بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
WAJIBNYA MENGIKUTI JALAN HIDUP GENERASI TERBAIK SALAFUSH SALEH
 
Mengenal Salaf dan Salafi
 
Salaf dan Salafi mungkin merupakan kata yang masih asing bagi sebagian orang. Atau kalaupun sudah dikenal, namun masih banyak yang beranggapan, bahwa istilah ini adalah sebutan bagi suatu kelompok baru tertentu dalam Islam. Lalu apa itu sebenarnya Salaf? Dan apa itu Salafi?
 
Pengertian Salaf
 
Salaf berasal dari kata salafa-yaslufu-salafun, artinya telah lalu. Kata salaf juga bermakna: seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman, keutamaan, dan kebaikan. 
 
Jadi Salaf secara bahasa berarti orang yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ﷻ yang artinya:
 
فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ
فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآخِرِينَ
 
”Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka, lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai SALAF dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.” [QS. Az Zukhruf: 55-56]
 
Yakni Kami menjadikan mereka sebagai SALAF, yaitu orang yang terdahulu, agar orang-orang sesudah mereka dapat mengambil pelajaran dari mereka (Salaf). Oleh karena itu, Fairuz Abadi dalam Al Qomus Al Muhith mengatakan:
”Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang dan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu.” [Lihat Al Manhajus Salaf ’inda Syaikh al-Albani, ’Amr Abdul Mun’im Salim dan Al Wajiz fii Aqidah Salafish Saleh, Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary]
 
Siapakah Salaf?
 
Salaf menurut para ulama adalah:
• Sahabat,
• Tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat), dan
• Tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in).
 
Jadi sahabat adalah orang yang pernah bertemu Rasulullah ﷺ dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan Muslim. Sedang tabi’in adalah para murid sahabat yang tegak dan berjalan di atas ajaran Rasulullah ﷺ dan petunjuk para sahabat. Adapun tabi’ut tabi’in adalah para murid tabi’in yang istiqamah dalam ajaran dan petunjuk para sahabat, yang diajarkan para tabi’in pada mereka.
 
Ketiga generasi ini berbeda dengan generasi setelahnya, karena mereka adalah generasi terbaik umat ini, sebagaimana dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam sabda beliau:
 
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم
 
ْ“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian generasi setelahnya (tabi’in), kemudian generasi setelahnya (tabi’ut tabi’in)” [HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638]
 
Nabi ﷺ telah memersaksikan ’kebaikan’ tiga generasi awal umat ini yang menunjukkan akan:
• Keutamaan dan kemuliaan mereka,
• Semangat mereka dalam melakukan kebaikan,
• Luasnya ilmu mereka tentang syariat Allah,
• Semangat mereka berpegang teguh pada Sunnah beliau ﷺ. [Lihat Al Wajiz fii Aqidah Salafish Saleh dan Mu’taqod Ahlis Sunnah wal Jamaah, DR. Muhammad Kholifah At Tamimi)
 
Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bidah. Akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syari, karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari umat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
 
Salaf bukan kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam berakidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim.
 
Salafi maksudnya adalah orang-orang yang menisbatkan (menyandarkan) diri kepada generasi Salafus Saleh. Atau dengan kata lain “Salafi adalah mengikuti pemahaman dan cara beragama para sahabat Rasulullah ﷺ dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka”. [Lihat Kun Salafiyyan ‘Alal Jaddah, hal. 10]
 
Sehingga dengan penjelasan ini jelaslah, bahwa orang yang beragama dengan mengambil sumber ajaran Islam dari tiga generasi awal umat Islam tadi, DENGAN SENDIRINYA ia seorang Salafi. Tanpa harus mendaftar, tanpa berbaiat, tanpa iuran anggota, tanpa kartu anggota, tanpa harus ikut pengajian tertentu, tanpa harus mengaji pada ustadz tertentu, dan tanpa harus memakai busana khas tertentu. Maka kita pun bisa menjadi seorang Salafi, bila selama ini kita mencontoh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya dalam beragama.
 
Sebagian orang mengira Salafi adalah sebuah sekte, aliran, sebagaimana Jamaah Tabligh, Ahmadiyah, Naqsabandiyah, LDII, dll. Atau sebuah organisasi massa sebagaimana NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dll. Ini adalah salah kaprah. Salafi BUKANLAH sekte, aliran, partai atau organisasi massa, namun salafi adalah manhaj (metode beragama). sehingga semua orang di seluruh pelosok dunia di mana pun dan kapanpun adalah seorang Salafi, jika ia beragama Islam dengan manhaj Salaf, tanpa dibatasi keanggotaan.
 
Jadi pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan akidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah ﷺ dan para sahabat radhiyallahu anhum, sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan. [Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah min Ahlil Ahwaa’ wal Bida’ (I/63-64) karya Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajis Salaf (hal. 21) karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah]
 
Wajib Bagi Kita Mengikuti Jalan Salafush Saleh
 
Setelah kita mengetahui bahwa Salaf adalah generasi terbaik umat ini, maka apakah kita wajib mengikuti jalan hidup Salaf?
 
Allah ﷻ telah meridai secara mutlak para Salaf dari kaum Muhajirin dan Anshar, serta kepada orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ﷻ berfirman:
 
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
 
Yang Artinya:
”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka, dan mereka pun rida kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah: 100].
 
Untuk mendapatkan keridaan yang mutlak ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan mengikuti Salafush Saleh.
 
Allah juga memberi ancaman bagi siapa yang mengikuti jalan selain orang Mukmin. Allah ﷻ berfirman:
 
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
 
Yang Artinya:
”Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. An-Nisa: 115].
 
Yang dimaksudkan dengan orang-orang Mukmin ketika ayat ini turun adalah para sahabat (para Salaf). Barang siapa yang menyelisihi jalan mereka, akan terancam kesesatan dan Jahannam. Oleh karena itu, mengikuti jalan Salaf adalah wajib.
 
Menyandarkan Diri pada Salafush Saleh
 
Setelah kita mengetahui bahwa mengikuti jalan hidup Salafush Saleh adalah wajib, maka bolehkah kita menyandarkan diri pada Salaf sehingga disebut Salafi (pengikut Salaf)? Tidakkah ini termasuk golongan/kelompok baru dalam Islam?
 
Jawabannya diringkas sebagai berikut:
 
[1] Istilah Salaf BUKANLAH suatu yang asing di kalangan para ulama.
 
[2] Keengganan untuk menyandarkan diri pada Salaf berarti berlepas diri dari Islam yang benar yang dianut oleh Salafush Saleh.
 
[3] Kenapa penyandaran kepada berbagai madzhab/paham dan pribadi tertentu seperti Syafi’i (pengikut Imam Syafi’i) dan Asy’ari (pengikut Abul Hasan Al Asy’ari) tidak dipersoalkan?! Padahal itu adalah penyandaran kepada orang yang tidak luput dari kesalahan dan dosa!!
 
[4] Salafi adalah penyandaran kepada kemakshuman secara umum (keterbebasan dari kesalahan) sehingga memuliakan seseorang.
 
[5] Penyandaran kepada Salaf bertujuan untuk membedakan dengan kelompok lainnya yang semuanya mengaku bersandar pada Alquran dan As Sunnah, namun tidak mau beragama (bermanhaj) seperti Salafush Saleh, yaitu para sahabat dan pengikutnya. [Lihat Al Manhajus Salafi ’inda Syaikh al-Albani).
 
Kesimpulannya sebagaimana dikatakan Syaikh Salim Al Hilali:
”Penamaan Salafi adalah bentuk penyandaran kepada Salaf. Penyandaran seperti ini adalah penyandaran yang terpuji dan cara beragama (bermanhaj) yang tepat. Dan bukan penyandaran yang diada-adakan sebagai madzhab baru.” [Limadza Ikhtartu Al Manhaj As Salaf]
 
Solusi Perpecahan Umat
 
Rasulullah ﷺ telah memberikan solusi mengenai perpecahan umat Islam saat ini untuk berpegang teguh pada Sunnah Nabi dan Sunnah Khulafaur Rasyidin, yang merupakan Salaf umat ini. Beliau ﷺ bersabda:
 
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اختِلافاً كَثِيْرًا فَعَليْكُمْ بسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِيِّنَ مِنْ بَعْدِي, تَمَسَّكُوا بِهَا عَضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَة
 
Karena sesungguhnya, barang siapa yang masih hidup di antara kalian, maka ia akan melihat banyak perselisihan. Berpeganglah kalian pada Sunnahku, dan Sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan bimbingan sepeninggalku. Peganglah dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah, sedangkan setiap bidah adalah sesat. [HR. At-Tirmidzi dalam al-`ilmu, no. 2676; Ibnu Majah dalam Muqaddimah, no. 44; Ahmad 4/126; Ad-Darimi dalam Muqaddimah, no. 95]
 
Demikianlah Nabi ﷺ memberitakan tentang terjadinya perselisihan dalam hal pendapat dan pikiran berbagai madzhab dan jamaah serta kelompok. Lalu beliau ﷺ mewasiatkan ketika itu untuk berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan apa yang dipegang oleh para Khulafaur Rasyidin. Itu akan menjadi jaminan keselamatan bagi orang yang mengamalkannya. Adapun orang yang terlepas dari Sunnah Rasulullah ﷺ dan manhaj para Khulafaur Rasyidin, maka ia akan terjatuh bersama dengan berbagai kelompok yang berbeda-beda tersebut.
 
Dalam hadis di atas ada dalam penggabungan antara Sunnah Nabawiyyah dengan Sunnah Khulafaur Rasyidin Mahdiyyin. Perhatikanlah bagaimana Nabi ﷺ memberikan wasiat menghadapi perselisihan dengan tetap beriltizam pada manhaj ini, agar kita mengetahui, bahwa pemahaman Salafus Saleh merupakan jalan keselamatan dari perpecahan.
 
Asy-Syathiby rahimahullah berkata:
“Rasulullah ﷺ menggandengkan Sunnah Khulafaur Rasyidin dengan Sunnah beliau ﷺ. Dan bahwa termasuk mengikuti Sunnah beliau ﷺ adalah dengan mengikuti Sunnah mereka (Khulafaur Rasyidin -pent). Sedangkan segala perkara baru yang menyelisihi Sunnah tersebut tidak termasuk Sunnah sama sekali. Karena sesungguhnya Sunnah yang dilakukan oleh para sahabat tidak lepas dari dua alternatif:
• Bisa jadi mereka hanya semata-mata mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ, atau
• Mengikuti apa yang mereka pahami dari Sunnah beliau ﷺ, baik secara global maupun terperinci, menurut satu sisi yang tidak dipahami semisalnya oleh selain mereka. Tidak lebih dari itu.” [Al-I’tisham (1/104)]
 
Jalan Salaf adalah Jalan yang Selamat
 
Orang yang mengikuti jalan hidup Rasulullah ﷺ dan sahabatnya (Salafush Saleh) inilah yang selamat dari Neraka. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
((افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة. فواحدة في الجنة. وسبعون في النار, وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فرقة. فإحدى وسبعون في النار، وواحدة في الجنة. والذي نفس محمد بيده! لتفترقن أمتي على ثلاث وسبعين فرقة. واحدة في الجنة و ثنتان سبعون في النار)).
قيل: يا رسول الله! من هم؟ قال ((الجماعة)).
 
“Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan. Satu golongan masuk Surga, dan 70 lainnya ke Neraka. Nasrani terpecah menjadi 72 golongan. 71 golongan ke Neraka, hanya satu yang masuk Surga. Dan demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan akan masuk Surga, dan 72 lainnya ke Neraka.”
 
Rasulullah ﷺ ditanya: “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?”
 
Beliau ﷺ menjawab: “Al Jamaah.” [HR. Ibnu Majah no. 3992, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah no.63, Al Lalika’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlus Sunnah wal Jama’ah no.149, Al Ashbahani dalam Al Hujjah (19-20). Dinyatakan Hasan oleh Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dalam Bashoir Dzawisy Syarof hal. 92-93]
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata:
“Bukanlah merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya kepada Salaf. Bahkan wajib menerima yang demikian itu, karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.” [Majmu’ Fataawaa Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah (IV/149)]
 
Beliau rahimahullah juga berkata:
“Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna daripada generasi sahabat, maka tidak ada kelompok setelah mereka yang lebih sempurna daripada para pengikut mereka.” [Minhajus Sunnah: 6/368] – Sumber: https://t.co/UXcCIdOs07
 
Ingatlah, kata Salafi, yaitu pengikut Salafush Saleh, bukanlah sekadar pengakuan (klaim) semata, tetapi harus dibuktikan dengan berakidah, berakhlak, beragama (bermanhaj), dan beribadah sebagaimana yang dilakukan Salafush Saleh.’
 
Ya Allah, tunjukilah kami pada kebenaran dengan izin-Mu dari jalan-jalan yang menyimpang, dan teguhkan kami di atasnya.
 
 
Sumber:
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
 
Baca juga:
WAJIBNYA MENGIKUTI JALAN HIDUP GENERASI TERBAIK SALAFUSH SALEH
WAJIBNYA MENGIKUTI JALAN HIDUP GENERASI TERBAIK SALAFUSH SALEH