بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

AYO PELAJARI PENYIMPANGAN SYI’AH

Beberapa waktu lalu kita disibukkan dengan pemberitaan tentang penindasan yang dialami sekelompok Syi’ah di Sampang, Madura. Beragam komentar bermunculan di masyarakat, di mana sebagiannya-sebagian besar mungkin-menganggap, yang demikian sebagai kezhaliman yang nyata. Lebih dari itu, mayoritas beranggapan, bahwa perbedaan antara kaum Muslimin pada umumnya – yang sering disebut Sunni- dengan kaum Syi’ah, adalah perbedaan biasa, di mana setiap orang bebas menentukan pilihan, dan orang lain harus menghormati pilihan tersebut, serta tidak boleh saling menyalahkan. Tentu ini semua dalam kerangka apa yang dinamakan dengan HAM. Terlepas apakah kasus yang terjadi di Sampang merupakan konflik yang dilandasi agama, atau hanya konflik pribadi antar keluarga, namun dibumbui dengan bumbu “agama”; tulisan ini lebih mengingatkan kaum Muslimin tentang hakikat Syi’ah. Seorang Muslim yang cerdas tentu akan berhati-hati dalam bertindak dan berucap, dan tidak sekedar mengikuti apa yang tersebar di media massa, atau mengikuti apa yang diikuti oleh kebanyakan orang.

Sekilas Perkembangan Syi’ah

Kata Syi’ah berasal dari Syaa-’a ang berarti menolong/membela. Syi’ah berarti penolong dan pembela. Kelompok ini dinamakan Syi’ah, karena menganggap, merekalah pembela dan penolong Ali ibnu Abi Thalib, yang mereka anggap terzhalimi. Karena menurut mereka, seharusnya Ali-lah yang berhak menjadi khalifah/pengganti Rasulullah ﷺ. Orang yang menjadi penggagas pemikiran Syi’ah adalah Abdullah ibnu Saba’, yang muncul di akhir-akhir pemerintahan Khalifah ‘Utsman ibnu ‘Affan. Pada perkembangannya, kelompok Syi’ah terpecah menjadi banyak sempalan, dan di antara yang paling menonjol dewasa ini adalah Syi’ah Imamiyah Itsnai ‘Asyariyah, Syi’ah Rafidhah dan Syi’ah Bathiniyah. Negara Iran setelah revolusi Khumaini menjelma menjadi negara Syi’ah Rafidhah. Di Indonesia pun kelompok Syi’ah banyak berkiblat ke Iran, sehingga tidak heran jika di kota Qum – kota yang disucikan di Iran – banyak pemuda Syi’ah Indonesia yang belajar di sana. Mereka berhasil mendirikan organisasi resmi di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid yang bernama Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dan di antara tokoh mereka adalah Jalaludin Rahmat atau Kang Jalal.

Beberapa Pokok Pemikiran Syi’ah Rafidhah

  1. Keyakinan Taqiyyah, yaitu keyakinan mereka bolehnya menyembunyikan akidah asli mereka dan berdusta, demi menutupi hakikat asli mereka. Kedustaan di kalangan Rafidhah adalah sesuatu yang sudah biasa. Bahkan para ulama telah menegaskan hal ini.

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan:: “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih pintar bersaksi dusta, melebihi Rafidhah.”

Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang Rafidhah, beliau menjawab: “Jangan kau ajak bicara mereka, dan jangan ambil riwayat ilmu dari mereka, karena mereka pendusta.”

Syaikh Ahmad ibnu Abdul Halim mengatakan: “Para ulama telah bersepakat, bahwa Rafidhah adalah kelompok sempalan yang paling pendusta.”

Masih banyak ucapan para ulama Islam tentang hal ini. Dan untuk lebih jauh, bisa melihat kitab Minhajus Sunnah An Nabawiyyah (kitab sebanyak delapan jilid tebal yang khusus menjelaskan dengan gamblang tentang Syi’ah dan Rafidhah) dan kitab Al Ibanah Al Kubro karya Ibnu Batthoh, seorang ulama Madzhab Hambali yang terkenal. Oleh sebab inilah, Imam Bukhari – penulis kitab Shahih Bukhari – tidak meriwayatkan hadis dari tokoh-tokoh Syi’ah terdahulu.

Dengan keyakinan bolehnya dusta dan Taqiyyah inilah, kaum Syi’ah cenderung lebih leluasa untuk menyebarkan pemikirannya di tengah kaum Muslimin, yang kebanyakan dari kaum Muslimin tidak mengenal hakikat mereka

  1. Keyakinan mereka, bahwa para pemimpin dan imam Syi’ah adalah orang-orang yang ma’shum atau terjaga dari kesalahan. Lebih dari itu, mereka menganggap, derajat keimaman lebih tinggi dari derajat kenabian. Suatu hal yang mungkin sulit dipercaya, namun demikianlah kenyataannya. Para ulama Islam dari dulu sampai sekarang menjelaskan yang demikian dengan menukil langsung dari kitab-kitab asli karangan ulama Syi’ah seperti yang dilakukan Syaikh Ahmad ibnu Abdul Halim ketika membantah tokoh Syi’ah di zamannya yang bernama Ibnul Muthohhar. Demikian pula Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir-seorang ulama Pakistan yang banyak menghabiskan umur beliau untuk menjelaskan penyimpangan Syi’ah dan Sufi – di mana Syaikh Ihsan ini khusus memelajari bahasa Persia yang merupakan bahasa penduduk Negara Syi’ah Iran. Tujuan beliau memelajari bahasa Persia, agar bisa mengetahui langsung apa yang ditulis ulama Syi’ah dalam kitab-kitab mereka, sehingga apa yang beliau sampaikan tentang keyakinan-keyakinan Syi’ah Rafidhah benar-benar orisinal dan bukan sekadar penukilan dari sumber lain. Oleh karena itu, beliau banyak menulis kitab yang menjelaskan tentang hakikat agama Syi’ah, dan membantah mereka. Beliau akhirnya terbunuh pada peristiwa pemboman, di mana diduga kuat pelakunya dari kalangan Syi’ah. Karena beberapa waktu sebelum pemboman tersebut, beliau terlibat diskusi dan debat dengan seorang tokoh Syi’ah, yang berujung pada kekalahan di pihak si tokoh Syi’ah itu. Semoga Allah merahmati beliau.

Akibatnya, kesyirikan lazim terjadi di kalangan mereka, seperti Istighotsah dan Tawassul dengan imam-imam mereka. Yang lebih menyedihkan, sebagian mereka memohon dan berdoa dengan penuh harapan sambil diiringi tangisan dan air mata berkata Ya Husain…Ya Husain….. (maksudnya adalah memanggil dan memohon kepada Husain ibn Ali ibn Abi Thalib).Padahal kalau mereka berdoa kepada Allah, belum tentu sekhusyu’ itu. Artinya, di dalam kalbu sebagian kaum Syi’ah, kedudukan orang yang mereka anggap sebagai imam mereka lebih tinggi dibanding Allah ta’ala. Tentu, seandainya Husain ibn Ali ibn Abi Thalib – cucu nabi ﷺ – mengetahui perbuatan Syi’ah seperti ini, niscaya beliau akan mengingkari mereka. Kejadian yang kami sebutkan tadi merupakan fakta dan terekam dalam video yang beredar di kalangan terbatas.

  1. Bolehnya Nikah Mut’ah atau kawin kontrak di kalangan mereka. Artinya, seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan batas waktu tertentu yang disepakati. Jika batas waktu itu berakhir, berakhir pula ikatan perkawinan. Batas waktu itu bisa setahun, sebulan, sepekan, sehari, setengah hari, satu atau dua jam….Seorang yang memiliki fitrah yang bersih tentu akan menolak yang demikian. Apa bedanya dengan zina ? Ini tidak lain adalah legalisasi perzinaan. Kaum Syi’ah pun, demi memerkuat ajaran sesat ini, berupaya mencari pembenaran dari ayat Alquran dan hadis. Yang perlu diwaspadai, seorang yang awam dengan agama Islam akan mudah termakan oleh syubhat atau kerancuan yang Syi’ah sebarkan, apalagi kalau ajaran sesat ini cocok dengan hawa nafsu yang telah menyimpang dari fitrah. Oleh karena itu, banyak pemuda pemudi dan kalangan mahasiswa yang tertarik bergabung ke Syi’ah, lantaran bolehnya kawin kontrak ini menurut mereka. Padahal, di Iran sendiri, ajaran Mut’ah ini telah menimbulkan keresahan di kalangan mereka, disebabkan dampak sosial yang ditimbulkan. Dalam salah satu majalah terbitan Iran, majalah Asy Syira’(edisi 684 hal.4), disebutkan, bahwa Rafsanjani – mantan presiden Iran – mengisyaratkan sekitar 250.000 bayi yang dibuang sebagai akibat praktik Mut’ah. Bahkan dia sempat mengancam akan melarang Mut’ah di sana, karena kerusakan yang ditimbulkan. Allahulmusta’an.

Masih banyak pemikiran dan ajaran Syi’ah yang menyimpang, namun kiranya tiga hal di atas cukup mewakili dan menggambarkan kepada kita tentang agama Syi’ah. Selanjutnya kita berharap pemerintah bertindak tegas untuk melarang ajaran Syi’ah, dan tidak semata karena HAM, kemudian membiarkan tersebarnya ajaran Syi’ah. Membiarkan Syi’ah berkembang, sama dengan menyakiti kaum Muslimin yang mendambakan ajaran Islam yang murni. Di sisi lain, kaum Muslimin harus mewaspadai upaya-upaya yang dilakukan sebagian pihak untuk mendekatkan Syi’ah dengan Sunni. Ironisnya, sebagian “tokoh” Muslim atau cendekiawan Muslim ikut mendukung upaya menyatukan Syi’ah dengan Sunni, dengan menggambarkan, bahwa perbedaan yang ada hanya dalam masalah khilafiyah yang kecil dan sepele, atau anggapan bahwa Syi’ah zaman ini bukanlah Syi’ah yang ekstrim maupun berbagai alasan lain. Semoga Allah memudahkan kita untuk membahas kembali secara lebih mendalam topik Syi’ah ini, karena masih banyak kebingungan dan kerancuan di masyarakat, termasuk anggapan salah kaprah bahwa Iran adalah Negara Islam yang berani melawan Amerika dan Yahudi. Satu hal penting bahwa sejarah mencatat, fakta kaum Syi’ah adalah pengkhianat atas kaum Muslimin. Dulu, di abad pertengahan, seorang Syi’ahlah yang menjadi pengkhianat, sehingga kaum Tatar bisa membantai kaum Muslimin di Baghdad. Sekarang, seorang Syi’ah juga yang membantai kaum Muslimin di Suriah. Bashar Asad adalah seorang Syi’ah Bathiniyah yang kejam dan beberapa ulama telah mengafirkannya.

Akhirnya, kita mengingatkan kaum Muslimin untuk tidak melakukan tindakan main hakim sendiri dalam menghadapi kelompok-kelompok yang menyimpang, apalagi kalau sampai menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Mari kita menasihati dan memberi masukan kepada pemerintah, serta tidak lupa mendoakan mereka, agar bisa mengambil langkah yang tepat, dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Yang terpenting adalah, bagaimana kita kembali memelajari Islam yang benar, dan mengamalkannya, sehingga kita bisa mewaspadai Ghazwul Fikri, atau perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam, baik dari kalangan orang kafir maupun dari dalam tubuh kaum Muslimin sendiri.

Allahulmuwaffiq.