بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

SALAT YANG MENJADI QURRATUL ‘AIN (KESENANGAN HATI) DAN ISTIRAHATNYA HATI

 

Salat merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa. Momen untuk bermunajat bagi orang-orang yang hatinya sedang gundah dan jiwanya sedang resah adalah saat salat, terutama di dalam sujud. Posisi sujud itulah saat terdekatnya seorang hamba dengan Rabbnya. Rasulullaah ﷺ bersabda:

يَا بِلَالُ ! أَرِحْنـــَا بِالصَّلَاة

“Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan salat.” [HR. Ahmad no. 23088 dan Abu Dawud no. 4985. Dinilai Sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 7892]

Dalam hadis tersebut dijelaskan, bahwa istirahat Rasulullah ﷺ dan orang-orang yang cinta kepada Allah ﷻ terletak pada salat. Adapun orang yang lalai dan berpaling, maka dia tidak merasakan kenikmatan tersebut. Bahkan mereka merasakan salat sebagai sesuatu yang sangat berat dilaksanakan. Ibarat mereka sedang berdiri di atas bara api. Oleh karena itu, mereka sangat ingin segera menyelesaikan salatnya, dikarenakan tidak adanya kesenangan di hatinya, dan tidak ada istirahat baginya di dalam salat tersebut.

Jika seseorang senang terhadap sesuatu dan hatinya merasa bisa istirahat dengan hal tersebut, maka hal yang paling berat adalah berpisah dengannya. Sebaliknya, orang yang terpaksa melakukan sesuatu yang tidak disenanginya, akan sangat bahagia ketika berpisah dengan sesuatu tersebut. Orang yang merasa terpaksa melaksanakan salat akan tersiksa dengan lamanya salat, sekalipun dia memiliki waktu luang dan badan yang sehat.

✓ Enam Hal yang Perlu Dihadirkan Saat Salat

Salat bisa menjadi qurratul ‘ain (kesenangan hati) dan istirahatnya hati ketika salat tersebut menghadirkan enam hal, yaitu:

(1) Ikhlas,
(2) Kejujuran dan ketulusan,
(3) Mengikuti dan mencontoh Rasulullah ﷺ,
(4) Ihsan,
(5) Menyadari anugerah dari Allah ﷻ,
(6) Merasa kurang dalam amalan.

Berikut ini adalah penjelasan keenam poin di atas:

1️. Ikhlas

Hal yang membawa dan mendorong orang yang ikhlas dalam salatnya untuk melaksanakan salat adalah harapannya kepada Allah, rasa cinta kepada-Nya, mencari rida-Nya, mendekat kepada-Nya, mencari cinta-Nya, dan karena melaksanakan perintah-Nya. Hamba tersebut mendirikan salat sama sekali bukan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dunia.

2️. Kejujuran dan Ketulusan

Hamba yang jujur dan tulus dalam salat akan memusatkan hatinya dalam salat untuk Allah ﷻ, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan secara lahir maupun batin. Secara lahir, seorang hamba akan berusaha agar gerakan dan ucapan dalam rangkaian salat bisa sesempurna mungkin. Adapun secara batin, seorang hamba akan berusaha supaya bisa khusyuk dan merasa senantiasa dilihat oleh Allah ﷻ. Aspek batin ini ibarat roh salat, sedangkan gerakan dan ucapan dalam salat ibarat badannya.

Jika salat kosong dari roh, maka salat tersebut seperti badan yang tidak memiliki roh. Adapun salat yang sempurna secara lahir dan batin, maka dia akan diberikan cahaya seperti cahaya matahari. Allah ﷻ akan meridainya, dan salat itu berkata kepada orang yang salatnya sempurna tersebut, “Semoga Allah ﷻ menjagamu sebagaimana Engkau telah menjagaku.”

3️. Mengikuti dan Mencontoh Nabi ﷺ

Seorang hamba harus bersungguh-sungguh melaksanakan salat, sebagaimana salat Rasulullah ﷺ. Dia berpaling dari hal-hal baru yang dibuat manusia dalam salat, baik berupa penambahan maupun pengurangan, yang sama sekali tidak ada nukilan dari Rasulullah ﷺ maupun seorang pun dari para sahabat.

4️. Ihsan

Ihsan yakni beribadah kepada Allah ﷻ dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya. Hal ini bisa bisa terwujud bagi hamba yang sempurna keimanannya kepada Allah, Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya.

Sampai seolah-olah dia melihat Allah beristiwa’ di atas Arsy, berbicara dengan perintah-Nya dan larangan-Nya, mengatur urusan makhluk Nya, semua perkara turun dari sisi-Nya dan juga naik kepada-Nya, amalan hamba dan roh hamba akan dihadapkan kepada-Nya ketika matinya. Dia menyaksikan semua itu dengan hatinya. Menyaksikan Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya. Menyaksikan bahwa Allah ﷻ adalah Zat yang berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluk, dan terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menyaksikan bahwa Allah ﷻ adalah Zat yang Maha Hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Perkasa, Maha Bijaksana, memerintah dan melarang, mencintai dan membenci, rida dan murka, melakukan apa yang dikehendaki, menghukumi dengan apa yang diingini-Nya, dan mengetahui seluruh perbuatan hamba yang lahir maupun batin.

Ihsan ini merupakan pokok bagi seluruh amalan hati. Jika hamba beribadah kepada Allah ﷻ dengan keadaan seolah-olah melihat-Nya, maka akan muncul sifat malu, mengagungkan Allah, rasa takut, cinta, kembali kepada Allah dengan bertobat, dan mengikhlaskan amal, tawakal, menghinakan diri di hadapan-Nya, memotong bisikan setan, serta mengumpulkan tujuannya untuk Allah ﷻ.

Kadar kedekatan hamba kepada Allah ﷻ sesuai dengan kadar ihsannya. Oleh karena itu, salat yang dilakukan oleh setiap orang memiliki kadar yang berbeda-beda pula, karena kadar ihsan setiap orang berbeda. Bisa jadi salat dua orang terlihat sama, namun nilai keutamaannya jauh berbeda, ibarat jauhnya langit dengan bumi.

5️. Menyadari Anugerah dari Allah ﷻ

Seorang hamba haruslah senantiasa menyadari dan mengingat, bahwa semua anugerah hanya milik Allah ﷻ. Dia mampu untuk mendirikan salat dengan baik disebabkan karena anugerah dari Allah ﷻ. Sahabat radhiyallaahu ‘anhum berkata di hadapan Rasulullaah ﷺ:

وَاللهِ لَـوْلَا اللهُ مَـا اهْتَـدَيْنَـا

“Demi Allah, jikalau bukan karena Allah, maka kami tidak akan mendapat petunjuk.”

وَلَا تَصَـدَّقْنَـا وَلَا صَلَّيْنَـا

“Tidak bisa bersedekah, tidak bisa pula salat.”

Allah ﷻ berfirman:

يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ اَنْ اَسْلَمُوْا ۗ قُلْ لَّا تَمُنُّوْا عَلَيَّ اِسْلَامَكُمْ ۚبَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰىكُمْ لِلْاِيْمَانِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu. Sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” [QS. Al Hujurat: 17]

Jadi Allah ﷻ-lah yang menjadikan seseorang menjadi Muslim dan mampu mendirikan salat. Ini sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam:

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu. Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, lagi Maha Penyayang.” [QS. Al Baqarah: 128]

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [QS. Ibarhim: 40]

Anugerah hanyalah milik Allah ﷻ dalam menjadikan seorang hamba melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Ketaatan ini merupakan nikmat paling agung bagi seorang hamba. Allah ﷻ berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْنَۚ

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [QS. An Nahl: 53]

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَه فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَۙ

“Dan ketahuilah olehmu, bahwa di tengah-tengahmu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan)mu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [QS. Al Hujurat: 7]

Kesadaran seseorang terhadap anugerah yang Allah ﷻ berikan ini akan berbanding lurus dengan kadar kesempurnaan tauhid seseorang. Semakin dia sempurna tauhidnya, maka semakin tinggi pula kesadarannya akan anugerah yang telah Allah ﷻ berikan kepadanya.

Apabila hamba menyadari bahwa ketaatan yang bisa dia laksanakan itu semata-mata adalah anugerah dari Allah ﷻ, maka dia akan lebih terjaga dari sifat berbangga diri dengan amalannya. Hal ini disebabkan karena dia menyadari, bahwa semua itu adalah anugerah dan nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada Nya.

6️. Merasa Kurang dalam Amalannya

Sebesar apapun usaha seorang hamba untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah ﷻ, tetap saja dia dikatakan sebagai orang yang kurang. Hal ini disebabkan karena hak Allah ﷻ yang harus ditunaikan jauh lebih besar daripada amalan yang telah dilaksanakan seorang hamba. Oleh karena itu, setiap hamba hendaknya menyadari akan kekurangannya tersebut dan memerbanyak istighfar.

Empat hal yang menjadi pokok permasalahan di atas adalah niat yang benar, semangat yang tinggi, raghbah (rasa berharap yang khusus) dan rahbah (rasa takut yang khusus). Empat hal ini merupakan kaidah-kaidah dalam permasalahan tersebut. Apabila terdapat kekurangan di dalam kondisi keimanan seseorang, maka ada kekurangan di dalam keempat hal tersebut, atau kekurangan di sebagiannya. Oleh karena itu, orang yang cerdas akan merenungkan keempat hal ini, dan akan bersungguh-sungguh menjadikannya sebagai jalan hidupnya.

Allah ﷻ tempat meminta pertolongan, kita bertawakal kepada-Nya, memohon taufik kepada-Nya, cukuplah Dia menjadi penolong kita, dan Dia lah sebaik-baik Pelindung.

Disarikan dari kitab Ta’zhiim Ash-Shalaat hal. 83-87, karya Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala, cetakan pertama tahun 1434, penerbit Daar Al fadhiilah.

 

Penulis: Apt. Pridiyanto
Sumber:
https://muslim.or.id/59904-shalat-menjadi-kesenangan-hati-bag-1.html
https://muslim.or.id/59908-shalat-menjadi-kesenangan-hati-bag-2.html

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat