بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
ZIKIR RINGAN DI LISAN NAMUN BERAT DI TIMBANGAN AMALAN
 
Adakah zikir yang ringan namun berat di timbangan amalan?
Ada, zikir tersebut adalah bacaan ‘Subhanallahi wa bihamdih, Subhanallahil ‘azhim’. Keutamaannya disebutkan dalam hadis berikut.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi ﷺ bersabda:
 
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ ، خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
 
“Dua kalimat yang dicintai oleh Ar Rahman, ringan diucapkan di lisan, namun berat dalam timbangan (amalan) yaitu:
 
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
 
Subhanallahi wa bihamdih, Subhanallahil ‘azhim.
 
Artinya:
Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia.” [HR. Bukhari no. 7563 dan Muslim no. 2694]
 
Penjelasan:
 
Hadis ini termasuk hadis mulia yang membicarakan fadhilah amalan, keutamaan suatu amalan.
 
Beberapa faidah dari hadis di atas:
 
1- Kalimat yang sempurna disebut dengan ‘al kalimah’. Istilah berbeda dengan istilah dalam ilmu nahwu.
 
2- Zikir di lisan adalah ibadah yang paling ringan. Oleh karenanya Nabi ﷺ bersabda:
 
لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
 
“Hendaknya lisanmu senantiasa basah dengan zikir pada Allah.” [HR. Tirmidzi no. 3375 dan Ibnu Majah no. 3793. Al Hafizh Abu Thohir menyatakan bahwa sanad hadis ini Hasan]
 
Namun zikir yang lebih sempurna adalah zikir dengan hati dan lisan.
 
3- Allah mencintai kalimat yang thoyyib (yang baik).
 
4- Penetapan sifat cinta (Mahabbah) bagi Allah.
 
5- Penetapan nama Allah: Ar Rahman (Maha Pengasih), Al ‘Azhim (Maha Mulia).
 
6- Adanya mizan (timbangan) dan amalan manusia akan ditimbang pada Hari Kiamat.
 
7- Amalan itu punya berat dalam timbangan. Bisa jadi yang ditimbang adalah amalan itu sendiri yang dibentuk lalu ditimbang, bisa jadi pula catatan amalan, atau bisa pula kedua-duanya.
 
8- Allah itu suci dari segala aib, segala kekurangan dan cacat. Itulah maksud kalimat ‘Subhana’ (Maha Suci).
 
9- Penggabungan antara bacaan tasbih dan tahmid pada bacaan ‘Subhanallah wa bihamdih’. Kalimat tersebut maknanya sama dengan ‘Subhanallah wal hamdu lillah’, yaitu Maha Suci Allah dan segala pujian untuk-Nya.
 
10- Allah memiliki sifat yang sempurna. Itulah kandungan dari kata ‘al hamdu’.
 
11- Lafal zikir itu beraneka ragam. Dalam hadis ini disebut dua macam zikir sekaligus. Pertama, Subhanallah wa bihamdih. Di antara keutamaannya, siapa yang menyebutnya dalam sehari seratus kali, dosa-dosanya akan terampuni, walau sebanyak buih di lautan. Sedangkan zikir kedua, Subhanallahil ‘azhim. Kalimat ini ada jika bersambung dengan kalimat lainnya, sebagaimana yang ada dalam hadis ini.
 
12- Keutamaan dua kalimat: Subhanallah wa bihamdih, Subhanallahil ‘azhim. Hadis ini menunjukkan kita diperintah memerbanyak bacaan ini. Ini di antara alasan pula disebutkan dalam hadis nama Allah Ar Rahman dari nama-nama Allah lainnya.
 
13- Zikir ‘Subhanallah wa bihamdih, Subhanallahil ‘azhim’ sudah mengandung bacaan zikir yang tiga: Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Ini semua menunjukkan konsekuensinya, yaitu menauhidkan Allah yang terdapat dalam kandungan kalimat ‘Laa ilaha illallah’.
 
14- Meraih keutamaan suatu amalan tak mesti dengan bersusah payah. Keutamaan tersebut kembali pada jenis amalan itu sendiri. Bahkan ada amalan yang tidak ada kesulitan untuk melakukannya, dan itu lebih utama dari amalan yang butuh usaha keras untuk melakukannya.
 
15- Boleh menggunakan kalimat bersajak selama tidak menyusah-nyusahkan diri.
 
16- Di antara bentuk penjelasan yang baik adalah mengawali dengan penyebutan keutamaan amalan, sebelum menyebutkan bentuk amalan tersebut.
 
17- Ada suatu kalimat yang berisi berita namun berisi ajakan atau perintah seperti yang ada dalam hadis, ini yang berisi ajakan untuk berzikir.
 
18- Bukhari sangatlah cerdas. Kitab Sahihnya ia awali dengan hadis niat yang menuntut kita untuk ikhlas dalam beramal. Sedangkan penutup kitab Sahihnya beliau tutup dengan hadis ini untuk menunjukkan, bahwa penutup kehidupan adalah dengan zikir pada Allah. Ini menunjukkan akan baiknya akhir amalan. Kita juga memohon pada Allah husnul khotimah, akhir hidup yang baik.
 
Wallahu a’lam.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk terus berzikir pada-Nya.
 
 
(*) Faidah tauhid di sini adalah kumpulan dari faidah pelajaran tauhid bersama guru kami, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al Barrok hafizhahullah. Beliau seorang ulama senior yang begitu pakar dalam masalah akidah. Beliau menyampaikan pelajaran ini saat dauroh musim panas di kota Riyadh di Masjid Ibnu Taimiyah Suwaidi (1 Sya’ban 1433 H). Pembahasan tauhid tersebut diambil dari kitab Sahih Bukhari yang disusun ulang oleh Az Zubaidi dalam Kitab At Tauhid min At Tajriid Ash Shoriih li Ahaadits Al Jaami’ Ash Shohih.
 
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Selesai sudah pembahasan faidah tauhid, moga bisa menjadi buku saku bermanfaat nantinya.
 
 
 
Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
ZIKIR RINGAN DI LISAN NAMUN BERAT DI TIMBANGAN AMALAN