بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
BENARKAH SURO BULAN SIAL?
 
Muharam dinamai oleh sebagian orang dengan bulan Suro, dan dianggap sebagai bulan yang penuh bala dan sial. Dari sanalah sebagian orang tidak berani mengadakan hajatan di bulan Suro ini. Dan mereka pun mengadakan berbagai macam ritual tolak bala, semisal memandikan pusaka/jimat, ngalap berkah kepada kerbau keramat, sedekah laut (memersembahkan sesembelihan mereka kepada jin-jin), dan lain sebagainya.
 
1. Pertanyaan: Apakah ini keyakinan yang bisa diterima dan dibenarkan dalam kacamata Islam?
Jawab: Tidak. Dalam Islam, Muharam adalah bulan suci yang dimuliakan oleh Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ.
 
2. Pertanyaan: Apa dalilnya?
Jawab: Lihat Makalah sebelumnya “Keistimewaan dan Amalan Bulan Muharam.”
 
3. Pertanyaan: Bagaimana pendapat Islam tentang ucapan/ keyakinan, bahwa Suro adalah bulan sial?
Jawab: Itu ucapan/keyakinan batil yang wajib diingkari.
 
4. Pertanyaan: Apa alasannya?
Jawab: Ucapan/keyakinan tersebut mengandung banyak kesesatan.
 
5. Pertanyaan: Sebutkan apa saja kesesatannya dan dalilnya?
Jawab: Berikut ini beberapa kesesatannya:
 
a. Ucapan itu menyakiti dan melecehkan Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
قال الله عز وجل: يؤذيني ابن آدم يسب الدهر، وأنا الدهر بيدي الأمر، أقلب الليل والنهار
رواه البخاري ومسلم
 
“Allah berfirman: Manusia menyakiti diri-Ku, (karena) dia mencaci maki waktu, sedangkan Akulah (yang menciptakan) waktu. Di tangan-Ku lah segala urusan. Aku yang membolak-balikkan siang dan malam.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
b. Tidak ada waktu sial dalam pandangan Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
لا عدوى، ولا طيرة ولا هامة، ولا صفر وفر من المحذوم كما تفر من الأسد
 
“Tidak ada penyakit yang menular (dengan sendirinya). Tidak ada (waktu, tempat, nomor, benda) yang sial. Tidak ada burung hantu yang sial, dan tidak ada bulan Safar yang sial. Dan larilah/menjauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta, sebagaimana engkau lari dari seekor singa.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
c. Itu menyerupai keyakinan dan ucapan orang-orang musyrikin Jahiliyah yang menganggap bulan Safar itu sial. Seperti yang telah dinafikan dan diingkari oleh Rasulullah ﷺ dalam hadis di atas.
 
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
 
من تشبه بقوم فهو منهم
 
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.” [HSR. Abu Daud]
 
d. Menganggap sesuatu itu sial atau dapat mendatangkan madharat dengan sendirinya, maka itu adalah keyakinan syirik kepada Allah, karena hanya Allahlah yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
الطيرة شرك الطيرة شرك
 
“Menganggap (waktu/tempat/nomor/benda) itu sial adalah syirik, menganggap (waktu/tempat/nomor/benda) itu sial adalah syirik.” [HSR. Abu Dawud dan Tirmidzi]
 
6. Pertanyaan: Bagaimana pandangan Islam terhadap ritual yang dijalankan turun temurun di bulan Suro, seperti memandikan pusaka, ngalap berkah kepada kerbau keramat, dan sedekah laut?
Jawab:
– Islam adalah agama tauhid yang menyeru manusia untuk meyakini, hanya Allahlah yang bisa mendatangkan manfaat dan madharat, serta menyeru umat manusia untuk menyembah hanya kepada Allah semata. Jangankan pusaka/keris/batu akik/kerbau, bahkan Rasulullah ﷺ saja sebagai manusia dan rasul terbaik, tidak bisa mendatangkan manfaat atau madharat.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ
 
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak kemadharatan, kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Al-A’raf: 188]
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
إن الرقى والتمائم والتولة شرك
 
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat/pusaka dan ilmu pelet itu syirik.” [HSR. Abu Daud]
 
عن أبي واقد الليثي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما خرج إلى حنين مر بشجرة للمشركين يقال لها ذات أنواط، يعلقون عليها أسلحتهم، فقالوا: يا رسول الله! اجعل لنا ذات أنواط، كما لهم ذات أنواط. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: سبحان الله، هذا كما قال قوم موسى: {اجعل لنا إلها كما لهم آلهة}. والذي نفسي بيده لتركبن سنة من كان قبلكم. رواه أحمد والترمذي وقال: حسن صحيح. وصححه الألباني.
 
“Dari Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ pernah keluar ke Hunain, lalu beliau melewati sebuah pohon (yang dikeramatkan) oleh orang-orang musyrikin yang dinamakan Dzatu Anwat, di mana mereka mengantungkan senjata-senjata mereka di atasnya (untuk ngalap berkah/meraih kesaktian). Kemudian para sahabat (yang baru masuk Islam) berkata: Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzatu Anwat (pohon keramat) sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwat. Rasulullah ﷺ bersabda: Subhanallahu/ Maha Suci Allah, ucapan kalian ini seperti ucapan kaum Nabi Musa: “Buatkan untuk kami Sesembahan sebagaimana mereka memiliki Sesembahan.” Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian.” [HSR. Ahmad dan Tirmidzi]
 
– Adapun sedekah laut dengan memersembahkan binatang sesembelihan kepada jin-jin, maka ini termasuk ke dalam sabda Rasulullah ﷺ:
 
لعن الله من ذبح لغير الله
 
“Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah.” [HR. Muslim]
 
Maka sungguh benar firman Allah ﷻ:
 
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ أُوْلَٰئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ
 
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi Neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’raf: 179]
 
7. Pertanyaan: Tapi ini kan budaya yang sudah turun temurun. Masak harus ditinggalkan?
Jawab: Ini adalah alasan klasik orang-orang musyrikin Jahiliyah yang enggan masuk Islam dan menolak ajaran Nabi ﷺ, tapi lebih mengikuti ajaran nenek moyang. Allah ﷻ berfirman:
 
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَآ أَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۚ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهۡتَدُونَ
 
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” [QS. Al-Baqarah: 170]
 
8. Pertanyaan: Bukankah banyak orang yang juga mengamalkannya?
Jawab: Banyak atau mayoritas bukanlah dalil akan kebenaran. Di dalam Islam kebenaran diukur dengan Alquran, hadis Rasulullah ﷺ yang sahih, dan pemahaman sahabat Rasulullah ﷺ.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ
 
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS. Al-An’am: 116]
 
Mengikuti petunjuk Allah adalah jalan keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Allah ﷻ berfirman:
 
فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ
 
“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” [QS. Thaha: 123-124]
 
 
Oleh: Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc hafizhahullah
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
BENARKAH SURO BULAN SIAL?
BENARKAH SURO BULAN SIAL?
BENARKAH SURO BULAN SIAL?
BENARKAH SURO BULAN SIAL?
BENARKAH SURO BULAN SIAL?