بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI VIRUS CORONA
 
Benarkah Tidak Ada Wabah Penyakit Menular dalam Pandangan Islam?
 
Ada sebagian kecil kaum Muslimin percaya, bahwa wabah atau penyakit menular tidak ada. Hal ini mereka dasarkan pada hadis:
 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ : لاَ عَدْوَى, وَلاَ طِيَرَةَ , وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada penyakit menular dan thiyarah (merasa sial dengan burung dan sejenisnya), dan saya menyukai ucapan yang baik.” [HR. Muslim no. 2223]
 
Hal ini tentu kelihatannya bertentangan dengan kenyataan yang ada, di mana kita melihat banyak sekali wabah dan penyakit yang menular. Wabah ini bahkan bisa merenggut nyawa sekelompok orang dengan cepat.
 
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, hari-hari ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya virus Corona di Cina. Semakin menakutkan lagi, virus ini telah menyebar ke berbagai negara lainnya, dan dikatakan hingga saat ini belum ada obatnya.
 
Perlu diketahui, sesungguhnya ada juga dalil-dalil lain yang menunjukkan, bahwa Islam juga mengakui adanya wabah penyakit menular. Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda:
 
لاَ يُوْرِدُ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
 
“Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit.” [HR. Bukhari no. 5771 dan Muslim no. 2221]
 
Dan sabda beliau ﷺ:
 
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
 
“Larilah dari penyakit kusta, seperti engkau lari dari singa.” [HR. Muslim: 5380]
 
Maka kompromi hadis-hadis ini:
Maksud dari hadis pertama yang menafikan penyakit menular adalah penyakit tersebut tidak menular dengan sendirinya, tetapi menular dengan KEHENDAK dan TAKDIR Allah.
 
Imam Nawawi berkata:
Maksud hadis “Tidak ada penyakit menular” adalah untuk meniadakan menularnya penyakit seperti keyakinan orang-orang jahiliyyah, yaitu bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, bukan karena takdir Allah.
 
Sedangkan maksud hadis “Unta yang sakit jangan dikumpulkan dengan unta sehat” adalah arahan agar menjauhkan diri dari sebab-sebab penyakit, dengan takdir Allah.
 
Jadi beliau meniadakan menularnya penyakit dengan sendirinya, dan tidak meniadakan adanya penyakit menular dengan takdir Allah. Dan beliau mengarahkan agar menjauhi sebab-sebab yang bisa menimbulkan penyakit. Cara alternatif ini merupakan pendapat benar Mayoritas Ulama yang harus dianut.” [Syarh Shahih Muslim 14/434]
 
Berikut keterangan dari Al-Lajnah Ad-Daimah (semacam MUI di Saudi):
العدوى المنفية في الحديث هي: ما كان يعتقده أهل الجاهلية من أن العدوى تؤثر بنفسها، وأما النهي عن الدخول في البلد الذي وقع بها الطاعون فإنه من باب فعل الأسباب الواقية.
 
Wabah yang dinafikan dari hadis tersebut, yaitu apa yang diyakini oleh masyarakat jahiliyah, bahwa wabah itu menular dengan sendirinya (tanpa kaitannya dengan takdir dan kekuasaan Allah).
 
Adapun pelarangan masuk terhadap suatu tempat yang terdapat tha’un (wabah menular), karena itu merupakan perbuatan preventif (pencegahan). [Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 16453]
 
Hal ini diperkuat dengan hadis, bahwa Allah-lah yang menciptakan pertama kali penyakit tersebut. Ia tidak menular, kecuali dengan IZIN ALLAH. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, seorang lelaki berkata kepada Nabi ﷺ, bahwa unta yang berpenyakit kudis ketika berada di antara unta-unta yang sehat, tiba-tiba semua unta tersebut terkena kudis. Maka beliau ﷺ bersabda:
 
فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ ؟
 
“Kalau begitu siapa yang menulari (unta) yang pertama?” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
 
Bagaimana Kita Menyikapinya?
 
Tidaklah Allah menetapkan sesuatu, kecuali penuh dengan hikmah dan keadilan-Nya. Apapun penyakit yang kita dengar sebagai penyakit yang mematikan, semua itu mengingatkan kepada kita, betapa lemahnya manusia, dan betapa kuasanya Allah.
 
Sesungguhnya di balik penyakit dan musibah, akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah, agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal afiat sering tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya. Dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ﷻ berfirman:
 
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
 
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. [QS. al-An’am: 42]
 
Yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. [Tafsir Ibnu Jarir]
 
Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman:
 
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
 
Artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” [QS. al-Anbiyaa’: 35]
 
Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir Alquran menafsirkan ayat ini:
“Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” [Tafsir Ibnu Jarir]
 
Dari ayat ini kita tahu, bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.
 
Dalam menyikapi berita mewabahnya virus Corona ini, seharusnya setiap Muslim segera kembali kepada Allah, dan menggantungkan semua urusannya kepada Allah.
 
Dan ingatlah, musibah di dunia dapat menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa kita. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullahﷺ bersabda:
 
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
 
“Tidaklah seorang Mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa, melainkan dosa-dosanya akan diampuni” [HR. Muslim no. 2573]
 
Adakah Doa-Doa yang Bisa Kita Baca?
 
Dari Ibnu ‘Umar, dari bapaknya ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ رَأَى صَاحِبَ بَلاَءٍ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِى عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً إِلاَّ عُوفِىَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلاَءِ كَائِنًا مَا كَانَ مَا عَاشَ
 
“Siapa saja yang melihat yang lain tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan:
 
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً
 
Alhamdulillahilladzi ‘aafaani mimmab talaaka bihi, wa faddhalanii ‘ala katsiirim mimman kholaqo tafdhilaa.
 
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari musibah yang menimpamu. Dan Allah benar-benar memuliakanku atas makhluk lainnya, yang Dia ciptakan.
 
Kalau kalimat itu diucapkan, maka ia akan diselamatkan dari musibah tersebut, musibah apapun itu, semasa ia hidup.” [HR. Tirmidzi, no. 3431; Ibnu Majah, no. 3892. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini Dhaif dan penguatnya, syawahidnya juga Dhaif. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini Hasan]
 
Kita juga bisa membaca zikir berikut, yang biasa dibaca setiap pagi dan petang, masing-masing sebanyak tiga kali:
 
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
 
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi walaa fis-samaa-i wa huwas samii’ul ‘aliim
 
Artinya:
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca tiga kali)
 
Faidah:
Barang siapa yang mengucapkan zikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya. [HR. Abu Daud no. 5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini Hasan]
 
Juga disebutkan dalam hadis dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:
 
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
 
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” [HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808]
 
Imam Nawawi sendiri menyatakan, bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya, menurut sebagian ulama, adalah ia sudah dicukupkan dari salat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti salat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna, bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau DIJAUHKAN DARI SEGALA MACAM PENYAKIT. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadis. [Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84]
 
Di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya sesungguhnya terdapat hikmah yang sangat banyak. Perhatikanlah nasihat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini:
“Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit, dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” [Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas]
Dan ketahuilah, tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit, kecuali Dia juga menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah ﷺ:
 
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
 
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” [HR Bukhari]
Semoga Allah ﷻ menjauhkan kita dari penyakit akibat virus Corona dan penyakit mengerikan lainnya.
Dan semoga hati, lisan dan badan ini bisa bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan. Aamiin.
Sumber:
 
Ikuti kami selengkapnya di: https://nasihatsahabat.com/sikap-muslim-menghadapi-virus-corona
 
══════
 
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat.!
www.nasihatsahabat.com
 
 
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
SIKAP MUSLIM MENGHADAPI VIRUS CORONA
SIKAP MUSLIM MENGHADAPI VIRUS CORONA