بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
NASIHAT DI BULAN RAJAB
Oleh Ustadz Abu Minhal, Lc
 
Allah ﷻ dengan hikmah-Nya memilih dan mengistimewakan sebagian makhluk-Nya, dan memutuskan pada mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada siapa pun yang mampu menghadang keputusan-Nya.
 
Dan di antara hikmah-Nya, Allah ﷻ menjadikan bulan-bulan dalam setahun berjumlah sebanyak dua belas bulan. Dua belas bulan itu adalah Muharam, Safar Rabiulawal, Rabi Tsani, Jumadal Ula, Jumadal Akhir, Rajab, Syakban, Ramadan, Syawal, dan Zulkaidah, serta Zulhijah.
 
Allah ﷻ telah menentukan musim-musim kebaikan dan limpahan-limpahan berkah dari bulan-bulan tersebut. Di antaranya dengan memilih empat Bulan Haram (Suci) dari dua belas yang ada dalam setahun, yaitu Rajab, Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam. Satu bulan menyendiri, yaitu Rajab, datang sesudah Jumadil Akhir, dan sebelum Syakban. Dan tiga bulan berurutan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
 
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” [QS. At-Taubah/ 9:36]
 
Dalam empat Bulan Haram ini ulama mengatakan, bahwa ganjaran amal-amal kebaikan akan dilipatkan bagi orang-orang yang beramal saleh. Dan sebaliknya, hukuman dan akan diberatkan pada pelaku kejahatan dan kezaliman di dalamnya.
 
Menyongsong Bulan Rajab dengan Baik
 
Maka ketika Rajab menyapa seseorang dan mendatangi hidupnya, sehingga ia memeroleh kesempatan untuk menikmati usia dalam bulan tersebut, hendaknya menyikapinya dengan bijak dan baik.
 
Pertama-tama ia mensyukuri nikmat besar tersebut. Sebab bersyukur adalah kaidah umum untuk merespon sebuah kenikmatan dari Allah ﷻ, apa pun nikmat tersebut, baik nikmat duniawi, apalagi kenikmatan yang berhubungan dengan agama, kesempatan beramal saleh, dan memerbaiki diri.
 
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berpesan:
 
“Pujilah Rabb kalian yang telah memanjangkan usia kalian, sehingga kalian mendapatkan bulan Rajab.” [1]
 
Setelah itu, sikap seorang Muslim dan Muslimah yang mengetahui keagungan Rajab adalah mengagungkannya dengan taat kepada Allah ﷻ, dan bertobat kepada Allah ﷻ dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.
 
Sebab kesempatan yang baik dan peluang emas ini akan benar-benar menjadi kenikmatan bagi seorang hamba bagi dunianya dan Akhiratnya, bila mengisinya untuk taat kepada Allah ﷻ.
 
Seseorang seyogyanya mengambil pelajaran dari orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya yang telah meninggal, baik itu karib-kerabat, kenalan, maupun tetangga. Mereka telah berpisah dari orang-orang tercinta mereka dan kawan-kawan baik mereka. Mereka telah meninggalkan dunia dan seisinya menuju alam kubur. Mereka telah berpindah dari alam tempat beramal, menuju alam pertama untuk pembalasan amal. Kebaikan dan keburukanlah yang menemani mereka.
 
Maka ketika kesempatan emas untuk beramal dalam waktu yang istimewa, siapa pun hendaknya memasang niat dan badan untuk menyambutnya dengan baik, dengan semangat beramal salat dalam waktu tersebut.
 
Seorang ulama dari generasi Tabiin, Khalid bin Ma’dan [2] rahimahullah (wafat tahun 103 H) berpesan:
 
إِذَا فُتِحَلِأَحَدِكُمْ بَابُالخَيْرِ فَلْيُسْرِعْ إِلَيْهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِيْ مَتَى يُغْلَقُ عَنْهُ
 
“Bila telah terbuka bagi salah seorang dari kalian pintu kebaikan, hendaknya bersegera memasukinya. Sebab sesungguhnya ia tidak tahu, kapan pintu itu akan tertutup baginya.” [3]
 
Di samping itu, konsekuensi lainnya adalah, semestinya orang yang hendak memanfaaatkan kesempatan baik ini menghindarkan dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat secara umum. Karena perbuatan maksiat yang dikerjakan dalam waktu-waktu yang mulia seperti bulan Rajab, bertentangan dengan perintah untuk mengagungkannya.
 
Qatadah berkata:
“Agungkanlah apa-apa yang diagungkan Allah. Karena sesungguhnya perkara-perkara menjadi agung karena diagungkan Allah ﷻ “.
 
Larangan berbuat maksiat disebutkan dengan tegas dalam ayat yang telah dikemukakan di atas dengan ungkapan, ‘Janganlah kalian berbuat zalim terhadap diri kalian padanya’.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
 
“Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” [QS. At-Taubah/ 9:36)
 
Tentang itu, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu mengatakan:
“(Janganlah kalian berbuat zalim) pada semua bulan tersebut. Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan dari dua belas bulan yang ada, dan menjadikannya Bulan Haram, dan mengagungkan kehormatannya, serta menjadikan dosa padanya lebih besar, dan amal saleh serta pahala (juga) lebih besar.” [4]
 
Tentang ayat di atas, Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah memaparkan dua makna. Salah satunya:
“Bahwa sesungguhnya ini merupakan larangan terhadap mereka dari berbuat kezaliman dalam empat bulan tersebut. Apalagi disertai adanya larangan berbuat zalim pada setiap waktu. Tujuannya adalah untuk menegaskan bertambahnya tingkat keharamannya, dan karena perbuatan zalim di dalamnya lebih parah dibandingkan bila dikerjakan di bulan-bulan lain.” [5]
 
Sementara itu Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan:
• “Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian di bulan-bulan haram tersebut.
• Komitmenlah dengan ketentuan-ketentuan Allah ﷻ.
• Tegakkanlah kewajiban-kewajiban dari Allah ﷻ.
• Jauhilah larangan-larangan-Nya.
• Penuhilah hak-hak (yang menjadi kewajiban kalian) antara diri kalian dan Rabb kalian, dan antara diri kalian dan sesama manusia.” [6]
 
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan, pada bulan haram tersebut, seorang hamba harus tetap mewaspadai setan yang akan selalu melancarkan tipu-daya, godaan, dan bisikan-bisikan, agar manusia santai saja dalam menyongsong bulan mulia itu.
 
Setan akan senantiasa antusias tanpa putus asa untuk menyesatkan anak-anak Adam, memalingkan mereka dari agama Allah ﷻ, memerintahkan mereka melakukan perbuatan keji dan mungkar, mengesankan maksiat dengan gambaran yang indah, dan melontarkan rasa benci dalam hati mereka terhadap amal ketaatan.
 
Demikianlah makar setan. Bila melihat seorang hamba menyukai amal saleh, setan akan memberatkan hatinya untuk beramal. Jika setan tidak berhasil menghalang-halanginya dari amal saleh, setan akan menyimpangkan hamba itu untuk berbuat berlebihan, melontarkan bisikan dan keragu-raguan dalam hatinya, sehingga melanggar ketentuan-ketentuan dalam ibadah.
 
Seseorang yang telah terkena bisikan setan dan terjerat oleh godaannya, akan berat dan bermalas-malasan untuk berbuat amal saleh. Dan sebaliknya, akan mudah menerjang maksiat-maksiat.
 
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah menyimpulkan:
“ Sesungguhnya rasa malas untuk beramal dan meremehkan maksiat yang kalian dapati dalam jiwa kalian, merupakan pengaruh dari bisikan setan dan godaannya. Maka bila kalian mendapatinya, mohonlah perlindungan kepada Allah ﷻ darinya. Di situlah akan engkau dapatkan kesembuhan dan jalan keluar dari godaannya.
 
Allah ﷻ telah berfirman:
 
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴿٢٠٠﴾إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
 
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” [QS. A’raf/7:200-201]
 
Apakah Ada Amalan Khusus Pada Bulan Rajab?
 
Sekarang timbul pertanyaan, apakah ada amalan-amalan saleh khusus yang dianjurkan untuk diutamakan umat Islam pada bulan Rajab? Apakah disunnahkan berpuasa, qiyamullail atau amalan saleh tertentu lainnya pada bulan Rajab?
 
Pernyataan Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah, tokoh hadis pada abad ke-9 dengan karya fenomenalnya Fathul Bari ini sudah menyimpulkan sebuah kesimpulan yang pantas dipedomani oleh umat. Beliau rahimahullah mengatakan dalam kitab yang beliau tulis untuk membahas keutamaan Rajab, ‘Tabyinil Ajab bima warada fi Syahri Rajab:
“Tidak ada hadis yang pantas dijadikan hujjah tentang keutamaan Rajab, puasa bulan Rajab, atau puasa pada hari tertentu dari bulan Rajab. (Juga) tentang salat malam tertentu di dalamnya. Dan Imam Abu Isma’il al-Harbi rahimahullah telah mendahuluiku dengan penegasan tentang itu sebelumku.” [7]
 
Berdasarkan pernyataan di atas, seorang Muslim diperintahkan untuk meningkatkan kuantitas amal-amal saleh, dan tetap memerhatikan kualitasnya. Tidak ada amalan khusus yang diistimewakan pada bulan Rajab ini, baik itu salat, zikir, puasa, atau lain-lainnya.
 
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah kembali menyimpulkan:
“Adapun tentang hadis-hadis yang berbicara tentang keutamaan Rajab, atau keutamaan puasa bulan Rajab, atau puasa pada sebagian hari dari bulan Rajab, terbagi menjadi dua:
• (Berderajat) Dhaif (lemah), dan
• Maudhu’ (palsu).” [8]
 
Tidak Perlu Merayakan Malam Isra Mikraj
 
Salah satu kebiasaan yang terjadi di tengah masyarakat di bulan Rajab adalah perayaan malam Isra Mikraj. Tentang peristiwa Isra Mikraj, pandangan yang sudah populer di tengah masyarakat, peristiwa penting itu terjadi pada 27 Rajab. Sementara ulama Islam berselisih pendapat mengenai tanggal dan bulan terjadinya peristiwa tersebut.[9]
 
Imam Nawawi rahimahullah mengutip dua pendapat dalam Syarh Sahih Muslim (2/209) dari Abu Ishaq al-Harbi, yaitu 27 Rabiulawal dan 27 Rabiulakhir. Pendapat berikutnya ialah terjadi pada tanggal 27 Rajab. Pendapat ini walaupun tidak memiliki dalil, baik dari hadis sahih, lemah ataupun palsu, dan tidak pernah diungkapkan oleh generasi Salaf, namun banyak orang meyakininya. Tidak itu saja, mereka pun mengistimewakan malam tersebut dengan perayaan.
 
Sedangkan tahun Isra Mikraj terjadi, az-Zuhri rahimahullah dan ‘Urwah rahimahullah menyatakan, Isra Mikraj terjadi setahun sebelum Nabi ﷺ hijrah ke Madinah. Diriwayatkan juga dari az-Zuhri, Isra Mikraj terjadi pada tahun ke-5 kenabian.
 
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan:
“Malam yang terjadi padanya peristiwa Isra Mikraj, hadis-hadis yang sahih sedikit pun tidak menyebutkannya secara spesifik, tidak pada Rajab, atau pada bulan lainnya. Dan setiap hadis yang menyebut waktunya dengan jelas, tidak benar dari Nabi ﷺ, menurut ulama dalam bidang hadis.”
 
Kemudian beliau rahimahullah mengungkapkan kepastian adanya hikmah besar dari Allah ﷻ terkait kejadian besar, yang waktunya dilupakan oleh manusia. Seandainya penentuan waktu kejadian betul-betul ada (melalui dalil sahih), tetap saja kaum Muslimin tidak diperbolehkan untuk mengistimewakannya (malam Isra Mikraj) dengan suatu ibadah, dan mereka pun tidak diperbolehkan untuk merayakannya. Sebab Nabi ﷺ dan para sahabat tidak pernah merayakannya, dan tidak pula mengkhususkannya dengan ibadah tertentu. Sekiranya hal itu masyru’, pastilah Nabi ﷺ akan menjelaskannya kepada umat, dan para sahabat pun mesti sudah menyampaikannya kepada kita.
 
Mereka sudah meriwayatkan dari Nabi ﷺ segala sesuatu yang dibutuhkan oleh umat Islam. Mereka tidak pernah melalaikan sedikit pun dari masalah agama. Bahkan mereka adalah orang-orang terdepan dalam setiap kebaikan. Seandainya perayaan malam Isra Mikraj disyariatkan, pastilah mereka akan menjadi generasi pertama yang menyelenggarakannya. Dan Nabi ﷺ juga orang yang paling tulus dalam menasihati umat, sudah menyampaikan risalah dengan tuntas, melaksanakan amanah dengan baik. Maka seandainya pengagungan dan perayaan malam Isra Mikraj termasuk bagian dari agama, pastilah beliau ﷺ tidak melalaikan dan tidak menyembunyikannya. Dan ketika tidak ada pengagungan dan perayaan malam tersebut dari beliau ﷺ, maka dapat diketahui, bahwa merayakan dan mengagungkan malam tersebut bukan berasal dari ajaran Islam sedikit pun.” [10]
 
Penutup
 
Rajab merupakan salah satu kesempatan emas bagi umat Islam umumnya, dan keluarga Muslim khususnya, untuk berlomba dalam amal saleh dengan berbagai jenisnya. Maka, kepala rumah-tangga dan ibu-ibu seyogyanya mengingatkan semua anggota keluarga untuk mengagungkan Rajab dengan sebaik-baiknya, dan menghindari perbuatan maksiat di dalamnya.
 
Semoga Allah ﷻ memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk mengisi Rajab, Syakban, dan Ramadan dengan bijak dan tepat. Aamiin.
 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi –/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
 
Catatan Kaki:
 
[1] Adh-Dhiya al-Lami minal Khuthabil Jawami’6/403
 
[2] Khalid bin Ma’dan al-Himshi seorang imam negeri Syam. Berguru kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu, Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhu, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhu, Tsauban radhiyallahu anhu, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, Abu Darda dan sahabat Nabi ﷺ lainnya.
 
[3] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam az-Zuhd hlm. 384. Lihat Siyaru A’lamin Nubala 4/540.
 
[4] Tafsir al-Qur`anil Azhim 4/36.
 
[5] Taisirul Karimir Rahman hlm.383.
 
[6] Adh-Dhiya al-Lami minal Khuthabil Jawami’6/406.
 
[7] Tabyinil Ajab bima warada fi Syahri Rajabhlm.23.
 
[8] Ibid. hlm.33.
 
[9] Perbedaan pendapat ini disampaikan Syaikh Thariq Awadhullah, muhaqqiq kitab Tabyinil Ajab bima warada fi Syahri Rajab.
 
[10] Hukmu al-Ihtifal bi Lailatil Isra wal Mikraj, dalam kumpulan makalah akidah dengan judul Hirasatut Tauhid hlm. 56-57
 
 
www.nasihatsahabat.com
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Baca juga:
NASIHAT DI BULAN RAJAB
NASIHAT DI BULAN RAJAB
NASIHAT DI BULAN RAJAB
NASIHAT DI BULAN RAJAB
NASIHAT DI BULAN RAJAB