بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
SALING MENGUNJUNGI KARENA ALLAH, DICINTAI ALLAH
 
Di antara kemuliaan akhlak seorang Muslim adalah senang mengunjungi saudaranya semuslim. Namun kunjungan ini BUKAN didasari kebutuhan dan keperluan duniawi, melainkan didasari rasa cinta kepada saudaranya karena Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
أنَّ رجلًا زارَ أخًا لَهُ في قريةٍ أخرى ، فأرصدَ اللَّهُ لَهُ على مَدرجَتِهِ ملَكًا فلمَّا أتى عليهِ ، قالَ : أينَ تريدُ ؟ قالَ : أريدُ أخًا لي في هذِهِ القريةِ ، قالَ : هل لَكَ عليهِ من نعمةٍ تربُّها ؟ قالَ : لا ، غيرَ أنِّي أحببتُهُ في اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، قالَ : فإنِّي رسولُ اللَّهِ إليكَ ، بأنَّ اللَّهَ قد أحبَّكَ كما أحببتَهُ فيهِ
 
“Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus malaikat kepadanya di tengah perjalanannya.
 
Ketika mendatanginya, malaikat tersebut bertanya: “Engkau mau ke mana?”
 
Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini.”
 
Malaikat bertanya: “Apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”
 
Orang tadi mengatakan: “Tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ﷻ.”
 
Maka malaikat mengatakan: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan, bahwa Allah mencintaimu, sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya.“ [HR Muslim no.2567]
 
Dari hadis di atas ditegaskan, bahwa orang yang saling berkunjung karena Allah akan dicintai oleh Allah taala. Imam An Nawawi mengatakan:
 
فِيهِ فَضْلُ الْمَحَبَّةِ فِي اللَّهِ، وَأَنَّهَا سَبَبٌ لِحُبِّ اللَّهِ وَفَضِيلَةِ زِيَارَةِ الصَّالِحِينَ
 
“Dalam hadis ini ada keutamaan saling mencintai karena Allah, dan itu merupakan sebab mendapatkan cinta dari Allah, dan keutamaan mengunjungi orang saleh.” [dari Mirqatul Mafatih, 8/3135]
 
Namun yang demikian jika kunjungannya didasari rasa cinta karena Allah, BUKAN karena suatu tujuan duniawi. Perkataan “هل لَكَ عليهِ من نعمةٍ تربُّها” dijelaskan oleh Ath Thibi:
 
أَيْ: هَلْ أَوْجَبْتَ عَلَيْهِ شَيْئًا مِنَ النِّعَمِ الدُّنْيَوِيَّةِ تَذْهَبُ إِلَيْهَا فَتَرُبُّهَا أَيْ: تَمْلِكُهَا مِنْهُ وَتَسْتَوْفِيَهَا
 
“Maksudnya, apakah dengan kunjungan tersebut engkau mendapatkan sesuatu berupa keuntungan duniawi, sehingga dengan kepergianmu ini engkau dapat mengembangkannya? Yaitu dapat engkau miliki dan engkau sempurnakan?” [dari Mirqatul Mafatih, 8/3135]
 
Dan ternyata si lelaki tersebut menjawab: “Tidak”, sehingga ia berhak mendapatkan cinta Allah.
 
Subhaanallah, hal seperti ini sudah sangat sulit dan jarang kita temukan. Kebanyakan kita saling berkunjung biasanya didasari tujuan-tujuan duniawi, baik karena urusan pekerjaan, atau untuk kemaslahatan usaha, atau untuk mendapatkan jabatan, atau ingin mendapatkan kemudahan-kemudahan dunawi, dan tujuan duniawi lainnya. Sangat sedikit orang yang murni berkunjung karena didasari rasa cinta kepada saudaranya karena Allah.
 
Oleh karena itu Ibnu Jauzi ketika menjelaskan hadis ini mengatakan:
 
وَفِي هَذَا الحَدِيث فضل زِيَارَة الإخوان، وَهَذَا أَمر بَقِي اسْمه وَذهب رسمه
 
“Dalam hadis ini ada keutamaan mengunjungi ikhwan (saudara semuslim). Ini adalah perkara yang hanya tersisa namanya, namun sudah tidak ada bentuknya.” [Kasyful Musykil, 3/557]
 
Hal ini karena begitu sedikitnya orang yang mengamalkannya. Wallahu a’lam.
 
 
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat