Syi’ah memiliki keyakinan yang sangat berbeda dan sangat menyimpang tentang al-Quran. Berikut di antara keyakinan mereka yang menyimpang tentang al-Quran:
- Sekelompok Syi’ah meyakini bahwa Jibril salah dalam menurunkan wahyu. Seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, tapi dia berikan kepada Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kitab Anisul Wahid, al-Jazairi mengatakan:
محمدٌ بِعَلِيّ أشبه من الغراب بالغراب، والذباب بالذباب، فبعث الله جبريل عليه السلام الى علي عليه السلام، فغلط جبريل من تبليغ الرسالة من علي الى محمد، ويلعنون صاجب الريش جبريل عليه السلام
Muhammad dengan Ali itu lebih mirip dibandingkan dua burung gagak atau dibandingkan miripnya dua ekor lalat. Kemudian Allah mengutus Jibril ‘alaihis salam untuk memberikan wahyu kepada Ali ‘alaihis salam, namun Jibril salah dalam menyampaikan risalah. Seharusnya kepada Ali, dia berikan kepada Muhammad. Dan mereka (orang Syi’ah) melaknat sang pemilik sayap, yaitu Jibril. (Anisul Wahid, 2/310, Tahqiq: ar-Raja’i).
- Sebagian besar al-Quran orang Syi’ah isinya hanya menjelaskan sosok Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Ahli Bait, dan para musuh Ahli Bait (para sahabat). Tokoh Syi’ah, al-Faidh al-Kasyani mengatakan:
جل القران انما نزل فيهم وفي أولياءهم وأعداءهم
“Mayoritas al-Quran turun terkait dengan sosok Ahlul Bait, para pembela mereka, dan musuh mereka.” (Tafsir as-Shafi, 1/24).
Bahkan salah satu tokoh Syi’ah, Hasyim bin Sulaiman al-Katkani menegaskan bahwa nama Ali bin Abi Thalib sendiri disebutkan dalam al-Quran mereka sebanyak 1154 kali. Untuk mendakwahkan itu, dia menulis buku al-Lawami’ an-Nuraniyah fi Asma Aliy wa Ahli Baitihi al-Quraniyah.
Kita bisa bandingkan dengan isi al-Quran yang ada di rumah kita saat ini. Adakah nama Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di dalamnya? Jika ada 1154 kali nama Ali, berarti itu BUKAN al-Quran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Para sahabat menyelewengkan al-Quran, dan membuang banyak ayat al-Quran, terutama yang menyebutkan tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
عن هشام بن سالم عن أبي عبد الله عليه السلام قال : أن القران الذي جاء به جبريل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه وسلم سبعة عشر ألف اية
Dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah ‘alaihis salam, ia berkata, “Al Qur’an yang dibawa oleh Jibril ‘alaihis salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiri dari 17.000 ayat.” [Ushul al-Kafi, al-Kulaini, jilid 2, hlm. 634].
Dalam keterangan tokoh Syi’ah yang lain, keterangan Sulthan Muhammad bin Haidar Al-Khurasaaniy, dinyatakan:
اعلم، أنه قد استفاضت الأخبار عن الأئمة الأطهار بوقوف الزيادة والنقيصة والتحريف والتغيير فيه
“Ketahuilah bahwasanya telah banyak tersebar khabar-khabar dari para imam yang suci tentang adanya penambahan, pengurangan, penyimpangan, dan perubahan Al-Qur’an…” [Bayaanus-Sa’aadah fii Muqaamaatil-’Ibaadah 1/12].
Dalam kitab Minhaj Al Baro’ah Syarh Nahjul Balaghoh (2/216) oleh Habibullah al-Khou’i disebutkan, “Lafazh aali Muhammad wa aali ‘Ali (bin Abi Tholib) – keluarga Muhammad dan keluarga ‘Ali – telah terhapus dari Al Qur’an”.
- Yang tahu seluruh isi al-Quran hanya Ahlul Bait. Selain Ahlul Bait, hanya mengetahui sebagian isi al-Quran. Artinya, mushaf yang berada di tangan kaum muslimin, hanya sebagian dari al-Quran. Abu Ja’far (salah seorang tokoh Syi’ah – pen) berkata:
ما ادعى أحد من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل إلا كذاب، وما جمعه وحفظه كما نزله الله تعالى إلا علي بن أبي طالب عليه السلام والأئمة من بعده عليهم السلام
“Barang siapa menganggap dirinya telah mengumpulkan seluruh isi Al Qur’an, sebagaimana yang diturunkan, berarti dia pendusta. Tidak ada yang bisa mengumpulkan dan menjaga Al Qur’an sebagaimana yang Allah turunkan selain ‘Ali bin Abi Tholib dan para imam setelahnya”(Ushul al-Kaafi, Al Kulaini, 1/228).
Al-Quran Syi’ah Indonesia
“Al-Quran yang mereka sebar, sama dengan al-Quran Kita”
(Bila ada yang mengatakan – pen): “Bukankah al-Quran yang disebarkan oleh orang Syi’ah di Indonesia, sama dengan al-Quran kaum Muslimin lainnya?”
Maka jawabannya: “Jika benar demikian adanya, kita tidak perlu bingung. Karena Syi’ah punya satu prinsip ’Bunglon’, mengubah warna sesuai lingkungan, untuk bisa mendapatkan mangsa. Prinsip itu bernama ‘Taqiyah’. Selangkapnya bisa dipelajari di: Doktrin Aliran Syi’ah yang Paling Berbahaya: https://konsultasisyariah.com/19991-doktrin-aliran-syiah-yang-paling-berbahaya.html
Dengan prinsip taqiyah ini, kaum Syi’ah diperintahkan tetap membaca al-Qur’an yang ada di tengah-tengah kaum Muslimin saat ini dalam sholat dan keadaan lainnya. Juga mengamalkan hukumnya sampai datang suatu zaman di mana al-Qur’an di tengah kaum muslimin akan diangkat ke langit, lalu keluarlah al-Qur’an yang ditulis oleh Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib). Kemudian al Qur’an tersebut yang dibaca dan hukumnya diamalkan. (al-Anwar an-Ni’maniyyah, Ni’matullah al-Jazairi, 2/363).
Apakah aliran semacam ini layak dilestarikan di Indonesia??
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
https://konsultasisyariah.com/22387-al-quran-versi-Syi’ah-mushaf-fatimah.html
Leave A Comment