بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
INILAH SAUDARA DAN TEMANMU YANG SEJATI!
 
Al-Imam Yahya bin Mu’adz rahimahullah pernah berkata:
 
أخُوْكَ مَنْ عَرَّفَكَ الْعُيُوْبَ، وَصَدِيْقُكَ مَنْ حَذَّرَكَ مِنَ الذُّنُوْبِ
 
“Saudaramu (yang sebenarnya) itu adalah orang yang menunjukkan kepada aib-aibmu (kekuranganmu).
 
Sedangkan teman/sahabatmu (yang sejati) itu adalah orang yang menyuruhmu berhati-hati dari dosa-dosa.” [Shifatus Shofwah (4/95), karya Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah]
 
Catatan:
 
1. Ya, setiap kita hendaknya memerhatikan, siapa orang-orang yang layak menjadi sahabat atau teman-teman dekat kita.
 
Karena sekecil apa pun bentuk pergaulan/pertemanan, pasti akan saling memberikan pengaruh, yang baik maupun yang buruk.
 
Karena itu pula, perhatikanlah dengan benar, siapa teman-teman kita tersebut! Jangan asal-asalan.
 
2. Nabi Muhammad ﷺ pernah menjelaskan kepada kita, seperti apa gambaran teman yang baik dan yang buruk itu, sebagaimana dalam sabda beliau:
 
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
 
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang tukang pandai besi.
 
(Adapun dari) penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
 
Sedangkan (dari) tukang pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) akan mengenai pakaianmu. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap (darinya).”[HR. Al-Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628]
 
Dari hadis tersebut Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, bahwa dalam hadis ini terdapat permisalan teman yang saleh dengan seorang penjual minyak wangi, dan teman yang jelek dengan seorang tukang pandai besi.
 
Hadis ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman saleh, dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bidah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.”[Syarh Sahih Muslim, 4/227]
 
Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah juga mengatakan:
 
“Hadis ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita.
 
Hadis ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[Fathul Bari, 4/324]
 
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’adi rahimahullah juga menjelaskan, bahwa Nabi ﷺ memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan seorang pandai besi).
 
Bergaul bersama dengan teman yang saleh akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi.
 
Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya, engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi tersebut.
 
Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang saleh lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi.
 
Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memberimu nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka.
 
Dia juga senantiasa memotivasi dirimu untuk menaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap.
 
Sesungguhnya seseorang itu akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya.
 
Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan, maupun dalam kondisi sebaliknya.
 
Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang saleh. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat.
 
Teman yang saleh akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu, baik ketika bersamamu maupun tidak. Dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada.
 
Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu, karena persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu.” [Bahjatu Quluubil Abror, hal. 148]
 
Syaikh As-Sa’di rahimahulah juga menjelaskan, bahwa berteman dengan teman yang buruk itu memberikan dampak yang sebaliknya.
 
Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya.
 
Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka. Dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak.
 
Oleh karena itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman, yaitu Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk.” [Bahjatu Qulubil Abrar, 185]
 
3. Mengingat besarnya pengaruh pergaulan atau pertemanan, Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda:
 
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
 
“Seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya. Karena itu, hendaknya salah seorang dari kalian melihat (memerhatikan), siapakah orang yang menjadi teman dekatnya.”[HR. Abu Daud dan Tirmidzi, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ash-Sahihah, no. 927]
 
4. Inti dan kesimpulannya, jangan kita sembrono dan asal-asalan dalam bergaul dan memilih sahabat atau teman dekat!
 
Sungguh, seseorang itu benar-benar akan menyesal, bila teman-teman yang dipilihnya justru akan menjerumuskan dia kepada kerusakan yang sangat besar.
 
Perhatikanlah nasihat Allah taala berikut ini, dalam firman-Nya:
 
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
 
“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim itu menggigit kedua tangannya seraya berkata: “Aduhai, kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku! Seandainya saja dulu aku tidak mengambil Fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran, sesudah Alquran itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia.”[QS Al Furqan: 27-29]
 
Demikianlah, semoga nasihat yang ringkas tersebut di atas bermanfaat bagi kita semuanya.
 
Dan semoga pula kita mempunyai saudara dan teman-teman sejati, yang membantu kita untuk selalu melakukan ketaatan kepada Allah, dan menjauhkan kita dari dosa-dosa dan kemaksiatan (kedurhakaan) kepada Allah.
 
Nas-alulloha al-hidayah wa at-taufiq.
 
 
Penulis: Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
INILAH SAUDARA DAN TEMANMU YANG SEJATI!