بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
PERBANYAKLAH MENGINGAT PEMUTUS KELEZATAN
>> Kematian yang kembali menyadarkan kita
>> Dianjurkan untuk mengingat mati dan mempersiapkan diri menghadap kematian …
Nabi ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan.” [HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadis ini Hasan Shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: “Aku pernah bersama Rasulullah ﷺ, lalu seorang Anshor mendatangi beliau ﷺ. Ia memberi salam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau ﷺ bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?” ia kembali bertanya. Beliau ﷺ bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” [HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani]
Wahai diri ini yang lalai akan kematian, ingatlah faidah mengingat kematian:
[1] Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri. Dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran, karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad ﷺ.
[2] Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi ﷺ bersabda:
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta uzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” [HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadis ini Hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani]
[3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barang siapa mengetahui, bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak, padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.
[4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi ﷺ bersabda:
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian), karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang. Dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan Akhirat).” [HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan Hasan oleh Syaikh Al Albani]
[5] Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zalim. Allah taala berfirman:
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ
“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” [QS. Al Muthoffifin: 4]. Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zalim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada Hari Berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zalim seperti itu.
Nasihat Ulama ….
Abu Darda’ berkata: “Jika mengingat mati, maka anggaplah dirimu akan seperti orang-orang yang telah meninggalkanmu.”
Yang menakjubkan pula dari Ar Robi’ bin Khutsaim …
Ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah taala:
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” [QS. Al Mu’minuun: 99-100]. Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, “Wahai Robi’, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)! Beramallah …”
***
Sumber bacaan: Ahkamul Janaiz Fiqhu Tajhizul Mayyit, Kholid Hannuw, terbitan Dar Al ‘Alamiyah, cetakan pertama, 1432 H, hal. 9-13
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
[www.rumaysho.com]
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#mengingatmatidanmempersiapkandirimenghadapkematian #kematianyangkembalimenyadarkankita #perbanyaklahmengingatpemutuskelezatan #perbanyakingatkematian #banyakingatmati
Leave A Comment