بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MUKJIZAT SULAIMAN DAN KARAMAH DIMAS KANJENG

Apakah penggandaan uang yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi termasuk Mukjizat seperti halnya terjadi pada Nabi Sulaiman atau seperti Karamah pada Wali Allah?

Kita tahu Nabi Sulaiman ‘alaihis salam memiliki mukjizat yang begitu luar biasa. Mukjizat adalah kejadian luar biasa (di luar kemampuan manusia) yang ada pada para Nabi dan Rasul. Sedangkan karamah adalah kejadian di luar kebiasaan yang ditemukan pada para wali Allah.

Lihatlah di antara mukjizat yang ada pada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

Mukjizat pertama, Nabi Sulaiman bisa mengerti suara burung. Dalam ayat disebutkan:

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.” (QS. An-Naml: 16)

Nabi Sulaiman pun memiliki pasukan dari jin, manusia dan burung, serta bisa mengerti perkataan semut.

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (17) حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (18)

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 17-18)

Di antara bentuk mukjizat nabi Sulaiman lagi, ada yang disebut burung Hud-hud bisa berbicara pada Nabi Sulaiman, sebagaimana disebutkan dalam ayat,

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ

“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba, suatu berita penting yang diyakini.” (QS. An-Naml: 22)

 

Hud-hud menceritakan tentang ratu Balqis yang memiliki kerajaan yang besar di negeri Saba’ (Yaman). Namun sayangnya kaumnya menyembah matahari, bukan beribadah pada Allah Yang Maha Pencipta dan Pengatur Jagad Raya.

Lantas diutuslah burung Hud-hud tadi untuk membawa surat pada Ratu Balqis. Ketika Ratu Balqis menerima suratnya lantas ia mengatakan pada pembesar kaumnya:

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30) أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml: 30-31)

Ternyata isi surat Nabi Sulaiman adalah untuk mengajak Ratu Balqis pada Islam. Namun karena kesombongannya, ia dan kaumnya malah menentang.

Nabi Sulaiman berkata pada pengikutnya, siapakah di antara mereka yang sanggup membawa singgasana (‘Arsy) dari Ratu Balqis ke hadapan Nabi Sulaiman.

Ada yang namanya ‘Ifrit, jin yang benar-benar kuat berkata:

أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

“Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya, lagi dapat dipercaya.” (QS. An-Naml: 39)

Kemudian ada seorang alim yang dikenal dengan nama ‘Ashif bin Barkhiya bisa melakukan lebih daripada ‘Ifrit, di mana ia berkata:

أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ

“Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (QS. An-Naml: 40)

Dari mukjizat itu, akhirnya Ratu Balqis pun masuk Islam:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. An-Naml: 44)

Kalau demikian apa perbedaan antara mukjizat Nabi Sulaiman dan wali Allah di atas, dengan tipu muslihat dari Dimas Kanjeng dengan penggandaan uang yang ia lakukan saat ini?

Mukjizat hanya khusus ada pada para nabi, sedangkan karamah ada pada para wali Allah. Dimas Kanjeng sendiri BUKANLAH Nabi.

Mukjizat itu ditampakkan dan tersohor. Itulah yang ada pada para Nabi. Sedangkan karamah cukup disembunyikan, bukan dipamer-pamerkan. Itulah yang ada pada para wali. Sedangkan Pak Taat Pribadi (Dimas Kanjeng) memamerkan keahliannya menggandakan uang di depan kamera.

(Risalah Magister dengan judul “Al-Wilayah wa Al-Karamah fi Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah”, peneliti Muhammad Khoir Al-‘Umari. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Al-Jawab, no. 124838)

Adapun disebut sebagai wali Allah ketika beriman dan bertakwa, bukan melakukan penipuan, pembunuhan atau menjalankan praktik sihir yang notabene syirik.

Syarat mutlak sebagai wali Allah disebutkan dalam ayat:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63).

Ingat sekali lagi, disebut WALI ALLAH ketika BERIMAN dan BERTAKWA, bukan dengan menipu atau bahkan menerjangi kesyirikan.

Apakah yang dilakukan Dimas Kanjeng termasuk sihir?

Syaikh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin menjelaskan:

Karamah itu bisa terjadi sebelum Rasulullah ﷺ atau setelah beliau ﷺ hingga Hari Kiamat. Karamah ini dialami oleh wali Allah yang saleh. Karamah ini akan terjadi pada wali Allah yang beragama dengan baik. Namun kalau terjadi pada orang yang beragamanya saja tidak benar (sebut: tukang sihir), maka sejatinya kesaktian yang ia miliki itu dari SETAN. Dan kita tahu bersama, bahwa setan itu akan menolong manusia untuk mencapai tujuan-tujuannya (seperti untuk cepat kaya, pen.). (Liqa’ Al-Bab Al-Maftuh, no. 84, soal no. 8)

Bukti kalau Dimas Kanjeng bukanlah orang yang bagus agamanya:

Ia mengajarkan wirid Wihdatul Wujud, Manunggaling Kawulo Gusti, yang dibawa oleh Syaikh Siti Jenar dahulu dan sudah disesatkan oleh para ulama.

Ia mengajarkan Shalawat Fulus (Fulus artinya uang). Yang jelas-jelas shalawat itu tidak ada dasarnya. Bahkan kalangan pesantren tradisional pun tidak pernah mendengar shalawat tersebut.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari akidah dan cara beragama yang sesat, serta menuntun kita untuk terus berada di jalan yang lurus.

 

Diambil dari Khutbah Jumat berjudul: “Mukjizat Sulaiman dan Karamah Dimas Kanjeng” oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

 

Sumber: https://rumaysho.com/14557-khutbah-jumat-mukjizat-sulaiman-dan-karamah-dimas-kanjeng.html