keutamaan lain yang besar. Apalagi ketika diiringi oleh amal ibadah yang lain seperti salat dan berinfak, sebagaimana ditegaskan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:
 
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ ﴿٢٩﴾ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, dan mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka, dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [QS. Fathir/35:29-30]
 
Di antara keutamaan membaca Alquran adalah, bahwa Alquran akan memberi syafaat kepada orang-orang yang membacanya. Nabi ﷺ bersabda:
 
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه
 
“Bacalah Alquran, karena ia akan datang pada Hari Kiamat memberi syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” [HR. Muslim no. 804]
 
Sebaliknya, orang yang tidak mau membaca Alquran maka dia akan merugi, karena dia akan kehilangan banyak kebaikan, pahala, dan keutamaan. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa ketika kita membaca Alquran, maka hendaklah membacanya dengan tartil, baik di dalam salat maupun di luar salat. Karena Allah ﷻ telah memerintahkannya dalam firman-Nya:
 
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
 
“Dan bacalah Alquran itu dengan tartil.” [QS. Al-Muzzammil/73:4]
 
Yakni dengan perlahan-lahan dan memenuhi kaidah-kaidah bacaan Alquran, yaitu tajwid, yang telah dijelaskan oleh para ulama.
 
Ketiga: Tidak Mau Memahami dan Menadabburi Makna Ayat-Ayat Alquran
 
Memahami dan menadabburi (memerhatikan dan menghayati) makna ayat-ayat Alquran merupakan suatu tuntutan yang wajib diperhatikan dan dijalankan oleh setiap hamba. Karena dengan cara itulah dia dapat mengingat keagungan Allah ﷻ, mengambil pelajaran, dan mengetahui petunjuk-petunjuk Allah ﷻ yang jelas, yang akan mengantarkannya kepada keselamatan di dunia dan Akhirat. Allah ﷻ berfirman:
 
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
 
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [QS. Shad/38:29]
 
Mengabaikan hal ini, tidak peduli sama sekali dengannya, walaupun seseorang membaca Alquran untuk berta’abbud (mencari pahala ibadah membaca), maka itu merupakan bentuk hajr terhadap Alquran, yang dapat mengakibatkan hati tertutup, dan apa yang dibacanya dari ayat-ayat Alquran tidak memberi bekas ke dalam jiwa dan kepribadiannya. Allah ﷻ berfirman:
 
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
 
“Maka apakah mereka tidak memerhatikan Alquran, ataukah hati mereka terkunci?” [QS. Muhammad/47:24]
 
Ini sebagai bentuk celaan dari Allah ﷻ terhadap orang-orang yang enggan menadabburi ayat-ayat-Nya. Seharusnya ayat di atas mendorong kita untuk memelajari bahasa Alquran, yaitu bahasa Arab. Karena memahami bahasa Arab pasti akan sangat membantu kita dalam usaha menadabburi (merenungi) ayat-ayat yang sedang kita baca. Walau kita tidak menepis manfaat keberadaan terjemah-terjemah Alquran yang ada, dan kita yakin bahwa itu sangat membantu juga untuk memahami makna-makna Alquran, namun dengan mengerti bahasa Alquran, akan lebih menambah penghayatan kita terhadapnya, membantu untuk lebih khusyuk pada saat kita membacanya, terutama ketika dalam salat.
 
Keempat: Tidak Mengimani Alquran
 
Wajib atas semua manusia untuk mengimani Alquran, karena ia adalah Kitab Allah terakhir, yang Allah ﷻ turunkan kepada nabi dan rasul terakhir, yaitu Muhammad ﷺ, yang diutus kepada semua manusia. Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya ﷺ:
 
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
 
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’/34:28]
 
Juga firman-Nya:
 
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
 
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”[QS. Al-A’raf/7:158]
 
Oleh karena itu, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk beriman kepada Rasulullah ﷺ dan kepada Alquran yang diturunkan kepadanya.
 
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
 
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada cahaya (Alquran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. At-Taghabun/64:8]
 
Jika seseorang mau beriman kepada Alquran, maka dia akan memeroleh petunjuk dan rahmat.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
 
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Alquran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Al-A’raf/7:52]
 
Petunjuk yang dimaksud dalam ayat di atas adalah petunjuk ilmu dan amal saleh. Sedangkan kata rahmat maksudnya rahmat terbesar yang akan diraih dari mengimani Alquran, yaitu berupa Surga yang penuh dengan kenikmatan. Itulah di antara kebaikan yang akan diraih oleh orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang yang tidak beriman kepada Alquran dan kufur terhadapnya, maka sejatinya dia telah kufur dan mendustakan Allah ﷻ serta Rasul-Nya. Perilaku kufur ini akan menyeretnya kepada kerugian yang nyata, kesesatan, kehinaan, dan azab yang pedih dalam api Neraka, wal ‘iyadzu billah. Allah ﷻ berfirman:
 
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
 
“Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa kufur (ingkar) kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [QS. Al-Baqarah/2:121]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memeroleh siksa yang berat. Dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” [QS. Ali Imran/3:4]
 
Nabi ﷺ bersabda:
 
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَاب النَّار
 
“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidak ada seorang pun dari umat ini yang mendengar tentangku, baik seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah (Alquran) yang aku bawa, melainkan dia pasti termasuk penghuni Neraka.” [HR. Muslim, no. 153]
 
Kelima: Tidak Mengamalkan Petunjuk Alquran
 
Di antara konsekuensi iman terhadap Alquran adalah mengamalkan petunjuk yang terkandung dalam Alquran, melaksanakan perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya, membenarkan berita-beritanya, menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan mengharamkan apa yang diharamkannya.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
 
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu.” [QS. Al-A’raf/7:3]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
 
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. Yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Alquran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [QS. Al-A’raf/7:157]
 
Dan adalah Rasulullah ﷺ adalah orang pertama yang mengamalkan petunjuk Alquran dan berakhlak dengan akhlaknya. Aisyah radhiyallahu anhuma ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah ﷺ, ia menjawab:
 
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
 
“Akhlaknya adalah Alquran.” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud]
 
Barang siapa mengamalkan petunjuk Alquran, maka dia akan menjadi orang yang beruntung, sebagaimana dijelaskan di Surat al-A’raf ayat ke-157 di atas. Dia akan memeroleh rahmat dari Allah ﷻ sebagaimana dalam firman-Nya:
 
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
 
“Dan Alquran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati. Maka ikutilah dia, dan bertakwalah, agar kamu diberi rahmat.” [QS. Al-An’am/6:155]
 
Dia tidak akan tersesat dan tidak pula akan sengsara, baik di dunia maupun di Akhirat. Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya:
 
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ ﴿٢﴾ إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ
 
“Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” [QS. Thaha/20:2-3]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
 
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” [QS. Thaha/20:123]
 
Adapun orang yang berpaling dari peringatan Allah yang terdapat dalam Alquran, niscaya dia akan memeroleh kehidupan yang sempit di dunia dan Akhirat. Bahkan akan dibangkitkan pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Allah ﷻ berfirman:
 
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
 
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” [QS. Thaha/20: 124]
 
Keenam: Tidak Berpegang dengan Hukum Alquran
 
Allah ﷻ berfirman:
 
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
 
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya), dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” [QS. Al-Maidah/5:48]
 
Ayat ini dengan jelas menunjukkan akan kewajiban berhukum dan memutuskan segala perkara di antara manusia dengan Alquran. Sementara dalam ayat-ayat sebelumnya (ayat ke-44, 45, dan 47), Allah mencela mereka yang tidak mau berhukum dengan apa yang telah Allah ﷻ turunkan, dan menyebut mereka sebagai orang-orang kafir, zalim, fasik. Allah ﷻ berfirman:
 
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
 
“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maidah/5:44]
 
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
 
“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” [QS. Al-Maidah/5:45]
 
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
 
“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Al-Maidah/5:47]
 
Ketujuh: Tidak Menjadikan Alquran Sebagai Obat Bagi Berbagai Penyakit
 
Allah ﷻ telah menerangkan, bahwa di antara kegunaan Alquran, di samping sebagai petunjuk dan rahmat bagi para hamba-Nya, adalah bahwa ia bisa menjadi obat bagi beragam penyakit, baik itu penyakit hati dan jiwa, dan ini yang paling utama, maupun berbagai penyakit badan. Banyak manusia tidak yakin dengan hal ini, padahal Allah ﷻ telah jelas mengatakan:
 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus/10:57]
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
 
“Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim, selain kerugian.”[QS. Al-Isra/17:82]
 
Juga firman-Nya:
 
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
 
“Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim, selain kerugian.”[QS. Al-Isra/17:82]
 
Dan perkataan Allah ﷻ sudah pasti kebenarannya. Setelah itu, apakah pantas kita masih ragu tentang manfaat Alquran sebagai obat penawar, baik bagi penyakit hati maupun badan? Sementara Rasulullah ﷺ sendiri sebagai panutan kita dan para sahabatnya telah menpraktikkan dan memberi contoh kepada kita, manakala mereka membacakan ayat-ayat Alquran kepada orang-orang yang sakit, atau untuk mengobati diri mereka sendiri dengan al-Alquran. Wallahu A’lam.
 
Demikian yang bisa kami paparkan terkait beberapa macam bentuk Hajrul Quran. Semoga Allah memberi hidayah dan taufik-Nya kepada kita dan seluruh kaum Muslimin, agar lebih memerhatikan hak-hak Alquran.
 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIX/1436H/2015. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
 
Catatan Kaki:
[1] Tafsir Ibnu Katsir (6/108), cet. ke-2, thn. 1420 H/1999 M, Dar Thaibah, tahqiq Sami bin Muhammad Salamah.
[2] Al-Fawaid, karya Ibnul Qayyim (1/82), cet. ke-2 thn, thn. 1393 H/1973 M, Darul Kutubil Ilmiyyah, Beirut.
 
Oleh Ustadz Abu Humaid Arif Syarifudin Lc
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA
HAJRUL QURAN DAN MACAM-MACAMNYA