Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Bersama-Sama Kaum Muslimin

Peristiwa ini terjadi pada Ramadhan tahun keempat kenabian, ketika kedudukan kaum Muslimin masih lemah. Saat itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam pergi ke Masjidil Haram. Di sana banyak berkumpul para pemuka dan tokoh kaum Quraisy. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdiri di tengah-tengah mereka lalu membacakan surat An-Najm. Orang-orang kafir tersebut sebelumnya tidak pernah mendengarkan Kalamullah secara langsung, karena program yang mereka lancarkan secara kontinyu adalah melakukan apa yang saling mereka nasihatkan satu sama lain. Sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ (٢٦)

“.. Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Alquran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS. Fushilat: 26)

Maka, manakala secara mendadak beliau membacakan surat tersebut kepada mereka dan Kalam Ilahi yang demikian indah menawan, -yang keindahannya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata keindahan itu sendiri- dan mengetuk gendang telinga mereka, maka seakan mereka mengesampingkan apa yang selama ini mereka lakukan dan setiap orang terkonsentrasi untuk mendengarkannya, sehingga tidak ada yang terlintas di hatinya selain kalam itu, hingga sampailah beliau pada ayat terakhir surat ini, berupa ketukan-ketukan yang membawa hati seakan terbang melayang, beliau membaca firman-Nya:

فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا (٦٢)

“Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia” (QS. An-Najm: 62)

Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pun sujud. Melihat pemandangan itu, tak seorang pun dari mereka yang dapat menahan diri untuk tidak sujud, sehingga kaum Musyrikin pun ikut sujud bersama beliau.

Sebenarnya, keindahan Al-Haq telah menawan dan meluluh-lantakkan kekerasan yang meliputi jiwa mereka yang takabbur dan suka mengejek. Mereka semua tak sanggup menahannya; bahkan bersimpuh sujud kepada Allah. Mereka linglung dan tak tahu harus berbuat apa, manakala keagungan Kalamullah telah memelintir kendali yang selama ini mereka pegang, sehingga membuat mereka melakukan hal yang selama ini justru dengan susah payah berusaha mereka hapus dan lenyapkan. Kejadian tersebut mendapatkan kecaman dari teman-teman mereka yang tidak hadir ketika itu. Maka mereka merasa inilah momen bagi mereka untuk mendustakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan membalikkan fakta yang sebenarnya. Mereka berkata bahwa yang terjadi sebenarnya adalah beliau mengungkapkan kata-kata penghormatan terhadap berhala-berhala, yaitu beliau mengatakan “Itulah al-Gharaniq yang Mulia yang syafaa’atnya selalu diharap-harapkan”.

Isu bohong ini mereka hembuskan agar dapat menjadi alasan sujud mereka bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika itu. Tentunya hal ini tidak begitu mengherankan, sebab sumbernya berasal dari orang yang selama ini selalu mengarang-ngarang dusta dan menghembuskan isu.

Imam Al Bukhari meriwayatkan kisah sujud ini secara singkat dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas. Lihat bab: Sajdah An-Najm dan bab Sujud Al-Muslimin wa al-Musyrikin, 1/146 dan bab Ma Laqiya an-Nabiyu shalallahu ‘alaihi wasallam wa Ashaabuhu Mina al-Musyrikin bi Makkah, 1/534

Disalin dari Buku:

Perjalanan Hidup Rasul yang Agung; Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Judul Asli: Ar-Rahiiq Al-Makhtum. Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. Darul Haq, 2005. Jakarta

http://wanitasalihah.com/kisah-sujudnya-kaum-Musyrikin-bersama-sama-kaum-Muslimin/