بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

TANYA JAWAB RINGKAS TENTANG IKTIKAF

📌 Iktikaf itu apa?

Secara bahasa artinya luzumusy syai’, artinya menetap pada sesuatu.

Ada pun secara syariat, artinya:

والمقصود به هنا لزوم المسجد والاقامة فيه بنية التقرب إلى الله عزوجل.

Yang dimaksud Iktikaf di sini adalah menetapi masjid dan tinggal di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. [Fiqhus Sunnah, 1/475]

📌 Apa hukumnya?

Hukumnya sunnah, tidak wajib, dan tidak ada beda pendapat tentang hal itu.

وقد وقع الإجماع على أنه ليس بواجب ، وعلى أنه لا يكون إلا في مسجد

Telah terjadi Ijmak, bahwa Iktikaf bukan kewajiban. Dan dia tidak bisa dilaksanakan kecuali di masjid. [Fathul Qadir, 1/245]

Kecuali jika iktikaf nya didasari oleh nadzar oleh seseorang, maka itu menjadi wajib baginya. [Fiqhus Sunnah, 1/475]

📌 Apa keutamaannya?

Tidak ada hadis Sahih dan Hasan yang menceritakannya. Namun apa yang Rasulullah ﷺ lalukan, yaitu selalu iktikaf di setiap Ramadan, bahkan di akhir hayatnya iktikaf 20 hari, itu sudah cukup menunjukkan keutamaannya.

Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah menulis sebagai berikut:

قال أبوداود: قلت لاحمد رحمه الله: تعرف في فضل الاعتكاف شيئا؟ قال: لا، إلا شيئا ضعيفا.

Berkata Abu Daud: Saya berkata kepada Ahmad rahimahullah: “Apakah engkau mengatahui tentang keutamaan Iktikaf ?” Beliau berkata: “Tidak, kecuali suatu riwayat yang dhaif.” [Fiqhus Sunnah, 1/475]

📌 Apa saja syaratnya?

Syaratnya: Muslim, mumayyiz, dan suci dari hadas besar. Mumayyiz, menurut Jumhur Ulama adalah usia 7 tahun ke atas. Untuk mendidik boleh saja bocah ikut iktikaf, asalkan tidak membuat kegaduhan.

ويشترط في المعتكف أن يكون مسلما، مميزا طاهرا من الجنابة والحيض والنفاس، فلا يصح من كافر ولا صبي غير مميز ولاجنب ولاحائض ولا نفساء.

Syarat bagi orang yang beriktikaf adalah: Muslim, mumayyiz (sudah mampu membedakan salah benar, baik buruk), suci dari junub, haid, dan nifas, tidak sah jika kafir, anak-anak yang belum mumayyiz, junub, haid, dan nifas. [Fiqhus Sunnah, 1/477]

📌 Apa saja Rukunnya?

Rukun iktikaf ada dua: menetap di masjid, dan berniat untuk pendekatan diri kepada Allah ﷻ.

أركانه: حقيقة الاعتكاف المكث في المسجد بنية التقرب إلى الله تعالى، فلو لم يقع المكث في المسجد أو لم تحدث نية الطاعة لا ينعقد الاعتكاف.

Rukun-rukunnya: hakikat dari Iktikaf adalah tinggal di masjid dengan niat taqarrub ilallah Ta’ala. Seandainya tidak menetap di masjid atau tidak ada niat melaksanakan ketaatan, maka tidak sah disebut iktikaf . (Ibid)

📌 Wanita boleh iktikaf ?

Ya, sama seperti kaum laki-laki. Dari Aisyah radiallahu ‘anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi ﷺ beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai beliau diwafatkan Allah, kemudian istri-istrinya pun Iktikaf setelah itu.” [HR. Muttafaq ‘Alaih]

📌 Apakah ada ketentuan khusus bagi kaum wanita?

Ya, hendaknya mereka izin kepada wali atau suaminya, serta kondisi masjidnya kondusif buat iktikaf kaum wanita. Syaikh al Albani mengatakan:

وفيه دليل على جواز اعتكاف النساء أيضا ولا شك أن ذلك مقيد بإذن أوليائهن بذلك وأمن الفتنة والخلوة مع الرجال للأدلة الكثيرة في ذلك والقاعدة الفقهية: درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

Dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya Iktikaf bagi wanita juga. Dan tidak ragu, bahwa kebolehan itu terikat dengan izin para walinya, atau aman dari fitnah, dan aman dari berduaan dengan laki-laki lantaran banyak dalil yang menunjukkan hal itu. Juga kaidah fikih: menolak kerusakan lebih diutamakan dibanding mengambil maslahat. [Qiyam Ramadan, Hal. 35]

📌 Bolehkah iktikaf selain di masjid?

Salah satu rukun iktikaf adalah berdiam di masjid. Ini sesuai dengan Surat Al Baqarah ayat 187, dan perilaku Rasulullah ﷺ. Ini disepakati oleh Empat Mazhab, bagi kaum laki-laki. Ada pun bagi kaum wanita, Mayoritas Ulama mengatakan juga di masjid, kecuali Hanafiyah yang mengatakan iktikaf nya wanita adalah di tempat ibadahnya di rumah. [Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 37/213]

📌 Masjid seperti apa?

Al Hafizh Ibnu Hajar menyebut ada lima pendapat:

1. Hanya sah di masjid jami’ (masjid yang dipakai untuk salat Jumat dan salat lima waktu). Ini pendapat Abu Hanifah, Ahmad, Abu Tsaur, Malik, dll.

2. Sah di semua masjid, baik masjid jami’ atau masjid ghairu jami’ (mushalla, surau). Ini pendapat MAYORITAS. Juga diikuti Asy Syafi’i, Daud azh Zhahiri, Al Bukhari, dll.

3. Hanya sah di tiga masjid: Masjid Al Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al Aqsha. Pendapat Huzaifah bin Yaman.

4. Hanya sah di Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi. Pendapat Atha’.

5. Hanya sah di Masjid Nabawi saja. Pendapat Said bin al Musayyab. [Fathul Bari, 4/272]

📌 Bolehkah iktikaf di luar bulan Ramadan?

Para ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan, bahwa berpuasa di bulan Ramadan bukan syarat sahnya iktikaf. Seperti pendapat Ali, Ibnu Mas’ud, Hasan al Bashri, Asy Syafi’i, dan lainnya. Dahulu Umar bin Khathab nadzar iktikaf di malam hari di Masjid Al Haram. Tentunya malam hari tidak ada puasa.

Sementara Aisyah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Said bin al Musayyab, Urwah bin Zubeir, Az Zuhri, Malik, Abu Hanifah, mengatakan iktikaf tidak sah jika tanpa puasa. [Fiqhus Sunnah, 1/478-479]

📌 Pembatal-Pembatal Iktikaf apa saja?

Pembatal-pembatal tersebut antara lain:

a) Secara sengaja keluar dari masjid tanpa ada keperluan walau sebentar
b) Murtad
c) Hilang akal
d) Gila
e) Mabuk
f) Jimak (hubungan badan). [Lihat semua dalam Fiqhus Sunnah, 1/481-483]

📌 Aktivitas yang dibolehkan saat Iktikaf

Berikut ini aktivitas yang diperbolehkan selama Iktikaf (diringkas dari Fiqhus Sunnah):

• Tawdi’ (melepas keluarga yang mengantar), sebagaimana yang Nabi ﷺ lakukan terhadap Shafiyyah.

• Menyisir dan mencukur rambut, sebagaimana yang ‘Aisyah lakukan terhadap Nabi ﷺ.

• Keluar untuk memenuhi hajat manusiawi, seperti buang hajat.

• Makan, minum, dan tidur ketika Iktikaf di masjid, atau mencuci pakaian, membersihkan najis, dan perbuatan lain yang tidak mungkin dilakukan di masjid.

Para ulama berselisih pendapat tentang kebolehan menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, dan Salat Jumat bagi yang Iktikafnya di masjid ghairu jami’, antara yang membolehkan dan yang mengatakan batal Iktikafnya. Wallahu A’lam

📌 Kajian-kajian saat iktikaf

Sebagian ulama memakruhkan hal itu, sebab bisa menganggu iktikaf. Sebagian lain mengatakan hal itu boleh, sebab majelis ilmu itu bagian dari zikir. Hanya saja jangan sering-sering.

Dalam Syarhul Mumti’:

لا شك أن طلب العلم من طاعة الله، لكن الاعتكاف يكون للطاعات الخاصة، كالصلاة، والذكر، وقراءة القرآن، وما أشبه ذلك، ولا بأس أن يَحضر المعتكف درساً أو درسين في يوم أو ليلة؛ لأن هذا لا يؤثر على الاعتكاف، لكن مجالس العلم إن دامت، وصار يطالع دروسه، ويحضر الجلسات الكثيرة التي تشغله عن العبادة الخاصة، فهذا لا شك أن في اعتكافه نقصاً، ولا أقول إن هذا ينافي الاعتكاف.

“Tidak ragu, bahwa menuntut ilmu termasuk ketaatan kepada Allah. Tetapi iktikaf terdapat ketaatan khusus seperti salat, zikir, membaca Alquran, dan yang serupa itu. Tidak apa-apa muktakif menghadiri satu pelajaran atau dua dalam sehari atau malam, sebab itu tidak memengaruhi Iktikafnya. Tetapi jika majelis ilmu diadakan terus menerus, akan membuatnya mengaji materinya, menghadiri berbagai majelis yang memalingkannya dari ibadah khusus. Ini tidak ragu lagi membuat Iktikafnya berkurang. Di sini saya tidak katakan menganulir Iktikafnya.” [Lihat semua dalam Syarhul Mumti’, 6/163]

📌 Hikmah dan pelajaran iktikaf

– Menegaskan kembali posisi masjid sebagai sentral pembinaan umat.
– Sesibuk apa pun seorang Muslim harus menyediakan waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ secara fokus dan totalitas.
– Hidup di dunia hanya persinggahan untuk menuju keabadian Akhirat.

Selesai.
Wallahu a’lam.

Oleh: Farid Nu’man Hasan

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat