بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
LIANG KUBUR AWAL PERJALANAN KITA DI AKHIRAT
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه
 
“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan Akhirat. Jika seseorang SELAMAT dari (siksaan)nya, maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia TIDAK SELAMAT dari (siksaan)nya, maka (siksaan) selanjutnya akan lebih berat.” [HR. Tirmidzi, beliau berkata: “Hasan Gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih]
 
Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah masuk di Alam Kubur? Hadis panjang al-Bara’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan disahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di Alam Kuburnya:
 
Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi ﷺ dari golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah ﷺ pun duduk (menanti), dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya, seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak yang hinggap. Rasulullah ﷺ memainkan sepotong dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.
 
Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Seandainya SEORANG YANG BERIMAN sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan Akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari Surga, lalu duduk di sekeliling Mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah kepala Mukmin tersebut. Malaikat pencabut nyawa itu berkata: ‘Wahai nyawa yang mulia, keluarlah engkau untuk menjemput ampunan Allah dan keridaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh Mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa, dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi, lalu dibungkus dengan kafan Surga, dan diberi wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.
 
Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit mereka bertanya: ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa Fulan bin Fulan’, jawab para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju ke langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman: ‘Tulislah nama hamba-Ku ini di dalam Kitab ‘Iliyyin, lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’
 
Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk.
Mereka berdua bertanya: ‘Siapakah Rabbmu?’,
‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya.
Mereka berdua kembali bertanya: ‘Apakah agamamu?’
‘Agamaku Islam’ sahutnya.
Mereka berdua bertanya lagi: ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’
“Beliau adalah Rasulullah ﷺ” jawabnya.
‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua.
‘Aku membaca Alquran lalu aku mengimaninya dan memercayainya’.
 
Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru: ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah Surga baginya, berilah dia pakaian darinya, lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya Surga (memasuki kuburannya), lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.
 
Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan, memakai pakaian yang sangat indah, dan berbau harum sekali, seraya berkata: ‘Bergembiralah. Inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’.
Mukmin tadi bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’.
‘Aku adalah amal salehmu’ jawabnya.
Si Mukmin tadi pun berkata: ‘Wahai Rabb-ku (segerakanlah datangnya) Hari Kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku.
 
Adapun ORANG KAFIR, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan Akhirat dan masih menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah Malaikat Pencabut Nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya berkata: ‘Wahai nyawa yang hina, keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’ Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi.
 
Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu ditanya: ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa Fulan bin Fulan’ jawab mereka dengan namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya, namun tidak diizinkan. Rasulullah ﷺ membaca firman Allah taala:
 
لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط
 
“Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit, dan mereka tidak akan masuk Surga. Sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum sekalipun.” [QS. Al-A’raf: 40]
 
Saat itu Allah berfirman: ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah ﷺ membaca firman Allah taala:
 
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ
 
“Barang siapa memersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj: 31]
Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang mendudukannya seraya bertanya: ‘Siapakah Rabbmu?’
‘Hah hah… Aku tidak tahu’ jawabnya.
Mereka berdua kembali bertanya: ‘Apakah agamamu?’
“Hah hah… Aku tidak tahu’ sahutnya.
Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’
“Hah hah… Aku tidak tahu’ jawabnya.
Saat itu terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan Neraka baginya, dan bukakan pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk Neraka pun bertiup ke dalam Kuburannya. Lalu kuburannya disempitkan (oleh Allah) hingga menghimpit dan meremuk-redamkan tulang-belulangnya.
 
Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk, memakai pakaian kotor, dan berbau sangat busuk, seraya berkata: ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu. Hari ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu’.
Orang kafir itu seraya bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’
‘Aku adalah dosa-dosamu’ jawabnya.
‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan Hari Kiamat’ seru orang kafir tadi.” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan disahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak (I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156]
 
Itulah dua model kehidupan orang yang telah masuk liang kubur. Jika kita menginginkan untuk menjadi orang yang dibukakan baginya pintu ke Surga dan diluaskan liang kuburnya seluas mata memandang, maka mari kita berusaha untuk memerbanyak untuk beramal saleh di dunia ini.
 
Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beramal saleh. Semoga kelak kita mendapatkan kenikmatan di Alam Kubur, serta dihindarkan dari siksaan di dalamnya. Aamiin.
 
Wallahu ta’ala a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
 
Tulisan ini terinspirasi dari kitab Majalis Al-Mu’minin Fi Mashalih Ad-Dun-Ya Wa Ad-Din Bi Ightinam Mawasim Rabb Al-‘Alamin, karya Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syahlub (II/83-86)
 
 
Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
LIANG KUBUR AWAL PERJALANAN KITA DI AKHIRAT