بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
TAHUKAH ANDA, APA SAJA YANG TERMASUK AR RIBATH?
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
 
ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا ويرفع به الدرجات؟ » قالوا : بلى يا رسول الله،‍‍ قال: « إسباغ الوضوء على المكاره وكثرة الخطا إلى المسجد وانتظار الصلاة بعد الصلاة فذلكم الرباط فذلكم الرباط فذلكم الرباط
 
“Apakah kalian mau aku tunjukkan amalan yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat?
Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
• “Menyempurnakan wudhu pada saat-saat yang tidak disukai,
• Memerbanyak langkah kaki menuju ke masjid, dan
• Menunggu salat setelah salat.
Yang demikian itulah ar Ribath.” [HR. Muslim]
 
Dari hadis ini dapat diambil beberapa faidah:
 
1) Dianjurkan bagi para pendidik, ketika mengajarkan sesuatu, hendaknya menggunakan uslub/metode “menawarkan”. Yang demikian itu pada gilirannya akan membuat anak didik lebih siap memerhatikan atau mendengar dengan seksama, sesuatu yang akan disampaikan oleh pendidiknya.
 
2) “Pada saat-saat yang tidak disukai” maksudnya adalah ketika matahari bersinar terik di musim panas, atau malam hari di musim dingin dan menjelang Subuh. Karena pada saat-saat seperti itu, orang lebih cenderung untuk mencukupkan diri pada syarat sahnya wudhu. Sehingga terkadang, banyak sunnah-sunnah wudhu ditinggalkan.
 
3) Hadis ini merupakan bantahan terhadap pendapat yang mengatakan, bahwa bersuci dengan air yang panas akibat sengatan matahari hukumnya makruh. Pendapat ini tertolak karena berlawanan dengan hadis yang sahih. Jika benar hukumnya makruh, tentu Nabi ﷺ tidak mengajarkan umatnya agar berlomba-lomba dalam hal makruh.
 
4) Berjalan menuju ke masjid lebih utama daripada berkendaraan. Namun jangan sampai dalam menerapkan sunnah menyebabkan sunnah yang lebih utama ditinggalkan. Misalnya: Jangan gara-gara ingin berjalan kaki ke masjid, menyebabkan ketinggalan salat berjamaah. Hendaknya yang rumahnya lebih jauh dari masjid, lebih awal berangkat, agar dapat berjalan kaki menuju masjid, dan tidak ketinggalan berjamaah. Atau bagi yang rumahnya sangat jauh dari masjid, sehingga mengharuskan dirinya berkendaraan, maka hendaknya memarkir kendaraannya agak jauh dari masjid, supaya tetap dapat menerapkan sunnah berjalan kaki menuju masjid. Wallaahu a’lam.
 
5) Berjalan dengan langkah pendek-pendek lebih utama daripada langkah panjang-panjang. Karena secara matematis saja, dengan jarak yang sama, langkah pendek-pendek lebih banyak daripada langkah panjang-panjang. Dengan demikian, kebaikan atau keutamaan yang didapat juga akan lebih banyak. Walhamdulillah.
 
6) Bersuci di rumah lebih utama daripada bersuci di masjid. Karena berjalan ke masjid yang dapat menghapus dosa dan menaikkan derajat adalah dalam keadaan telah berwudhu. Oleh karena itu di dalam hadis, berwudhu disebutkan terlebih dahulu daripada amalan yang lain.
 
7) Menunggu salat setelah salat maksudnya adalah hatinya senantiasa merindukan akan datangnya waktu salat yang berikutnya. Sama halnya dengan orang yang hatinya tergantung di masjid. Maksudnya bukan orang yang senantiasa berada di masjid, dan tidak pernah keluar setapak kaki pun dari masjid.
 
8) Menyempurnakan wudhu, berjalan kaki menuju masjid, merindukan datangnya waktu salat merupakan jihad fi sabiilillah. Karena seorang Muslim, ketika melakukan hal-hal tersebut, berjuang dengan gigih melawan nafsunya. Karena melawan hawa nafsu bukan perkara ringan, maka Rasulullah ﷺ menyerupakannya dengan “ar ribath,” yang pada asalnya merupakan istilah di dalam medan jihad.
 
Wallaahu a’lam.
 
 
Penulis: Abu Yazid Nurdin
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
 
Baca juga: