بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#KisahMuslim

KISAH-KISAH POHON DI ZAMAN NABI ﷺ

Tidak Ada Benda Keramat Di Dalam Agama Islam

Di antara kebiasaan jahiliyah yang dilakukan manusia di abad modern ini adalah kepercayaan kepada benda-benda mati. Di zaman jahiliyah, manusia sering menggantungkan harapannya kepada benda-benda mati.

Demikian pula jika mereka menemukan pohon besar yang rindang daunnya, mereka menganggap sakti dan mereka duduk di bawahnya, atau membawa sesajian ke sana, atau menggantungkan pedang mereka pada dahan-dahannya. Menurut khayalan mereka, pohon itu dapat memberi keberkahan dan kekuatan tertentu pada diri mereka atau senjata-senjata mereka, sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadis berikut ini:

عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اللَّيْثِيْ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَىْ حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلْمُشْرِكِيْنَ سِدْرَةٌ يَعْكُفُوْنَ عِنْدَهَا وَيَنُوْطُوْنَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَّرْناَ بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: ياَ رَسُوْلَ اللهِ إجْعَلْ لَناَ ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (اللهُ أَكْبَرُ! إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ ـ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ـ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلُ لِمُوْسَى: (إجْعَلْ لَنَا إلهاً كَماَ لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ) لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ”. [رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ وَصَحَّحَهُ]. هَذاَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Abu Waqid Al Laysie, ia berkata: “Kami keluar bersama Nabi ﷺ ke Hunain, saat itu kami baru saja keluar dari kekufuran. Orang-orang musyrikin memiliki sebatang pohon yang besar, mereka duduk di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya. Pohon itu disebut pohon Dzatu Anwath. Lalu kami melewati sebatang pohon yang besar pula. Maka kami berkata:”Ya Rasulullah, jadikanlah untuk kami pohon Zatu Anwath, sebagaimana mereka memiliki pohon Dzatu Anwath!” Rasululah ﷺ pun bertakbir (Allahu Akbar). Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ucapan kalian ini sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa Alaihissallam: “Jadikanlah untuk kami Sembahan, sebagaiman mereka memiliki Sesembahan! Musa berkata: Sesungguhnya kalian kaum yang bodoh”. Sesungguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian”[HR Tirmidzi]

Sebagaimana halnya berhala mereka “Al-‘Uzza”, Ibnu Katsir berkata: “Al-‘Uzza” adalah pohon yang dibangun rumah di bawahnya dan dihiasi kelambu. Orang-orang Quraisy mengagungkannya [Tafsir Ibnu Katsir: 7/455].

Banyak kisah pohon kayu di masa Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ maupun para sahabat tidak menjadikannya sebagai tempat sakti yang dapat menyembuhkan penyakit, seperti kisah-kisah berikut ini:

1. Kisah pohon yang merunduk ketika Rasulullah ﷺ berhenti dalam perjalanan beliau ke Syam bersama paman beliau ﷺ.

Para ulama sirah (sejarah nabi) menyebutkan, bahwa saat Nabi ﷺ dalam perjalanan ke negeri Syam bersama paman beliau Abi Thalib, beliau ﷺ selalu dinaungi awan. Ketika berhenti di sebuah tempat di negeri itu, di dekat rumah seorang Rahib (pendeta), beliau ﷺ disuruh paman beliau untuk menunggu barang dagangannya di pinggir jalan. Tiba-tiba Rahib itu melihat sebatang pohon merunduk ke arah Nabi ﷺ dan menaunginya dari panas terik matahari. Saat melihat hal tersebut, Rahib berkata dalam hatinya: ”Sesungguhnya ini tidaklah terjadi kecuali pada seorang Nabi.” Lalu Rahib itu mengajak mampir ke rumahnya, dan menyuruh Abu Thalib membawa Nabi ﷺ cepat-cepat pulang ke Mekah. Ia berkata: ”Anak ini akan memiliki kemulian. Jika orang-orang Yahudi mengetahuinya, maka mereka akan membunuhnya.” Rahib itu mengetahui hal itu dari kitab Taurat dan Injil yang dimilikinya [Lihat “Tarikhuth Thabary: 1/520 dan “Al-Bidayah wan Nihayah”: 2/284].  

Demikian kisah tersebut. Namun, Nabi ﷺ dan para sahabat tidak menganggap pohon itu keramat atau sakti.

2. Pohon Hudaibiyah

Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah ridha terhadap orang-orang Mukmin, ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka Allah Azza wa Jalla mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka, dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”.[al-Fath/48:18]

Tatkala Amirul Mukminin Umar bin Khatab melihat sebagian orang mendatangi tempat tersebut dan shalat di situ, beliau menebang pohon tersebut untuk menentang perbuatan syirik [Lihat “Al bida’ Wannahyu ‘anha” Ibnu Wadhah: 26].

3. Kisah Tangis Tiang Masjid Dari Batang Korma

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ يَسْتَنِدُ إِلَىْ جِذْعِ نَخْلَةٍ مِنَ سِوَارِي الْمَسْجِدِ فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ وَاسْتَوَى عَلَيْهِ اضْطَرَّبَتْ تِلْكَ السَّارِيَةُ كَحَنِيْنِ النَّاقَةِ حَتَّى سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاعْتَنَقَهَا فَسَكَتَتْ . رَوَاهُ النَّسَائِيْ وَصَحَّحَهُ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِيْ

“Dari Jabir bin Abdillah ia berkata: “Jika Rasulullah ﷺ berkhutbah, beliau ﷺ bersandar kepada batang kurma di salah satu tiang masjid. Tatkala mimbar telah dibuat dan beliau ﷺ duduk di atasnya, tiang tersebut menangis bagaikan rintihan seekor unta. Semua orang yang ada dalam masjid mendengarnya. Lalu Rasulullah ﷺ turun dan mengusapnya, barulah ia diam”.

Dalam hadis ini disebutkan, bahwa tiang tersebut sedih karena tidak lagi menjadi sandaran Nabi ﷺ . Suara tersebut terdengar oleh Nabi ﷺ beserta para sahabat. Lalu Nabi ﷺ mengusap tiang itu, agar berhenti dari kesedihannya; bukan karena untuk mencari berkah. Sebagaimana saat musim haji, betapa banyaknya orang yang mengusap-ngusap dan berebut untuk shalat dekat tiang tempat mu’adzin mengumadangkan azan di masjid Nabawi.

4. Kisah Pohon Yang Berjalan Kepada Nabi ﷺ

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis berikut:

عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ نَسِيْرُ مَعَهُ النَّبِيُ فَنَـزَلْنَا مَنْـِزلاً فَناَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَتْ شَجَرَةٌ تَشُقُّ اْلأَرْضَ حَتَّى غَشِيَتْهُ ثُمَّ رَجَعَتْ إِلَى مَكَانِهَا فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَتْ لَهُ فَقَالَ هِيَ شَجَرَةٌ اسْتَأْذَنَتْ رَبَّهَا عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تُسَلِّمَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنَ لَهَا …)). رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَغَوِيْ فِيْ شَرْحِ السُّنَّةِ. وَقَالَ الشَّيْخُ اْلألْبَانِيْ: صَحِيْحٌ لِشَوَاهِدِهِ [“Misykatul Mashabih”: 3/287].

Dari Ya’la bin Murrah ats-Tsaqafy, ia berkata: “Ketika kami bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan, kami berhenti di suatu tempat, lalu Nabi ﷺ tidur. Tiba-tiba datang sebatang pohon berjalan membelah bumi sampai menaungi Nabi ﷺ . Kemudian ia kembali lagi ke tempatnya semula. Tatkala Rasulullah ﷺ bangun, aku sebutkan hal tersebut kepada beliau ﷺ. Beliau ﷺ berkata:”Ia adalah pohon yang meminta izin pada Tuhannya untuk memberi salam padaku, lalu Allah Azza wa Jalla mengizinkannya [Lihat Musnad imam Ahmad: 29/106, Syarhussunnah: 6/454, Misykatul Mashabih: 3/287] “.

Nabi dan para shahabat tidak mengeramatkan pohon tersebut, sebagaimana kebiasaan orang-orang terhadap pohon-pohon yang biasa mereka anggap sakti. Padahal pohon tersebut tidak memiliki keluarbiasaan. Hanya karena sudah berumur ratusan tahun, tidak tumbang ditiup kangin kencang, maka seolah-olah sering terdengar suara-suara gaib di situ, atau berbagai kepercayaan khurafat lainnya yang mereka buat-buat sendiri. Mereka tidak mengetahui, bahwa suara gaib itu bisa suara jin yang tinggal di atas pohon itu.

5. Kisah Unta Yang Berbicara Kepada Nabi ﷺ

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut:

عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ بَيْناَ نَحْنُ نَسِيْرُ مَعَ النَّبِيْ إِذْ مَرَرْنَا بِبَعِيْرٍ يُسْنَى عَلَيْهِ فَلَمَّا رَآه الْبَعِيْرُ جَرْجَرَ فَوَضَعَ جِرَانَهَ فَوَقَفَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ صَاحِبُ هَذَا اْلبَعِيْرِ فَجاَءَهُ فَقَالَ بِعْنِيْهِ فَقَالَ بَلْ نَهِبُهُ لَكَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّهُ لأَهْلِ بَيْتٍ مَا لَهُمْ مَعِيْشَةٌ غَيْرَهُ قَالَ أَمَّا إِذَا ذُكِرَتْ هَذَا مِنْ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ شَكَا كَثْرَةَ الْعَمَلِ وَقِلَّةَ الْعَلَفِ فَأَحْسِنُوْا إَليْهِ…)).

Dari Ya’la bin Murrah Ats Tsaqafy, ia berkata:”Ketika kami bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan, kami melewati seekor unta yang sedang diberi minum. Tatkala unta tersebut melihat Nabi ﷺ, ia mengeluh dan meletakkan lehernya. Lalu Nabi ﷺ berdiri di dekatnya dan bertanya: ”Mana pemilik unta ini?” Lalu datanglah pemiliknya, dan Nabi ﷺ berkata: ”Juallah ia padaku!” Lalu pemiliknya menjawab:”Kami hadiahkan padamu ya Rasulullah. Ia adalah milik keluarga yang tidak memiliki mata pencaharian selain unta ini.” Rasulullah ﷺ berkata: “Sesungguhnya ia telah mengadukan tentang banyak bekerja dan kekurangan makanan, maka berbuat baiklah kamu kepadanya”.

Unta tersebut tidak pernah disaktikan oleh pemiliknya, atau diambil kotorannya untuk penangkal atau pelaris dagangan, apalagi dianggap sebagai wali/syaikh.

Dengan memerhatikan contoh-contoh di atas, sangat nyata perbedaannya dengan sebagian manusia abad modern dewasa ini. Meskipun disebut manusia modern, namun mereka mengangap sakti berbagai macam barang seperti, keris, batu, pohon tua, kuburan, sungai atau laut. Termasuk perabot rumah tangga, peningalan kuno, binatang ternak, batu kali, kayu di hutan, bahkan kuburan sekalipun.

Demikian juga seandainya contoh-contoh di atas terjadi di zaman sekarang, tidak bisa dibayangkan akibatnya. Sebagian besar orang yang menyaksikannya tentu akan mengeramatkan batu, pohon atau binatang itu dan menjadikannya sebagai tempat berundi nasib, menyembuhkan penyakit, mencari jodoh, dan seterusnya.

Dan seandainya peristiwa-peristiwa itu terjadi di hadapan orang-orang yang mengidap penyakit “TBK” (Tahayul, Bid’ah dan Khurafat), sangat mungkin mereka akan melakukan pemujaan atau penyembahan

Wallahu A’lam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ أَنْتَ وَأَسْتَغْفَرك وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

 

Dinukil dari tulisan berjudul: “Tidak Ada Benda Keramat Di Dalam Agama Islam” yang ditulis oleh: Al-Ustadz Ali Musri Semjan Putra hafizhahullah

Sumber: https://almanhaj.or.id/3352-tidak-ada-benda-keramat-di-dalam-agama-islam.html