بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

ISA AL-MASIH ALAIHISSALLAM, BUKAN TUHAN JUGA BUKAN ANAK TUHAN

 

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah, dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya, yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya.

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-ya, dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”. Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Ilaah Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” [QS. an-Nisa/4:171]

Penjelasan Ayat

Ayat Untuk Kaum Nasrani

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”

Pada permulaan ayat ini Allah ﷻ memeringatkan Ahli Kitab dari perbuatan ghuluw dalam beragama, tindakan yang merupakan pangkal dari berbagai kesesatan, kerusakan, dan kekufuran, serta kesyirikan. Makna asal ghuluw, melampaui batas-batas yang telah ditentukan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan ghuluw dalam beragama, yaitu bersikap berlebihan dengan melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh syariat dalam suatu perkara agama, dengan melakukan hal-hal yang tidak masyru’. [Taisir al-Karimir Rahman 208, al-Ghuluw hlm.22 ‘Ali bin ‘Abdil ‘Aziz asy-Syibl, Tafsir ath-Thabari 6/46]

Perbuatan ghuluw yang terlarang bagi mereka diterangkan pada ayat kelanjutannya, yaitu:

“Janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.

Maksudnya, janganlah kalian mengatakan Allah memiliki sekutu, anak, atau istri [Adhwaul Bayan 1/380].

Berdasarkan pendapat Jumhur Ulama tafsir [Zadul Masir 1/ 501 ], larangan pada ayat di atas tertuju pada kaum Nasrani, meskipun kaum Yahudi pun tidak lepas dari larangan ini, karena telah mengatakan Uzair adalah putra Allah. Mereka (kaum Nasrani) telah melampaui batas dalam memuji dan mengagungkan Isa, dengan mengkultuskan dan menuhankannya, memosisikan Isa di atas kedudukan Nubbuwah dan risalah (sebagai nabi dan rasul), menuju maqam (kedudukan) Rububiyah (penguasa alam), yang hanya pantas dimiliki oleh Allah ﷻ.

Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan:
“(Maksudnya) wahai para pemegang Injil, janganlah kalian melampaui batas dalam beragama, yang nanti akan mengakibatkan kalian terjerumus dalam sikap yang berlebihan. Janganlah kalian berbicara tentang Isa dengan perkataan yang tidak benar. Sesungguhnya perkataan kalian, bahwa Isa putra Allah, adalah perkataan yang tidak benar atas nama Allah ﷻ. Sebab Allah ﷻ tidak pernah mengangkat seorang anak, sehingga Isa atau yang lain menjadi putra-Nya.” [Tafsir ath-Thabari 6/46]

Sementara itu Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka (kaum Nasrani) itu telah melakukan tindakan melampaui batas dalam membenarkan (kenabian) Isa alaihissallam. Tindakan melampaui batas itu dalam bentuk meninggikan derajat Isa, di atas kedudukan yang telah Allah ﷻ berikan kepadanya. Mereka mengangkat beliau dari tingkat kenabian menuju pendaulatan sebagai Tuhan selain Allah ﷻ. Mereka menyembahnya, sebagaimana mereka beribadah kepada Allah ﷻ. (Bahkan tidak itu saja), mereka juga berlebihan terhadap para penganut dan pendukung Isa yang mengaku-aku masih mengikut ajaran agamanya (Isa alaihissallam). Umat Nasrani mengklaim, orang-orang tersebut terpelihara dari kekeliruan dan dosa, sehingga umat (Nasrani) mengikuti apa saja yang dikatakan, baik itu kebenaran maupun kebatilan, berisi kesesatan atau petunjuk menuju jalan lurus, benar atau tidak. [Tafsiru al-Qur`anil ‘Azhim 2/478]

Sebagian mereka menyebut Isa alaihissallam adalah putra Allah ﷻ. Sebagian lain menyatakan Isa itulah Tuhan. Sebagian yang lain mengatakan Isa merupakan Tuhan bersama Allah ﷻ. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari perbedaan tajam kalangan Nasrani tentang Isa dengan berkata:
“Kaum Nasrani, kebodohan mereka tidak ada ukurannya, dan kekufuran mereka pun tidak ada batasnya.” [Tafsiru al-Qur`anil ‘Azhim 2/480]

Perselisihan mereka yang lain, soal apakah Isa menyatu dengan Tuhan, bercampur, atau Tuhan yang menyatu dengan Isa. Tentang tajamnya silang pendapat di kalangan kaum Nasrani, sampai-sampai ada yang mengatakan: “Jika ada sepuluh orang Nasrani berkumpul, maka mereka akan berpisah dengan sebelas pandangan yang saling berbeda-beda”. Maha Suci Allah dari perkataan-perkataan yang batil tersebut, yang menyebabkan mereka telah kufur kepada Allah ﷻ, sebagaimana telah Allah ﷻ jelaskan dalam beberapa ayat.

Allah ﷻ berfirman:

وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ

“Dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putra Allah.” [QS. at-Taubah/9:30]

Allah ﷻ berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Maryam [QS. al-Maidah/5:72]

Allah ﷻ berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari tiga… “ [QS. al-Maidah/6:73]

Larangan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar memuat tiga perkara, (yaitu) dua larangan yaitu:
• Berdusta atas nama Allah ﷻ dan
• Berbicara tanpa ilmu (yang benar) tentang nama dan sifat-Nya, syariat dan para rasul-Nya, dan ketiga, (satu) perkara yang diperintahkan, yaitu
• Berkata dengan benar dalam perkara-perkara tersebut. [Taisir al-Karimir Rahman hlm. 209]

Kebenaran Tentang Isa Alaihissallam

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah
• Utusan Allah, dan
• (Yang diciptakan dengan) kalimat-Nya,
• Yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan
• Dengan tiupan roh dari-Nya.”

Inilah kebenaran tentang Isa putra Maryam. Beliau tidak punya nasab selain itu (putra Maryam). Derajat tertinggi dan kesempurnaan diri yang beliau capai adalah kedudukan makhluk yang paling tinggi, yaitu derajat risalah (menjadi utusan Allah), yang merupakan martabat paling tinggi dan karunia yang paling agung [Taisirul Karimir Rahman hlm. 209 ]. Di sini Allah menunjukkan kedustaan-kedustaan yang diyakini kaum Nasrani. [Adhwaul Bayan 1/381]

Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan:
“Wahai orang-orang yang berlebihan terhadap Isa Ibnu Maryam, janganlah kalian berlebihan dalam beragama. Al-Masih bukanlah putra Allah ﷻ, sebagaimana persepsi kalian. Akan tetapi Isa adalah putra Maryam, bukan putra yang selainnya. Ia tidak memiliki nasab selain itu. Kemudian Allah ﷻ memuji Isa Ibnu Maryam alaihissallam dengan menjelaskan kedudukannya, bahwa ia adalah utusan Allah ﷻ. Diutus oleh Allah ﷻ dengan al-haq kepada umat yang dituju.” [Tafsir ath-Thabari 6/47]

Kemudian Allah ﷻ menjelaskan, bahwa Isa diciptakan dengan kalimat-Nya, yang Dia firmankan dengan kalimat: “Kun (Jadilah)”, maka jadilah Isa. Ia bukanlah kalimat itu sendiri, akan tetapi muncul melalui kalimat tersebut. Ini termasuk kategori idhafah takrim dan tasyrif (penisbatan untuk kemuliaan). Isa memperoleh kemuliaan dengan penisbatan itu. [Zadul Masir 1/502, Tafsiru al-Qur`anil ‘Azhim 2/480, Taisir al-Karimir Rahman hlm. 209]

Demikian juga yang dimaksud dengan ‘roh dari-Nya’ BUKANLAH bagian dari-Nya, sebagaimana pandangan kaum Nasrani. Akan tetapi termasuk roh yang Allah ﷻ ciptakan dan sempurnakan, dengan sifat-sifat utama dan akhlak-akhlak yang luhur (daripada roh yang lain). Allah mengutus Jibril alaihissallam untuk meniupkannya pada Maryam sehingga menjadi hamil, dengan izin Allah ﷻ. [Tafsiru al-Qur`anil ‘Azhim 2/480, Taisir al-Karimir Rahman hlm. 209]

Setelah menjelaskan hakikat Isa alaihissallam, Allah memerintahkan Ahli Kitab untuk mengimaninya dan mengimani rasul-rasul yang lain, melarang mereka menjadikan Allah satu dari tiga (oknum).

Lebih Baik Kaum Nasrani Meninggalkan Keyakinan Keliru Tentang Nabi Isa

فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”. Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu.”

Maksudnya yakinilah, bahwa Allah Maha Esa lagi Maha Satu, tidak memiliki istri, juga tidak punya anak. Ketauhi dan yakinilah, sesungguhnya Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Janganlah kalian menjadikan Isa dan ibunya sebagai sekutu bagi Allah. [Tafsiru al-Qur`anil ‘Azhim 2/480]

Selesai menegaskan hakikat Isa al-Masih, Allah ﷻ memerintahkan Ahli Kitab untuk beriman kepada Isa dan rasul-rasul Allah yang lain, sekaligus melarang mereka menjadikan Allah tiga dari yang tiga dalam akidah mereka, yang lebih dikenal dengan Tatslits (Trinitas).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata:
“Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk berhenti (dari perkataan batil mereka tentang Isa) dan mengabarkan, jika itu (berhenti dari keyakinan batil) lebih baik bagi mereka. Sebab itulah yang wajib diikuti, merupakan jalan keselamatan. Selain itu merupakan jalan kebinasaan.” [Taisir al-Karimir Rahman hlm. 209]

Allah ﷻ Tidak Memiliki Anak

إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ

“Sesungguhnya Allah Ilaah Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Allah Maha Esa dalam hak peribadahan. Tidak ada yang berhak diibadahi selain-Nya.” (hlm.209). Bagaimana mungkin Dia ﷻ memiliki anak? Seorang anak akan mirip dengan orang tuanya, sementara tidak ada yang mirip dengan-Nya. [Tafsir al-Qurthubi 6/25, Taisir al-Karimir Rahman hlm.209]

Semuanya adalah Ciptaan Allah ﷻ

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

“Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.”

Maksudnya, semua adalah milik Allah dan ciptaan-Nya. Semua yang ada di langit dan bumi adalah hamba-Nya. Mereka berada di bawah aturan dan perbuatan-Nya. Allah Pemelihara segala sesuatu. Bagaimana mungkin Allah memiliki istri dan anak dari makhluk-makhluk itu? Yang punya anak tidak mungkin berhak menjadi Ilah yang haq. Tidak tepat menjadi Ilah yang diibadahi.” [Tafsir al-Qur`anil ‘Azhim 2/481, Tafsir ath-Thabari 6/49]

Isa putra Maryam termasuk makhluk yang ada di langit dan bumi. Bagaimana ia kemudian bisa berubah menjadi Tuhan. Seandainya Allah memungkinkan punya anak, maka dimungkinkan juga memiliki banyak anak. Sehingga siapa saja yang memiliki mukjizat, maka akan menjadi putra-Nya (?!) [Tafsir al-Qurthubi 6/25]. Ini jelas tidak mungkin.

Semua milik Allah ﷻ, membutuhkan-Nya. Maka mustahil Allah mempunyai sekutu atau putra dari makhluk-Nya. [Taisir al-Karimir Rahman hlm. 209]

Allah ﷻ berfirman:

بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu.” [QS. al-An’am/6:101]

Dalam beberapa ayat, Allah ﷻ menjelaskan sisi kemanusiaan dan penghambaan yang tetap melekat pada diri Isa dan ibunya, sehingga tampak jelas mereka BUKANLAH Tuhan.

Allah ﷻ berfirman:

لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ

“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah.” [QS. an-Nisa/4:172]

Allah ﷻ berfirman:

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ

“Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang sangat benar. Keduanya biasa memakan makanan.” [QS. al-Maidah/5:75]

Allah ﷻ juga telah mengabarkan bahwa sepanjang hidup Isa tetap memerintahkan umatnya untuk hanya beribadah kepada Allah ﷻ semata, tidak pernah menyuruh mereka untuk mengkultuskan dirinya. Allah ﷻ berfirman:

وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah, rabbku dan rabb kalian”. Sesungguhnya orang yang memersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pastilah Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. al-Maidah/5:72]

Dengan demikian, menjadi jelaslah kebatilan agama Nasrani dengan keyakinan Trinitasnya. Sebuah keyakinan yang sulit dicerna akal sehat.

Warisan Ulama Islam Dalam Ilmu Kristologi

Para Ulama Islam telah memberikan perhatian dalam membantah agama Nasrani dan konsep ketuhanan mereka yang sangat janggal dalam berbagai karya ilmiah. Di antaranya, al-Ajwibah al-Fakhirah ‘anil As`ilatil Fajirah karya al-Qarafi, al-Jawabus Shahih liman Baddala Dinal Masih karya Ibnu Taimiyah rahimahullah, Hidayatul Huyara, karya Ibnul Qayyim. [Lihat Dirasaatul Adyan, al-Yahudiyyah wan Nashraniyyah, DR. Su’ud bin ‘Abdil ‘Aziz al-Khalaf, hlm. 20-23]

Pelajaran dari Ayat:

• Larangan berbuat ghuluw.
• Kerusakan pada agama Nasrani sebuah keniscayaan. Bahkan kerusakannya terjadi pada perkara yang sangat fundamental, masalah akidah.
• Kedustaan pangkal dari segala keburukan.
• Terbantahkannya akidah Trinitas.
• Akidah yang lurus tentang Isa alaihissallam.
• Persamaan inti risalah seluruh utusan Allah ﷻ.
• Berhenti dari perbuatan buruk tanda kebaikan.
• Allah ﷻ Maha Suci dari anak dan diperanakkan.
• Seluruh alam semesta hanya milik Allah ﷻ, dan berada dalam penguasaan dan pengaturan-Nya, sehingga tidak mungkin Allah ﷻ membutuhkannya. Wallahu a’lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

 

Oleh Ustadz Muhammad Ashim Lc
Sumber: https://almanhaj.or.id/3840-isa-al-masih-alaihissallam-bukan-Tuhan-juga-bukan-anak-Tuhan.html

 

 

Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

 

Baca juga:

ISA AL-MASIH ALAIHISSALLAM, BUKAN TUHAN JUGA BUKAN ANAK TUHAN

ISA AL-MASIH ALAIHISSALLAM, BUKAN TUHAN JUGA BUKAN ANAK TUHAN

ISA AL-MASIH ALAIHISSALLAM, BUKAN TUHAN JUGA BUKAN ANAK TUHAN

ISA AL-MASIH ALAIHISSALLAM, BUKAN TUHAN JUGA BUKAN ANAK TUHAN