بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#DakwahTauhid
#FatwaUlama
#KeluargaMuslim
#PendidikanKeluarga

BAGAIMANAKAH CARA MENGAJARKAN TAUHID KEPADA ANAK?
Fatwa Syaikh Muhammad Saleh Al Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
Penanya program acara ini mengatakan:
‘Bagaimana cara seorang ayah mengajarkan tauhid kepada anak-anaknya?
Jawaban:
Alhamdulillah rabbil’aalamain. Aku mendoakan shalawat dan kesalamatan kepada Nabi kita, dan juga keluarga beliau, para sahabat beliau, dan siapa saja yang mengikuti mereka hingga Kiamat. Amma ba’du.
Mengajarkan perkara agama kepada anak-anak caranya sama seperti mengajarkan kepada orang selain mereka.
Materi yang paling bagus untuk pengajaran adalah kitab Tsalatul Ushul karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab.
Jika anak-anak mampu menghapalnya dengan hati (tanpa membaca kitab), kemudian sang ayah menjelaskan kepada mereka sesuai dengan daya tangkap anak dan nalar mereka, maka hal ini akan menjadi kebaikan yang banyak.
Karena kitab Tsalatul Ushul ini dikemas dengan metode tanya jawab, menggunakan istilah yang jelas dan mudah, tidak ada yang sulit.
Kemudian selanjutnya, memerlihatkan mereka tanda-tanda kebesaran Allah, untuk mengaplikasikan isi yang disebutkan di dalam kitab kecil ini.
Misalnya tentang matahari, bulan, bintang, malam,  siang. Tanyakan kepada mereka:

  • Siapa yang mengatur (mengendalikan) matahari? Allah.
  • Siapa yang mengatur bulan? Allah.
  • Siapa yang mengendalikan malam? Allah.
  • Siapa yang mengatur siang? Allah.

Semua alam semesta ini yang mengatur adalah Allah Azza wa Jalla. Ajarkan pada mereka, sampai pohon fitrah (pada manusia) mendapat asupan air. Karena setiap manusia itu sendiri berada di atas fitrahnya, yaitu menauhidkan Allah Azza wa Jalla.
Sebagaimana hadis Nabi ﷺ:

كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah (menauhidkan Allah), kemudian kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Demikian juga mengajarkan wudhu kepada mereka. Bagaimana cara berwudhu dengan mencontohkan. Hendaknya sang ayah mengatakan: ‘Begini cara berwudhu, lalu mempraktikkannya di depan mereka. Demikian juga cara mengajarkan shalat.
Dengan memohon pertolongan Allah ta’ala, serta meminta kepada Allah, agar memberi hidayah kepada mereka. Dan menghindari setiap perkataan yang menyelisihi perbuatan, dan menjauhi perbuatan haram di depan mereka. Jangan membiasakan mereka berdusta, ingkar janji dan akhlak tercela lainnya, meskipun sang ayah diuji dengan perbuatan buruk tersebut. Semisal jika seorang ayah diuji menjadi pecandu rokok, maka jangan sekali-kali menghisapnya di depan anak-anak, karena mereka akan terbiasa dengan rokok dan mengentengkan hukum rokok.
Perlu diketahui, setiap kepala rumah tangga akan dimintai pertanggungjawaban atas anggota keluarganya, berdasarkan firman AllahTa’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارا

“Wahai orang-orang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api Neraka.” (QS. At Tahrim: 6)
Penjagaan kita terhadap mereka dari api Neraka tidaklah tercapai, kecuali jika kita membiasakan mereka dengan melakukan amal saleh, dan menjauhi perbuatan buruk.
Rasulullah ﷺ menegaskan akan hal ini dalam sabda beliau:

الرجل راع في أهله ومسؤول عن رعيته

“Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan akan dimitai pertanggungjawaban atas mereka.”
Perlu ayah ketahui, bahwa perbaikan mereka adalah sumber kemashalatan di dunia dan Akhirat. Karena manusa yang paling dekat dengan para ayah dan para ibu, adalah anak-anak mereka yang saleh, baik laki-laki ataupun perempuan.

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له

Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.”
Kami memohon kepada Allah ta’ala, agar menolong kita semua, agar mampu memikul amanah dan tanggungjawab. (Silsilah Fatawa Nur Ala Darb No. 350)
 
Sumber: Tathbiiq Fatawa Ibn Utsaimin Lianduruwid
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Wanitasalihah.com

السؤال:

هذا سائل البرنامج يقول: كيف يعلم الأب أبناءه التوحيد؟

الجواب:

الشيخ: الحمد لله رب العالمين. وأصلي وأسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. يعلمهم التوحيد كما يعلمهم غيره من أمور الدين، ومن أحسن ما يكون في هذا الباب كتاب ثلاثة الأصول لشيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، إذا حفظوه عن ظهر قلب وشرح لهم   على الوجه المناسب لأفهامهم وعقولهم صار في هذا خير كثير؛ لأنها مبنية على السؤال والجواب وبعبارة واضحة سهلة ليس فيها تعقيد، ثم يريهم من آيات الله ليطبق ما ذكر في هذا الكتاب الصغير: الشمس يقول: من الذي جاء بها؟ القمر، النجوم، الليل، النهار، ويقول لهم: الشمس من الذي جاء بها؟ الله. القمر؟ الله. الليل؟ الله. النهار؟ الله. كلها جاء بها الله عز وجل، حتى يسقي بذلك شجرة الفطرة؛ لأن الإنسان بنفسه مفطور على توحيد الله عز وجل، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: «كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه». وكذلك يعلمهم الوضوء، كيف يتوضئون بالفعل، يقول: الوضوء هكذا ويتوضأ أمامهم، وكذلك الصلاة، مع الاستعانة بالله تعالى، وسؤاله عز وجل الهداية لهم، وأن يتجنب أمامهم كل قول مخالف للأخلاق أو كل فعل محرم، فلا يعودهم الكذب ولا الخيانة ولا سفاسف الأخلاق، حتى وإن كان مبتلىً، بها كما لو كان مبتلىً بشرب الدخان فلا يشربه أمامهم؛ لأنهم يتعودون ذلك ويهون عليهم. وليعلم أن كل صاحب بيت مسؤول عن أهل بيته؛ لقوله تبارك وتعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً﴾(التحريم: من الآية6). ولا يكون وقايتنا إياهم النار إلا إذا عودناهم على الأعمال الصالحة وترك الأعمال السيئة، ورسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أكد ذلك في قوله: «الرجل راع في أهله ومسؤول عن رعيته». وليعلم الأب أن صلاحهم مصلحة له في الدنيا والآخرة، فإن أقرب الناس إلى آبائهم وأمهاتهم هم الأولاد الصالحون من ذكور وإناث. «إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له». نسأل الله تعالى أن يعيننا جميعاً على ما حملنا من الأمانة والمسئولية.

 
Sumber: http://wanitasalihah.com/bagaimanakah-cara-mengajarkan-tauhid-kepada-anak/