بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
TAKWIL TERHADAP AYAT TENTANG SIFAT ALLAH
>> Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
>> Barang siapa yang melakukan takwil, maka dia telah menyelisihi Ahlussunnah wal Jamaah
 
Pertanyaan:
Kami mendengar dari sebagian ulama, bahwa Ahlussunnah wal Jamaah melakukan takwil terhadap sebagian ayat-ayat tentang sifat-sifat Allah. Apakah benar bahwa madzhab mereka demikian? Mohon beri petunjuk kepada kami. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
 
Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah:
Yang benar adalah yang telah ditetapkan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bahwasanya mereka tidak melakukan takwil (penyelewengan makna) terhadap ayat maupun hadis tentang sifat-sifat Allah. Yang melakukan takwil adalah kelompok Jahmiyah dan Muktazilah. Demikian pula kelompok ‘Asyairah yang melakukan takwil terhadap sebagian sifat Allah. Adapun Ahlussunnah wal Jamaah dikenal, bahwasanya akidah mereka meyakini dengan benar dan tidak melakukan takwil. Mereka meyakini terhadap ayat dan hadis tentang sifat sebagaimana adanya, TANPA melakukan tahrif, ta’thil, dan tidak pula takyif maupun tamtsil. Hal itu semua tidak pernah dilakukan terhadap sifat-sifat Allah seperti sifat:
• al istiwa’,
• al qadam (telapak kaki),
• al yad (tangan),
• al ashabi’ (jari-jamari),
• ad dhahak (tertawa),
• ar rida (rida),
• al ghadhab (marah).
 
Sifat-sifat tersebut mereka yakini sebagaimana adanya dengan iman yang benar, bahwasanya itu semua adalah sifat Allah taala, wajib ditetapkan untuk Allah sesuai dengan keagungan-Nya, TANPA melakukan tahrif, takthil, takyif, dan tamtsil.
 
Sebagian manusia melakukan takwil terhadap sifat tertawa dengan sifat rida, sifat mahabbah (cinta) dengan iradah (berkehendak) untuk memberi pahala, begitu pula dengan sifat rahmat. Ahlussunnah tidak meridai perbuatan semacam itu. Kewajiban seorang Muslim adalah tetap mengimaninya seperti apa yang ada dalam Alquran dan hadis, dan meyakini bahwa itu semua benar. Allah ﷻ mencintai dengan kecintaan yang hakiki sesuai dengan keagungan-Nya. Tidak seperti rasa cinta yang ada pada makhluk-Nya. Demikian pula sifat Allah yang lainnya seperti sifat rida, marah, dan benci. Itu semua adalah sifat yang hakiki yang Allah telah sifatkan untuk diri-Nya sesuai dengan keagungan Allah, dan sama sekali tidak serupa dengan sifat yang ada pada makhluk-Nya. Allah ﷻ berfirman:
 
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِير
 
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah. Dia Zat Yang Maha mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Asy Syuura:11]
 
Demikian pula sifat tertawa dan istiwa’ bagi Allah yang terdapat dalam nash, merupakan sifat tertawa dan istiwa’ yang hakiki sesuai dengan keagungan-Nya, tidak serupa dengan satu pun dari sifat makhluk-Nya.
 
Tidak boleh melakukan takwil menurut Ahlussunnah wal Jamaah. Seorang Muslim wajib membiarkan ayat dan hadis tentang sifat sesuai makna yang ada disertai keimanan, bahwasanya sifat tersebut benar merupakan sifat bagi Alah yang sesuai dengan keagungan-Nya. Adapun melakukan tafwidh maka juga tidak boleh. Imam Ahmad berkata tentang ahlu tafwidh (orang yang melakukan tafwidh):
 
إنهم شر من الجهمية
 
“Ahlu Tafwidh lebih rusak daripada Jahmiyyah”
 
Yang dimaksud tafwidh adalah seseorang mengatakan:
“Makna ayat dan hadis tentang sifat Allahu ‘alam (Allah yang lebih tahu). “
 
Yang demikian ini tidak boleh, karena makna tentang ayat dan hadis sifat sudah jelas diketahui oleh para ulama.
 
Imam Malik rahimahullah pernah berkata:
 
الاستواء معلوم، والكيف مجهول
 
“Sifat istiwak sudah maklum (jelas diketahui maknanya), dan kaifiyahnya majhul (tidak diketahui bagaimana caranya).”
 
Perkataan serupa juga diriwayatkan dari Imam Rabi’ah bin Abdirrahman dan yang lain dari para ulama. Makna tentang sifat istiwak sudah jelas diketahui. Ahlussunah mengetahui maknanya. Demikian juga sifat rida, marah, mahabbah, istiwak, tertawa, dan sifat yang lain. Maknanya sudah diketahui dan tidak mengandung makna yang lain. Makna tertawa bukanlah rida, makna rida bukan marah, makna marah bukan mahabbah, makna melihat bukan mendengar. Seluruh sifat-sifat tersebut sudah jelas maknanya bagi Allah taala, akan tetapi tidak sama dengan sifat para makhluk-Nya. Allah ﷻ berfirman:
 
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ
 
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. An Nahl:74]
 
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
 
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.“ [QS. Asy Syuura :11]
 
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
 
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” [QS. Al Ikhlas:4]
 
Inilah keyakinan yang benar yang diyakini oleh Ahlussunnah wal Jamaah dari kalangan para sahabat Nabi ﷺ dan para pengikut mereka yang mengikuti mereka dengan baik. Barang siapa yang melakukan takwil, maka dia telah menyelisihi Ahlussunnah wal Jamaah.
 
 
 
 
Penerjemah: dr. Adika Mianoki
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
TAKWIL TERHADAP AYAT TENTANG SIFAT ALLAH