بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

RIBATH, SIAGA DI JALAN TAAT

 

Disebutkan dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ. قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ.

“Maukah kalian untuk aku tunjukkan atas sesuatu, yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?” Mereka menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau ﷺ bersabda: “Menyempurnakan wudhu di saat kesukaran, memerbanyak langkah kaki ke masjid, dan menunggu salat berikutnya setelah menunaikan salat. Itulah ribath.” [HR. Muslim no. 251]

Al Qodhsi Abul Walid Al Baji berkata: “Asal kata ‘ribath’ adalah terikat pada sesuatu. Artinya di sini, ia menahan dirinya (dari kemalasan) untuk tetap melakukan ketaatan.” [Al Minhaj Syarh Sahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Taurots, 1392, 3/141]

Ribath biasanya dipergunakan dalam pengertian bersiap siaga menghadapi musuh. Namun dalam hadis di atas disebutkan, bahwa menanti waktu-waktu salat dengan bersiap dalam keadaan wudhu, dan berjalan jauh ke masjid termasuk ribath.

Ribath berasal dari kata robatho yang artinya mengikat. Dalam Alquran, yang dimaksud ribath adalah menyiapkan diri terikat dalam pembelaan Islam, sebagaimana firman Allah ﷻ yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siagalah (di perbatasan negerimu). Dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” [QS Ali Imraan: 200]

Dalam ayat ini Allah menggandengkan kata ribath dengan sifat sabar dan mushabaroh. Tanpa kesabaran dan memerkuat kesabaran (mushabaroh), ribath akan gagal. Sabar adalah menahan diri atas sesuatu yang tidak disukai karena mengharap rida Allah. Sedangkan mushabaroh artinya saling berbuat antara kedua pihak, atau mengungguli musuh dalam kesabaran.

Ribath ada dua macam:

1. Ribath: Siap siaga menjaga perbatasan negri kaum Muslimin, atau siap siaga di medan jihad dari serangan musuh

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

Rasulullah ﷺ bersabda: “Ribath (berjaga-jaga di perbatasan) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan salat malam sebulan penuh. Jika dia meninggal maka amalannya senantiasa mengalir sebagaimana yang pernah dia amalkan, mengalir pula rezekinya, dan aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” [HR. Muslim 5047]

2. Ribath: Siap siaga dalam menjaga ketaatan dan di atas kebenaran

أَلَا أَدُلّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَع بِهِ الدَّرَجَات ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُول اللَّه قَالَ: إِسْبَاغ الْوُضُوء عَلَى الْمَكَارِه وَكَثْرَة الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِد وَانْتِظَار الصَّلَاة بَعْد الصَّلَاة فَذَلِكُمْ الرِّبَاط

“Maukah kutunjukkan kepadamu apa yang dapat menghapus dosa dan meningkatkan derajat?” Para sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah!” Beliau ﷺ bersabda: “Menyempurnakan wudhu di saat kesukaran, memerbanyak langkah kaki ke masjid, menunggu salat (berikutnya) sesudah menunaikan salat. Itulah ribath.” [HR. Muslim no. 251]

Abdullah Bin Mubarak rahimahullah berkata:

رابط بنفسك على الحق حتى تقيمها على الحق ، فذلك أفضل الرباط

“Jagalah dirimu untuk senantiasa di atas kebenaran, hingga tegak di atas kebenaran. Itulah seutama-utama ribath!” [Hilyatul Auliya]

Sedangkan al-Mubaarakfuri dalam Tuhaftul Ahwadzi mengaitkan antara dua jenis ribath ini, “Pengertian asal dari ribath adalah ketika dua kubu saling berjaga di perbatasan, yang diperkirakan dari arah situlah lawan akan menyerang. Maka membiasakan diri untuk bersuci dan yang semisalnya itu seperti (ribath dalam) jihad. Ada pula pendapat yang menjelaskan maknanya, bahwa amal tersebut bisa menahan seseorang dari maksiat, dan mencegahnya dari hal-hal yang haram. Begitulah yang disebutkan dalam al-Majma’.”

Ringkasnya, Ribath itu ada dua macam:

• Pertama: Ribath (terikat) di front peperangan untuk membela dan atau menegakkan Islam.

• Kedua: Ribath (terikat) secara ruhiyah (kejiwaan), yaitu memelihara diri jangan sampai terjatuh ke dalam larangan Allah. Juga berkomitmen untuk mengerjakan amal-amal saleh dan membiasakannya terus menerus. Ribath ini wajib dikerjakan oleh seluruh Muslimin di segala waktu dan tempat.

Ribath jenis kedua tidak menggugurkan ribath yang pertama. Bahkan umumnya, orang-orang yang mampu melakukan ribath dengan jenis yang pertama, telah melalui ujian dengan ribath yang kedua. Wallahu a’lam bishawab. (Abu Umar Abdillah)

 

Sumber: Ridwan Abu Raihana dan sumber lainnya

 

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat