بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

HAL-HAL PENTING DIKETAHUI TENTANG SAHUR

 

Tentang disunnahkannya makan sahur, ada beberapa hal yang penting untuk kita ketahui:

> Hukum Makan Sahur

Sahur merupakan Sunnah yang Muakkad dengan dalil:

a. Perintah dari Rasulullah ﷺ untuk itu sebagaimana hadis yang terdahulu, dan juga sabda beliau ﷺ:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً

“Bersahurlah karena dalam sahur terdapat berkah.” [Riwayat al-Bukhariy dan Muslim]

b. Larangan beliau ﷺ dari meninggalkannya sebagaimana hadis Abu Sa’id al-Khudry radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

“Sahur adalah makanan berkah. Maka jangan kalian tinggalkan, walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat berselawat atas orang-orang yang bersahur.” [Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad 3/44 lihat sifat Shaum Nabi ﷺ karya Syeikh Ali Hasan al-Halabi]

Oleh karena itu, al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary (3/139) menukilkan Ijmak atas Sunnahnya sahur.

> Makan Sahur Pembeda antara Puasanya Ahlul Haqq dengan Ahli Batil

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

“Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dengan puasa Ahlul Kitab terletak pada makan sahur.” [HR. Muslim (1096)]

Asy-Syaikh Zaid al-Madkhali menjelaskan:

وهذا أعظم ترغيب وأبلغ حث على ملازمة هذه السنة النافعة المفيدة التي جعلت علامة فارقة بين صوم أهل الحق أتباع محمد صلى الله عليه وسلم وبين صوم عباد الهوى والشيطان من أهل الكتاب الذين ضلوا وأضلوا عن سواء السبيل

“Hadis ini berisikan motivasi terbesar dan anjuran mendalam untuk selalu menjalankan Sunnah (makan sahur) yang bermanfaat ini. Sebab Sunnah ini ditetapkan sebagai pembeda antara puasa Ahlul Haqq pengikut Muhammad ﷺ, dengan puasanya penyembah hawa nafsu dan setan dari kalangan Ahli Kitab yang sesat dan menyesatkan dari jalan yang benar.” [Al-Afnan an-Nadiyyah, III/141]

> Terdapat Berkah pada Makan Sahur

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

تَسَحَّرُوا ؛ فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian! Karena padanya terdapat keberkahan.” [HR. Al-Bukhari (1923) dan Muslim (1095)]

Seorang sahabat Nabi berkata:

دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَتَسَحَّرُ، فَقَالَ: ” إِنَّهَا بَرَكَةٌ أَعْطَاكُمُ اللَّهُ إِيَّاهَا فَلَا تَدَعُوهُ ”

“Saya masuk menemui Nabi ﷺ ketika beliau sedang makan sahur, lalu beliau bersabda: ‘Sesungguhnya makan sahur adalah berkah yang Allah berikan untuk kalian. Maka jangan kalian tinggalkan.'” [Sahih, (Ghayah al-Muna, XX/366), HR. An-Nasa’i (2162)]

Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

دَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى السُّحُورِ فِي رَمَضَانَ فَقَالَ: ” هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ ”

“Rasulullah ﷺ memanggil saya untuk makan sahur di bulan Ramadan, beliau berkata: ‘Kemarilah menuju makanan yang penuh berkah.'” [Sahih Li Ghairihi – (Shahih at-Targhib, 1067), HR. Abu Dawud (2344), an-Nasa’i (2163)]

> Bentuk Berkah Makan Sahur

Di antara berkah makan sahur, orang yang melakukannya akan mendapat:
• Limpahan rahmat dari Allah, dan
• Para Malaikat akan mendoakan dan memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka yang sahur.

Tentang dua poin ini, Nabi Muhammad ﷺ mengabarkan:

السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

“Sahur itu adalah makanan yang penuh berkah. Maka janganlah kalian tinggalkan sahur, meski hanya minum seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya mencurahkan selawat untuk orang-orang yang sahur.” [Hasan – (Sahih al-Jami’, 3683) HR. Ahmad (11101)]

Juga termasuk bentuk berkah makan sahur ialah beberapa hal yang disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah, beliau berkata:

أَنَّ الْبَرَكَةَ فِي السُّحُورِ تَحْصُلُ بِجِهَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ وَهِيَ اتِّبَاعُ السُّنَّةِ وَمُخَالَفَةُ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالتَّقَوِّي بِهِ عَلَى الْعِبَادَةِ وَالزِّيَادَةُ فِي النَّشَاطِ وَمُدَافَعَةُ سُوءِ الْخُلُقِ الَّذِي يُثِيرُهُ الْجُوعُ وَالتَّسَبُّبُ بِالصَّدَقَةِ عَلَى مَنْ يَسْأَلُ إِذْ ذَاكَ أَوْ يَجْتَمِعُ مَعَهُ عَلَى الْأَكْلِ وَالتَّسَبُّبُ لِلذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ وَقْتَ مَظِنَّةِ الْإِجَابَةِ وَتَدَارُكُ نِيَّةِ الصَّوْمِ لِمَنْ أَغْفَلَهَا قَبْلَ أَنْ يَنَامَ

“Berkah makan sahur didapatkan dari beberapa bentuk:
• Menjalankan Sunnah,
• Menyelisihi puasanya Ahli Kitab,
• Menguatkan badan orang yang berpuasa untuk beribadah dan menambah semangatnya,
• Menjauhkan perilaku jelek yang bisa muncul akibat rasa lapar,
• Dapat menjadi sebab untuk bersedekah kepada yang membutuhkan makanan sahur, atau makan sahur bersamanya,
• Menjadi bisa berzikir dan berdoa pada waktu dikabulkannya doa (waktu sahur termasuk waktu mustajab untuk berdoa),
• Waktu sahur juga menjadikan seseorang sempat berniat puasa bagi yang lupa meniatkan sebelum tidur (bahwa besok berpuasa).” [Fathul Bari, IV/140]

Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam rahimahullah juga menjelaskan:

ومن بركة السحور صلاة الفجر مع الجماعة، وفي وقتها الفاضل، ولذا تجد المصلين في صلاة الفجر في رمضان أكثر منهم في غيره من الشهور؛ لأنَّهم قاموا من أجل السحور

“Termasuk berkah makan sahur ialah bisa Salat Subuh secara berjamaah di waktu yang utama. Oleh karenanya kamu mendapati orang-orang yang mengerjakan Salat Subuh (di masjid) pada bulan Ramadan, lebih banyak daripada di bulan-bulan lain, karena mereka bangun untuk makan sahur.” [Taudhih al-Ahkam, III/474]

> Anjuran Mengakhirkan Makan Sahur

Yang sangat perlu diperhatikan dalam sahur ini, dan banyak dilupakan kaum Muslimin sekarang adalah disunnahkannya memerlambat sahur sampai mendekati waktu Subuh (Fajar), sebagaimana yang dilakukan Rasulullah ﷺ. Dijelaskan dalam hadis Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu, beliau berkata:

تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً

Kami bersahur bersama Rasulullah ﷺ, kemudian beliau pergi untuk salat.” Aku (Ibnu Abbas) bertanya: “Berapa lama antara azan dan sahur?” Beliau menjawab: “Sekitar 50 ayat.” []. Riwayat Bukhariy dan Muslim]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan hadis ini dengan menyatakan:
“Ketika memerkuat badan untuk berpuasa dan menjaga semangat beraktivitas padanya termasuk tujuan makan sahur, maka termasuk hikmah adalah mengakhirkannya.” [Tanbihul Afham, 3/39]

Dalam hadis yang mulia di atas dijelaskan jarak waktu mulai makan sahur dengan azan Salat Subuh adalah seukuran orang membaca lima puluh ayat secara sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. [Lihat penjelasannya dalam kitab Tanbihul Afham, 3/39]

Seputar Istilah Imsak

Ketentuan Imsak, yakni menahan diri dari makan dan minum beberapa saat sebelum terbitnya fajar adalah perkara yang diada-adakan oleh sebagian kaum Muslimin dan menyelisihi firman Allah ﷻ:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” [QS. al-Baqarah/2: 187]

Juga menyelisihi tuntunan Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau radhiyallahu anhum.

Para ulama telah menegaskan, bahwa hal tersebut termasuk sikap berlebih-lebihan dalam beragama, walaupun dilakukan dengan alasan kehati-hatian, dan menjaga diri dari perkara yang haram.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan:
“Termasuk kebidahan yang mungkar adalah yang terjadi di zaman ini berupa dikumandangkannya azan kedua, (yaitu) dua puluh menit sebelum fajar di bulan Ramadan, dan memadamkan pelita-pelita yang dijadikan sebagai tanda tidak boleh makan dan minum bagi orang yang ingin berpuasa. Ini dengan anggapan dari orang yang membuat-buatnya untuk kehati-hatian dalam ibadah, dan hal ini tidak diketahui adanya, kecuali oleh beberapa orang saja.

Hal ini menyeret mereka untuk tidak mengumandangkan azan hingga setelah matahari terbenam beberapa waktu, untuk memastikan waktunya dalam anggapan mereka. Lalu mereka mengakhirkan buka puasa dan memercepat sahur, serta menyelisihi Sunnah. Oleh karena itu, sedikit sekali kebaikan dari mereka, dan banyak pada mereka keburukan. Allahul musta’an. [Dinukil dari Khulashah al-Kalam, hlm. 118]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:
“Imsak yang dilakukan oleh sebagian orang itu adalah suatu tambahan dari apa yang diwajibkan oleh Allah ﷻ, sehingga menjadi kebatilan. Dia termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama Allah, padahal Nabi ﷺ telah bersabda, yang artinya:
“Celakalah orang yang mengada-adakan! Celakalah orang yang mengada-adakan! Celakalah orang yang mengada-adakan!” [Fatawa Arkanil Islam Syeikh ibnu Utsaimin]

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/3949-keberkahan-sahur.html dan sumber lainnya

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat