بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#SifatSholatNabi

SHOLAT SUNNAH WITIR

Hukum Sholat Witir

Sholat sunnah Witir adalah sholat Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan), berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ:

“Witir adalah hak atas setiap muslim. Barang siapa yang suka berwitir tiga rakaat hendaknya ia melakukannya. Dan barang siapa yang berwitir satu rakaat, hendaknya ia melakukannya” [Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Al-Witr, bab: Jumlah Witir, no. 1422. Diriwayatan oleh An-Nasaa’i dalam kitab Al-Lail, bab: Pembahasan Tentang Ikhtilaf Terhadap Az-Zuhri Tentang Hadis Abu Ayyub dalam Witir, no. 712. diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Iqamatush Shalah, bab: Witir Dengan Tiga atau Lima Rakaat no 1190, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud I: 267].

Demikian juga dengan hadis Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika ia berkata: “Witir tidaklah wajib sebagaimana sholat fardhu kalian. Akan tetapi ia adalah sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Witr, bab: Riwayat Tentang Witr Yang Bukan Wajib no. 454. Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam kitab Qiyamul Lail, bab ; Perintah Untuk Berwitir, no. 1677, diriwayatkan juga oleh Al-Hakim, I: 300, 301. Diriwayatkan pula oleh Ahmad I: 148, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasaa’i, I: 368].

Di antara yang menunjukkan bahwa Witir termasuk sunnah yang ditekankan (bukan wajib) adalah riwayat shahih dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwa ia menceritakan:

”Ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Nejed yang datang menemui Rasulullah ﷺ dengan rambut acak-acakan. Kami mendengar suaranya, tetapi kami tidak mengerti apa yang diucapkannya, sampai ia mendekat. Ternyata ia bertanya tentang Islam. Ia berkata: “ Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku sholat apa yang diwajibkan kepadaku?” Beliau ﷺ menjawab: “Sholat yang lima waktu, kecuali engkau mau melakukan sunnah tambahan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku puasa apa yang diwajibkan kepadaku?” Beliau ﷺ menjawab: “Puasa Ramadan, kecuali bila engkau ingin menambahkan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku zakat apa yang diwajibkan kepadaku?” Beliau ﷺ menjawab: (Menyebutkan beberapa bentuk zakat). Lelaki itu bertanya lagi: ‘Apakah ada kewajiban lain untuk diriku?” Beliau ﷺ menjawab lagi: “Tidak, kecuali bila engkau mau menambahkan’. Rasulullah ﷺ memberitahukan kepadanya syariat-syariat Islam. Lalu lelaki itu berbalik pergi, sambil berujar: “Semoga Allah memuliakan dirimu. Aku tidak akan melakukan tambahan apa-apa, dan tidak akan mengurangi yang diwajibkan Allah kepadaku sedikit pun. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh ia akan beruntung, bila ia jujur, atau ia akan masuk Surga bila ia jujur” []. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan muslim. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-Iman, bab: Zakat dalam Islam, no. 46 dan Kitabush Shaum, bab: Wajibnya puasa Ramadhan, no. 1891. Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al-Iman, bab: Sholat yang Merupakan Salah Satu Rukun Islam, no 1].

Juga berdasarkan hadis Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi pernah mengutus Muadz ke Yaman. Dalam perintahnya: “Beritahukan kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu sehari semalam [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-Maghazi, bab: Diutusnya Abu Musa dan Muadz ke Yaman, no. 347. Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al-Iman, bab: Ajakan Menuju Dua Kalimat Syahadat Dan Syariat Islam, no. 19].

Kedua hadis ini menunjukkan, bahwa Witir BUKANLAH WAJIb. Itulah madzhab mayoritas ulama. Yang berpendapat bahwa Witir itu wajib adalah Abu Hanifah rahimahullah, berdasarkan zahir hadis-hadis Ahad yang mengesankan bahwa itu wajib. Akan tetapi ada hadis-hadis lain yang mengeluarkannya dari indikasi mewajibkan [ Lihat “Nailul Authar” II: 205-206]. Itu juga pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah, bahwa Witir itu wajib bagi orang-orang yang Tahajjud di malam hari. Beliau mengatakan:”Itu adalah madzhab sebagian orang yang mewajibkannya secara mutlak” (Al-Ikhtiyaarat Al-Fiqhiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, oleh Al-Ba’li hal. 96).

Sholat Witir adalah sunnah yang ditekankan sekali. Oleh sebab itu Rasulullah ﷺ TIDAK PERNAH MENINGGALKAN sholat sunnah Witir dengan sunnah Qobliyah Subuh,baik ketika bermukim, atau ketika bepergian  [Lihat Zaadul Ma’aad, I: 315 dan Al-Mughni, III: 196, dan II: 240].

Hukum Orang Yang Terus Menerus Meninggalkan Sholat Witir

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata: “Sholat Witir adalah Sunnah Muakkadah, berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin. Barang siapa yang terus-menerus meninggalkannya, maka persaksiannya ditolak (tidak diterima).” [Majmuu’ Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XXIII/88)].

Beliau rahimahullaah pernah ditanya tentang orang yang tidak menekuni (biasa meninggalkan) sholat-sholat sunnah Rawatib. Maka beliau menjawab: “Barang siapa terus-menerus meninggalkannya, maka hal itu menunjukkan sedikitnya (pemahaman) agamanya, dan persaksiannya ditolak (tidak diterima), berdasarkan pendapat Imam Ahmad dan Imam asy-Syafi’i dan selain keduanya” [Majmuu’ Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XXIII/127)]

Keutamaan Witir

Witir memiliki banyak sekali keutamaan, berdasarkan hadis Kharijah bin Hudzafah Al-Adwi. Ia menceritakan Nabi ﷺ pernah keluar menemui kami. Beliau ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menambahkan kalian dengan satu sholat, yang sholat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah, yakni sholat Witir. Waktu pelaksanaannya Allah berikan kepadamu dari sehabis Isya hingga terbit Fajar” [Dikeluarkan oleh Abu Daud dalam kitab Al-Witr, bab: Dianjurkannya Sholat Witr, dengan no. 1418. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam kitab Al-Witr bab: Riwayat Tentang Keutamaan Witir dengan no. 452. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Iqamatush Shalah, bab: Riwayat Tentang Witr, dengan no, 1168. Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dan dishahihkan oleh beliau serta disetujui oleh Adz-Dzahabi I: 306. Hadis ini memiliki penguat diriwayatkan oleh Ahmad, I: 148. Dishahihkan oleh Al-Albani, tanpa tambahan kalimat: Yang sholat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah. Lihat Irwaaul Ghalil II: 156].

Di antara dalil yang menujukkan keutamaan dan sekaligus di sunnahkannya sholat Witir adalah hadis Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan:”Rasulullah ﷺ pernah berwitir, kemudian bersabda: “Wahai ahli Qur’an lakukanlah sholat Witir. Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil) dan menyukai sesuatu yang ganjil” [Dikeluarkan oleh An-Nasaa’i dengan lafazhnya dalam kitab Qiyamul Lail, bab: Perintah Melakukan Witir, no. 1676. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Witr, bab: Riwayat Bahwa Witr Itu Bukan Wajib no 453. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Al-Witr, bab: Dianjurkannya Sholat Witr, no. 1416. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Iqamatush Shalah, bab: Riwayat Tentang Witir, no. 1169. Diriwayatkan oleh Ahmad, I: 86, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah I: 19].

 

Sumber:

Tulisan berjudul: “Shalat Witir” oleh: Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani

Tulisan berjudul: “Shalat Sunnah Witir” oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas