FENOMENA OM TELOLET OM

Anak-anak memberi kode kepada supir bis agar membunyikan klakson telolet.

Pertanyaan:

Bagaimana menanggapi fenomena Om Telolet Om dari sisi Islam? Nampaknya masyarakat mulai gila telolet…

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Beberapa hari yang lalu ada salah satu pembaca konsultasisyariah.com juga menanyakan hal yang sama. Meminta agar dibahas fenomena om telolet. Saya pikir, tidak terlalu penting untuk dibahas, karena ini hanya trend sekilas yang menjadi hiburan masyarakat di pinggir jalan. Namun ternyata masalahnya tidak seremeh yang saya bayangkan. Dari mulai anak-anak, para remaja, hingga yang tua, banyak yang berjejer di pinggir jalan, hanya untuk menantikan bis yang lewat, sambil membawa tulisan pesan “Om Telolet Om..”

Trend yang telah banyak menyita waktu kaum Muslimin. Bahkan ada di antara mereka yang menghadang bis lewat sampai jam 9.30 malam. Subhanallah…

Kami tidak sedang membahas sisi hukum musiknya. Mengenai hukum musik, kita bisa baca beberapa kumpulan artikel berikut: Yufid.com: https://yufid.com/result/?search=hukum%20musik#gsc.tab=0&gsc.q=hukum%20musik&gsc.page=1

Di sini izinkan kami sedikit membandingkan antara jalanan di Indonesia dengan kondisi jalan antara Mekah – Madinah.

Bagi kita yang pernah haji atau umrah, suasana jalan antara Mekah – Madinah barangkali tidak hilang dari ingatan. Jalannya lebar, tidak padat, kanan-kiri pemandangan pegunungan dan bebatuan. Tapi ada satu yang sangat menginspirasi. Di sepanjang jalan, kita bisa lihat banyak rambu jalan bertuliskan kalimat-kalimat Thayibah… atau ajakan untuk bertawakkal, berlindung dari godaan setan, atau meminta pertolongan kepada Allah.

 

Ada yang bertuliskan Shalawat… ada yang bertuliskan Alhamdulillahi rabbil alamin… ada juga yang bertuliskan Astaghfirullah… Sehingga setiap pengguna jalan yang melintasi rambu itu, merasa diingatkan untuk mengucapkan kalimat thayibah di atas.

Kita bisa bayangkan pengaruhnya?

Orang yang mengajak berzikir dapat pahala. Dan para pengguna jalan yang berzikir juga dapat pahala. Terlebih yang mengajak, mereka mendapat pahala lebih besar. Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ الدَّالَّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ

Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, seperti pelakunya. (HR. Ahmad 23027, Turmudzi 2883, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

 

Itulah arti sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pemerintah Saudi menyadari, mengingatkan orang untuk berzikir termasuk amal soleh yang menghasilkan pahala. Karena bagian dari ciri  Muslim yang baik, hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang bermanfaat baginya.

Dari Abu Hurairah dan Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhum, Nabi ﷺ bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Bagian dari tanda sempurnanya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berarti baginya. (HR. Ahmad 1737,  Turmudzi 2487 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Para pengguna jalan bisa menggunakan waktu kosongnya untuk banyak berzikir. Mengucapkan kalimat thayibah, sebisa yang dia lakukan. Dia bisa membaca Tasbih, Tahlil, Tahmid, atau memerbanyak Istighfar, atau memerbanyak membaca Shalawat. Buat lisan kita selalu basah dengan zikir, dengan istighfar, atau dengan shalawat, sehingga waktu kita di atas kendaraan akan semakin berarti.

Abdullah bin Busr bercerita:

Ada orang Badui datang menghadap Nabi ﷺ. ‘Ya Rasulullah, syariat Islam sangat banyak. Tolong ajarkan kepadaku perkara yang bisa aku pegangi selalu’ kemudian Nabi ﷺ menyarankan:

لاَ يَزَالُ لِسَانُك رَطْبًا بِذِكْرِ اللهِ

Jaga lisanmu agar selalu basah dalam mengucapkan zikir kepada Allah. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf no. 30066).

Ajakan telolet mungkin bisa ganti dengan semarak,

  • Om, istighfar Om.
  • Om, shalawat om…
  • Om, baca tasbih om.. baca tahlil om, dst.

Kedua, masalah nongkrong di pinggir jalan.

Nabi ﷺ menyebut tindakan ini kurang baik, kecuali bagi mereka yang bisa menunaikan hak jalan.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ فِى الطُّرُقَاتِ

“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”

Para sahabat mengatakan:

“Ya Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan duduk di pinggir jalan, untuk mengobrol.”

Kemudian beliau ﷺ mengatakan:

فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ ». قَالُوا وَمَا حَقُّهُ قَالَ « غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الأَذَى وَرَدُّ السَّلاَمِ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ »

Jika kalian enggan untuk tidak duduk-duduk di pinggir jalan, maka kalian harus tunaikan hak jalan, yaitu, tundukkan pandangan, jangan mengganggu, jawab salam, dan tegakkan amar makruf nahi munkar. (HR. Ahmad 11309, Muslim 5685 dan yang lainnya).

Mereka yang sudah dewasa, hanya menunggu bis lewat sambil membawa tulisan berisi pesan, om telolet, jelas ini bukan hak jalan.

Allahu a’lam…

 

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Sumber: https://konsultasisyariah.com/28806-fenomena-om-telolet-om.html