بسم الله الرحمن الرحيم

#SifatPuasaNabi
#SeriPuasaRamadan

KIAT-KIAT MERAIH AMPUNAN PADA WAKTU RAMADAN

 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله نبينا محمد و آله و صحبه ومن وله

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله

قال الله تعالى في كتابه الكريم يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و انتم مسلمون أما بعد

Ya ayuhal ikhwah,

Alhamdulillah, Ramadan mungkin tidak sampai seminggu lagi akan kita jelang.

Dan tentunya bagi seorang Mukmin, datangnya Ramadan memberikan angin (harapan) yang besar, karena seorang Mukmin itu, kata Rasulullah ﷺ, bergembira dengan ketaatan. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَاتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَاتُهُ فَذَلِكُمْ الْمُؤْمِنُ

”Barang siapa yang merasa bergembira dengan amal kebaikan dia, dan merasa susah dengan amal keburukan dia, maka tandanya dia seorang Mukmin.” [HR. At Tirmidzi nomor 2165]

Seorang Mukmin dengan datangnya Ramadan, dia menaruh harapan kepada Allah ﷻ, untuk mendapatkan ampunan yang paling besar. Oleh karena itulah, ketika datang Ramadan, seorang Mukmin berada di antara dua keadaan:

  • a. Berharap ampunan
  • b. Khawatir tidak mendapatkan ampunan Allah ﷻ.

Kenapa khawatir?

Karena adanya hadis yang mengancam ketika telah selesai bulan Ramadan, dia tidak mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ.

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:

 شَقِيَ عَبْدٌ

”Celaka seorang hamba.”

Dalam riwayat lain:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

”Celaka seorang hamba (semoga terhina seorang hamba), masuk padanya Ramadan, kemudian dia keluar dari Ramadan, dalam keadaan tidak mendapatkan ampunan Allah ﷻ.” [HR. Tirmidzi nomor 3545]

Didoakan oleh Rasulullah ﷺ dengan kecelakaan.

Siapa?

Orang yang masuk Ramadan, kemudian ketika bulan Ramadan, dia tidak meraih ampunan dari Allah ﷻ. Ini yang membuat kita khawatir dan cemas.

Apakah nanti Ramadan ini kita termasuk orang yang diampuni dosanya atau tidak?

Maka dari itu, ya akhi aazakumullah, berdasarkan hadis ini, bahwa seorang Mukmin hendaknya bersungguh-sungguh untuk mendapatkan dan meraih ampunan Allah di saat Ramadan.

Ya akhi aazakumullah.

Sebetulnya meraih ampunan saat Ramadan tidaklah sulit, bagi mereka yang diberikan kemudahan oleh Allah ﷻ.

Kenapa?

Karena sebab-sebab untuk mendapatkan ampunan Ramadan itu sangatlah banyak.

Kiat agar kita bisa meraih ampunan di bulan Ramadan, yaitu:

[1] Tauhid dan Ikhlas

Tauhidullah dan mengikhlaskan amal ibadah kita kepada Allah ﷻ.

Sebab amalan tidak akan diterima oleh Allah, kecuali dengan dua syarat:

  • a. Ikhlas
  • b. Mutaba’atu Rasulullah ﷺ.

Allah ﷻ berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّين

”Dan tidaklah mereka diperintahkan, kecuali agar mereka beribadah hanya kepada Allah saja, dengan mengikhlaskan ibadah itu hanya kepada Allah.” [QS Al Bayyinah: 5]

Pahala tauhid sangat besar di sisi Allah ﷻ. Bahkan tidak ada amal yang paling berat dalam timbangan, bahkan tidak ada amalan yang merupakan sebab utama mendapatkan ampunan, kecuali dengan tauhidullahi jalla wa ‘ala.

Imam At Tirmidzi meriwayatkan sebuah Hadis Qudsi, bahwasanya Allah ﷻ berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

”Wahai anak Adam, jika kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu bertemu dengan-Ku (meninggal dunia) dalam keadaan kamu tidak memersekutukan Aku sedikit pun juga, maka Aku akan datang membawa ampunan dengan sepenuh bumi.” [HR. At Tirmirdzi nomor 3540]

Subhanallah. Orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah, walaupun dosanya sepenuh bumi kata Rasulullah ﷺ, maka Allah akan datang membawa ampunan sepenuh bumi. Tapi syaratnya satu, yaitu MENINGGAL DALAM KEADAAN TIDAK MEMERSEKUTUKAN ALLAH SEDIKIT PUN JUGA.

Maka dari itulah ya akhi, sebab yang paling besar untuk mendapat dan meraih ampunan di sisi Allah ketika Ramadan, yaitu yang terpenting adalah IKHLAS dan TAUHIDULLAH JALLA WA ‘ALA.

Mengikhlaskan ibadah puasa kita karena Allah, mengikhlaskan seluruh amal kita karena Allah. Oleh karenya Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena keimanan dan mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari nomor 2014]

Ini adalah syarat yang harus dipenuhi, agar kita mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ dan ini merupakan syarat mutlak Tauhidullahi Jalla wa ‘ala (menauhidkan Allah ﷻ)

[2] Banyak Istighfar

Memerbanyak istighfar kepada Allah ﷻ.

Karena orang yang beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah ﷻ dengan sungguh-sungguh, pasti akan Allah ampuni dia. Rasulullah ﷺ bersabda, Allah ﷻ berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ

”Wahai anak Adam! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, Aku akan ampuni dosa-dosamu.” [HR. Tirmidzi nomor 3540]

Masya Allah.

Oleh karenanya Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk banyak beristighfar. Kata Rasulullah ﷺ:

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا

”Keberuntungan (pohon Thuba di dalam Jannah), bagi seseorang yang mendapatkan banyak istighfar di lembar catatan amalannya.” [HR. Ibnu Majah nomor 3818]

Dan ketika kita banyak istghfar, kita akan diberi keuntungan yang banyak oleh Allah ﷻ di dunia dan Akhirat.

Di dunia, orang yang banyak istighfar dibukakan pintu rezekinya. Allah ﷻ berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا(١٠)يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا(١١) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا( ١٢)

”Kata Nabi Nuh ‘alayhissalam: Aku berkata kepada kaumku, Wahai kaumku beristighfarlah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun. Niscaya Allah akan mengirimkan kepadamu hujan yang lebat, dan Allah akan memberikan kepadamu harta dan anak-anak, dan Allah akan menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan sungai-sungai yang mengalir.” [QS Nuh: 10-12]

Dengan istighfar membuka pintu-pintu rezeki. Orang yang banyak istighfar, Allah akan bukakan pintu-pintu rezeki untuk dia. Bahkan dengan istighfar memberikan kekuatan badan, sebagaimana Allah berfirman:

 وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ

”Dan Allah akan tambahkan kekuatan di atas kekuatan kalian.” [QS Hud: 52]

Kata Syaikh Abdurahman As Sa’di:

“Ayat ini menunjukan, bahwa istighfar bisa memberikan kekuatan kepada tubuh.”

Oleh karenanya, banyaklah istighfar.

Setiap hari Rasulullah ﷺ beristighfar 100 kali, padahal Rasulullah ﷺ sudah diampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. Sedangkan kita? Kita tidak ada jaminan, maka perbanyaklah istighfar kepada Allah ﷻ.

[3] Berdoa

Berdoa dan selalu berharap kepada Allah ﷻ. Karena bulan Ramadan adalah bulan yang berkah, kita memerbanyak berdoa dan berharap kepada Allah ﷻ.

Disebutkan di dalam hadis riwayat At Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda, Allah ta’ala berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ

Hai anak Adam, sesungguhnya selama engkau masih berdoa dan berharap kepada-Ku, “Tuhan ampuni dosaku,” Aku tidak peduli bagaimana besar dosamu itu.

Allah mengatakan:

“Selama kamu, hai anak Adam, terus berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan ampuni dosamu.”

Banyak berdoa dan berharap kepada Allah saja sudah mengugurkan dosa dan membuka pintu-pintu ampunan dari Allah (Maghfiratulminallah).

Oleh karena, itu di saat Ramadan, kita banyak berdoa kepada Allah ﷻ, terutama di waktu-waktu yang diijabah seperti:

  • √ Sepertiga malam terakhir
  • √ Akhir malam.
  • √ Antara azan dan iqamah.
  • √ Ketika sedang berpuasa.

Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ada tiga doa yang diijabah, di antaranya:

 دعوة الصّاءم

Doa orang yang sedang berpuasa.

Doa orang yang sedang berpuasa diijabah oleh Allah ﷻ.

[4] Bersungguh-Sungguh Menyempurnakan Puasa Kita

Kita berpuasa berusaha untuk sempurna. Bagaimana menyempurnakan puasa?

Kita betul-betul melaksanakan puasa seperti yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya ﷺ.

Banyak di antara kita yang berpuasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, sementara lisannya masih membicarakan orang lain (ghibah), telingganya masih mendengar hal-hal yang yang dibenci oleh Allah ﷻ, matanya masih melihat sesuatu yang dilarang oleh syariat kita. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامِ مِنَ الْأَكْلِ الشَّرَابِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ الّغْوِ وَالرَّفَتِ

”Bukanlah puasa itu sebatas menahan dari lapar dan haus, tetapi hakikat puasa itu menahan diri dari perbuatan yang sia-sia, dan ucapan-ucapan yang tidak layak (rafats).”

[HR Ibnu Majah dan Hakim, Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib nomor 1082 mengatakan bahwa hadis ini Shahih]

Bayangkan!

Ketika kita sedang berpuasa, perkara-perkara yang sia-sia saja harus ditinggalkan. Sementara kita, ketika sedang berpuasa, sering melakukan hal-hal yang sia-sia.

Seperti:

Ngabuburit (istilah Sunda), menghabiskan waktu menunggu waktu azan Maghrib, menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sementara kata Rasulullah ﷺ, puasa itu hakikatnya menahan diri dari perkara yang tidak bermanfaat. Yang tidak bermanfaat saja kita disuruh untuk meninggalkannya, Subhanallah.

Ngabuburit yang paling bagus adalah dengan membaca Alquran atau duduk di majelis taklim.

Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala. Kata Rasulullah ﷺ:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga.”

[HR Ath Thabraniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib nomor 1084 mengatakan bahwa hadis ini Shahih Ligairihi –yaitu Shahih dilihat dari jalur lainnya]

Berpuasa itu ibadah. Tapi kita ini membutuhkan pertolongan Allah dalam ibadah. Allah ﷻ berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

”Hanya kepada Engkau kami beribadah, dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan.” [QS Al Fathihah: 5]

Kata Syaikh Utsaimin, Allah menyebutkan setelah ibadah adalah meminta pertolongan.

Kenapa?

Karena ibadah itu berat. Kalau bukan karena pertolongan Allah, kita tidak bisa menyempurnakan dan merealisasikan ibadah kepada Allah ﷻ.

Maka kita harus minta kepada Allah:

  • √ Minta tolong kepada Allah, supaya dibantu dalam puasa kita,
  • √ Minta tolong kepada Allah, supaya bisa menyempurnakan puasa kita.

Untuk senantiasa di hari-hari ketika kita sedang berpuasa, kita bisa meninggalkan maksiat, kita bisa meninggalkan perkara-perkara yang tidak berguna.

Oleh karenanya Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

”Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, dan terus menerus mengamalkannya, maka Allah tidak membutuhkan rasa lapar dan haus yang dia tahan.” [HR. Bukhari nomor 1903]

⇒Allah tidak membutuhkan puasa orang seperti ini.

Ini adalah sebab keempat datangnya ampunan ketika Ramadan, yaitu bersungguh-sungguh menyempurnakan puasa Ramadan.

[5] Bersungguh-Sungguh Menjaga Shalat Tarawih (Shalat Tahajjud ketika Ramadan)

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Barang siapa yang bangun pada waktu Ramadan karena keimanan dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari 2014 dan Muslim 760]

Maksudnya bangun di waktu malam saat Ramadan.

Kalau di Indonesia, masjid-masjid penuh di awal Ramadan, hari ke-15 tambah maju, hari ke-20 tambah lagi, semakin dekat hari raya, kembali lagi seperti semula, orang-orang sudah tidak sabar ingin segera berhari raya.

Dahulu para Salafus Shalih, ketika Ramadan hendak selesai, mereka bertambah kesungguhannya di dalam ibadah. Sementara kita hanya bisa menghitung hari untuk Lebaran.

Kenapa?

  • √ Karena kita tidak menikmati lezatnya ibadah Ramadan.
  • √ Karena kita tidak merasakan lezatnya berpuasa.
  • √ Karena kita masih menganggap puasa adalah beban.
  • √ Karena kita menganggap Ramadan adalah beban.

Masya Allah.

Maka dari itulah, jaga baik-baik shalat Tarawih, terutama shalat Tarawih berjamaah bersama imam, sebagaimana Al Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan di dalam Shahihnya dari hadis Abu Dzar radhiyallahu ta’ala ‘anhu. Abu Dzar berkata:

“Rasulullah ﷺ shalat Tarawih berjamaah pada malam ke-23 sampai sepertiga malam pertama, kemudian di malam ke-24 Rasulullah ﷺ tidak keluar. Di malam ke-25 Rasulullah ﷺ kembali shalat Tarawih berjamaah sampai pertengahan malam.”

Setelah selesai shalat Abu Dzar berkata:

“Wahai Rasulullah, masih tersisa malam, bagaimana kalau kita shalat kembali?”

Kemudian Rasulullah ﷺ berkata:

مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة

”Barang siapa Qiyam bersama imam sampai selesai, maka akan dicatat untuknya shalat semalam penuh.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, An Nasai’ dan lainya, lihat Al Ijabat Al Bahiyyah, 7]

Masya Allah.

Oleh karenanya jangan sia-siakan shalat berjamaah Tarawih di masjid bersama imam sampai selesai karena pahalanya besar di sisi Allah (sama dengan shalat semalam suntuk).

Masya Allah.

Shalat sunnah yang paling sering disebut oleh Allah ﷻ di dalam Alquran adalah shalat malam. Allah ﷻ sebutkan shalat malam di dalam Al Quranul Karim sekitar delapan kali.

Ketika Allah menyebutkan tentang orang bertakwa yang masuk Surga, ternyata karakter mereka, sifat mereka, amalan utama mereka adalah shalat malam. Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ  آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ  كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ  وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

”Sesungguhnya, orang-orang yang bertakwa di dalam Surga, dan mata air-mata air yang mengalir, mereka mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka berupa kenikmatan, sesungguhnya dahulu mereka termasuk orang-orang yang berbuat Ihsan. Dahulu mereka sedikit tidur di waktu malam, dan di waktu sahur (akhir malam). Mereka beristighfar kepada Allah ﷻ.” [QS Adh Dhariyat: 15-18]

Oleh karenanya, kata Rasulullah ﷺ:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Alquran kelak pada Hari Kiamat akan memberikan syafaat bagi seorang hamba.

Puasa akan berkata:

”Wahai, Rabbku, aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.”

Sedangkan Alquran berkata:

”Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.” [HR. Ahmad nomor 6337, Al Hakim, I/554, dari Abdullah bin ‘Amr]

Masya Allah.

Maka dari itulah, shalat malamlah, shalat malamlah. Rasulullah ﷺ bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ

”Hendaklah kalian shalat malam, karena ia adalah pembiasaan orang-orang saleh sebelum kalian.” [HR. At-Tirmidzi dalam kitab Da’awaat, bab Du’a’-un Nabiy (hadis nomor 3549]

  • Orang yang shalat malam, akan terlihat wajahnya bersinar dan bercahaya di waktu siang.
  • Orang yang selalu shalat malam, Allah akan berikan kekuatan di hatinya untuk selalu istiqamah.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

”Sesungguhnya shalat malam itu lebih menguatkan hati, dan merupakan ibadah yang paling bagus (kata Allah ﷻ).” [QS Al Muzaammil: 6]

Apalagi kita yang hidup di zaman fitnah ini. Di zaman fitnah shalat malam lebih ditekankan lagi, sebagaimana Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan.

Suatu malam Rasulullah ﷺ bangun. Tiba-tiba kemudian beliau ﷺ mengucapkan, “La ilaha illallah,” dalam satu riwayat, “Subhanallah.”

مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتْنَةِ، مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْخَزَائِنِ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ، يَا رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ

”Fitnah apa yang Allah turunkan malam ini? Dan perbendaharaan apa yang Allah turunkan di malam ini? Siapa yang mau membangunkan pemilik-pemilik kamar itu untuk shalat malam? Berapa banyak orang yang berpakaian di dunia, ternyata dia telanjang di kehidupan Akhirat.” [HR. Bukhari nomor 1126]

Kata Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Kitab Fathul Bari ketika menafsirkan hadis ini, beliau mengambil faidah apa?

Dalam hadis ini menunjukkan, bahwa di zaman yang penuh fitnah, kita sangat dianjurkan untuk banyak beribadah, terutama di waktu malam.

[6] Banyak Bersedekah

Rasulullah ﷺ paling dermawan pada waktu Ramadan.

Ibnu ‘Abbas berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ،

”Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada waktu Ramadan, ketika bertemu dengan malaikat Jibril. Beliau bertemu dengan malaikat Jibril setiap malam Ramadan, kata Rasulullah ﷺ.” [HR. Bukhari nomor 3554]

Apakah antum tahu, kenapa Rasulullah ﷺ lebih banyak berinfak pada waktu Ramadan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain?

Padahal bulan mulia selain Ramadan ada empat bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Empat bulan ini adalah bulan-bulan mulia, tetapi mengapa Rasulullah ﷺ lebih rajin berinfak pada saat Ramadan?

Al Hafizh Ibnu Rajab menyebutkan rahasia-rahasianya di dalam kitab Latha’iful Al Ma’arif.

Apa rahasianya? Di antaranya kata beliau:

√ Puasa adalah tameng dari api Neraka. Kata Rasulullah ﷺ:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ يَجْتَنُّ بِهَا عَبْدِي مِنَ النَّارِ

”Puasa adalah tameng. Seorang hamba menamengi diri dengannya dari api Neraka.”

√ Sedekah adalah pemadam. Kata Rasulullah ﷺ:

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

”Dan sedekah itu memadamkan dosa, sebagaimana air memadamkan api.” [HR. At Tirmidzi nomor 3973]

Berarti puasa adalah tameng dari api Neraka, sedangkan sedekah adalah pemadamnya.

Bila antum punya tameng tetapi tidak punya pemadam, maka kurang kuat. Atau sebaliknya, antum punya pemadam tetapi tidak punya tameng, masih bisa kena api Neraka.

Tetapi bila antum punya keduanya (tameng dan pemadamnya), maka itu menjadi kekuatan yang dahsyat untuk memadamkan api Neraka.

Apalagi jika sedekahnya sembunyi-sembunyi, karena kata Rasulullah ﷺ:

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

”Sedekah yang sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Allah ﷻ.” [HR. Thabrani]

Kemurkaan Allah akan padam dengan sedekah secara diam-diam. Bahkan kata para ulama, kalau orang yang disedekahkannya tidak tahu, itu lebih afdhal lagi. Sebagaimana dalam hadis Nabi ﷺ:

 سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

[HR. Bukhari nomor 660,1423,6479,6806 dan Muslim nomor 1031]

Jadi ada tujuh orang yang akan Allah beri naungan, di mana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Siapa di antaranya?

Di antaranya seseorang yang sedekah, lalu dia sembunyikan sedekahnya, sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

Dahulu, seorang Ahlul Bait yang bernama Zainul Abidin, ketika meninggal dunia dan dimandikan, ternyata pundaknya hitam. Lalu yang memandikan ini bertanya kepada istrinya:

“Kenapa pundak suamimu bisa hitam?”

Lalu istrinya berkata:

“Setiap malam suaminya itu memanggul gandum, lalu dia simpan gandum itu di depan rumah orang miskin.”

Dan orang miskin tersebut tidak tahu, siapa yang menyimpan gandum tersebut. Orang miskin tersebut baru tahu setelah Zainal Abidin meninggal dunia. Karena setelah itu, tidak ada yang mengirimi mereka gandum lagi.

Berbeda dengan kita, terkadang kita menulis infak yang kita berikan.

Misalnya, infak dari keluarga Fulan.

Tidak perlu kita beritahu, karena sedekah yang sembunyi-sembunyi itu yang besar pahalanya di sisi Allah ﷻ. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

”Sedekah yang sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Allah ﷻ.”

Makanya, pada waktu Ramadan ini kita perbanyak sedekah.  Masya Allah.

Wallahi antum. Sedekah satu butir kurma saja, di jalan Allah, Allah akan terima, kemudian Allah akan kembangbiakkan menjadi sebesar gunung. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَلاَ يَصْعَدُ إِلَى اللَّهِ إِلاَّ الطَّيِّبُ، فَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ

”Barang siapa berinfak dengan separuh biji kurma dari penghasilan yang baik dan tidak ada yang naik kepada Allah kecuali amal yang baik, maka Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian mengembangkannya untuk pelakunya, sebagaimana salah seorang di antara kalian merawat kuda piaraannya sehingga menjadi sebesar gunung.” [HR. Bukhari nomor 7430]

Kalau antum bisnis, modalnya 10.000 (sepuluh ribu), untungnya 10 juta, antum mau tidak?

Terkadang dalam dunia usaha ini mustahil. Tapi untuk mendapatkan pahala sedekah bisa. Buktinya Rasulullah ﷺ menyebutkan begitu.

Sebutir kurma, dikembangbiakkan oleh Allah ﷻ menjadi sebesar gunung, berapa persen Allah kembangbiakan?

Oleh karenanya, pada waktu Ramadan ini kita harus memerbanyak sedekah. Walaupun setiap hari antum sedekah hanya 200 Rupiah atau 500 Rupiah atau 1000 Rupiah, namun dengan keikhlasan, di mata Allah menjadi besar. In sya Allah

[7] Mencari Malam Lailatul Qadr

Malam Lailatul Qadr merupakan malam yang sangat mulia, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah ﷻ  mengatakan:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu bulan.” [QS Al Qadr: 3]

Kata Rasulullah ﷺ:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang bangun di malam Lailatul Qadr karena iman dan berharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari 2014 dan Muslim 760]

Maka marilah kita mencari malam Lailatul Qadr, karena beribadah di satu malam itu sama dengan beribadah selama 83 tahun lamanya.

Inilah amalan-amalan yang Rasulullah ﷺ sebutkan akan menggugurkan dosa. Dan ternyata amalan itu ada pada waktu Ramadan.

Tiga amalan:

  1. Puasa
  2. Sedekah
  3. Shalat malam

Tiga amalan ini seringkali Rasulullah ﷺ sebutkan keutamaannya, di antaranya hadis Mu’adz bin Jabbal. Kata Rasulullah ﷺ:

أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَـى أَبْوَابِ الْـخَيْرِ ؟

“Hai Mu’adz, maukah aku tunjukkan kamu kepada pintu-pintu kebaikan?”

Kata Mu’adz, “Mau, wahai Rasulullah ﷺ”

Kata Rasulullah ﷺ:

 الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْـخَطِيْئَةَ كَمَـا يُطْفِئُ الْـمَـاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِـيْ جَوْفِ اللَّيْلِ

“Puasa itu tameng dan sedekah itu bisa memadamkan dosa, sebagaimana air memadamkan api, dan shalatnya seseorang di waktu malam.” [HR. Tirmidzi nomor 2616]

⇒ Ternyata tiga amalan ini adalah pintu-pintu kebaikan.

Maksudnya pintu-pintu kebaikan, artinya tiga amalan ini membuka pintu kebaikan yang banyak.

Dalam hadis yang lain Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرْفًا يُرَى ظَاهِرُهَـا مِنْ بَاطِنِهَا وَبَاطِنِهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أَعَدَّهَا اللهُ تَعَالَى لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَلاَنَ الْكَلاَمَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ.

“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalam, dan bagian dalamnya terlihat dari luar. Allah ﷻ menyediakannya bagi orang yang suka memberi makan, melunakkan perkataan, senantiasa berpuasa, dan shalat malam pada saat manusia tidur.” [Shahihul Jaami’ush Shaghir nomor 2123]

Ternyata ketiga amalan ini ada pada waktu Ramadan.

Ini merupakan kesempatan emas. Ramadan merupakan bulan yang mudah sekali bagi kita untuk mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ.

Semoga kita diberi ampunan oleh Allah ﷻ.

Lalu apa ustadz, tandanya orang yang mendapat ampunan Allah?

⇒Kalau secara fisik tidak ada cirinya.

Orang yang mendapat ampunan oleh Allah ﷻ, setelah Ramadan dia lebih bertakwa. Karena Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” [QS Al Baqarah: 183]

Rupanya tujuan puasa itu takwa. Berarti orang yang puasanya tidak menimbulkan ketakwaan, puasanya menjadi tanda tanya besar. Berarti belum mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ.

Tapi ketika puasa itu menimbulkan ketakwaan setelah Ramadan:

  • √ Semakin rajin shalat malam.
  • √ Semakin rajin sedekah.
  • √ Semakin takut kepada Allah ﷻ.
  • √ Semakin menjadi orang yang bergegas kepada kebaikan.

Itu tanda Allah ﷻ menerima ibadah kita.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima ibadah dari orang yang bertakwa saja.” [QS Al Ma’idah: 27]

Semoga Allah ﷻ memberikan kita ketakwaan hati.

Semoga Allah ﷻ menjadikan Ramadan ini bagi kita untuk mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ dan memberikan kemudahan untuk menyempurnakan Ramadan. Aamiin Ya Rabbal’alamin.

  • Penulis Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc hafizahullah
  • Materi Tematik: “Meraih Ampunan Di Bulan Ramadan”

 

Sumber:

 

Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-01

Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE

Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-02

Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE

Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-03

Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE

Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-04

Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE

Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-05

Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE