بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

KEUTAMAAN BELAJAR AGAMA (FADHILATUL THOLABUL ‘ILM)

Oleh: Al-Ustadzah Ummu Abdillah Shofiyyah Hafizhahallah.
(Pernah belajar di Ma’had Darul Hadis Dammaj Yaman dan Ma’had Darul Hadis Ma’bar Yaman)

Dalil-dalil terkait Keutamaan Menuntut ilmu

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Az-Zumar ayat 9

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.

Dan Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Mujadalah ayat 11

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Dalam dua ayat ini Allah ﷻ memuji orang-orang yang memiliki ilmu, yang kedudukannya dilebihkan dari orang-orang yang beriman. Dan Orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu, maka diberikan kedudukan beberapa derajat oleh Allah ﷻ. Ini merupakan pujian dari Allah ﷻ, yang menunjukkan kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah ﷻ.

Yang diinginkan dari ilmu di sini ialah apa apa yang diturunkan oleh Allah dari petunjuk dan penjelas, yakni Alquran dan Sunnah.

Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim disebutkan Rasulullah ﷺ bersabda:

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Ini merupakan tanda kebaikan bagi seseorang, apabila dia diberikan pemahaman oleh Allah ﷻ dalam urusan agamanya.

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.” [HR. Muslim, no. 2699]

Ini adalah kabar gembira bagi orang-orang yang meluangkan waktunya, berupaya menuntut ilmu, yang diberikan taufik dari Allah, untuk memelajari ilmu agama yang merupakan tanda kebaikan baginya.

Ilmu Syariat adalah Warisan para Nabi

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan Dinar dan Dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak.” [Kitab Sahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Sahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Sahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Sahih at-Targhib, 1/33/68]

Hadis ini menunjukkan kedekatan orang-orang yang berilmu (para ulama) dengan para nabi. Warisan didapatkan oleh ahli waris, dan ahli waris adalah orang yang paling dekat dengan yang mewariskan. Karena itu, orang-orang yang mengambil ilmu dari nabi, merekalah orang-orang yang paling dekat kedudukannya dengan para anbiyaa.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Fatir ayat 28

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”

Syaikh Ibnu Abbas rahimahullah mengatakan, dalam ayat ini terdapat banyak pujian bagi para ulama dari Allah ﷻ, dan menjelaskan kemuliaan dari kedudukan mereka, dan besarnya keutamaan mereka dibandingkan orang-orang Mukmin lainnya.
Dan yang diinginkan dengan ulama di sini ialah Ulama Syariah (Orang-orang yang berilmu dengan Alquran dan Sunnah), yaitu orang-orang yang takut kepada Allah, yang mereka selalu merasa diawasi oleh Allah ﷻ.

Rasa takut yang disebutkan pada ayat adalah rasa takut yang sempurna kepada Allah ﷻ, yang hanya dimiliki oleha para ulama. Tingkatan rasa takut berbeda-beda, sesuai tingkatan keilmuan. Sehingga orang-orang yang berilmu memiliki rasa takut yang lebih besar kepada Allah, dan lebih sempurna ketakutannya.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Ankabut ayat 43

وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Maka tidak ada yang akan memahaminya, kecuali mereka yang berilmu.”

Maka ilmu ini adalah salah satu amalan yang paling afdhal, dan termasuk amalan yang paling mulia.

Disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Saleh Al ‘Utsaimin rahimahullahu taala dalam Kitabul ‘Ilm beliau:
“Menuntut ilmu adalah bagian dari jihad di jalan Allah, karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal, yaitu dengan:
• Ilmu, dan
• Berperang (berjihad) dengan senjata.

Maka, harus ada kedua hal ini (Ilmu dan Peperangan) dalam menegakkan Agama Allah. Dan tentunya yang pertama itu (ilmu), lebih mendahului dari yang kedua.

Karena itu Rasulullah ﷺ tidaklah menyerang suatu kaum, kecuali telah sampai kepada mereka dakwah untuk menyeru kepada agama Allah ﷻ.

Allah ﷻ menjadikan kesaksian para malaikat dan kesaksian orang-orang yang berilmu terhadap kesaksian لا إله إلا الله

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Imran ayat 18

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Dalam ayat ini Allah ﷻ menggandengkan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, dengan kesaksian Allah ﷻ, yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan mereka. Allah akan mengangkat derajatnya di dunia dan di Akhirat.

Kemulian dan kedudukan yang mana lagi yang lebih tinggi daripada ini semu? Tentunya tidak ada!

Ilmu dunia hanya memberikan kesenangan, menjanjikan sesuatu yang fatamorgana, kedudukan, gelar, dan sebagainya. Namun tetap saja kita akan kembali kepada al-Maut (Alam Kubur).

Di Alam Kubur, apakah bermanfaat apa yang dia pelajari dari dunia!? Tentunya tidak!

Yang bermanfaat baginya ialah amalan saleh, ilmu yang dipelajari, yang diamalkan, dan yang disebarkan. Maka itulah yang bermanfaat baginya.

Ganjaran pahala yang sempurna seperti orang yang berhaji bagi penunut ilmu atau mengajarkannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ»

“Barang siapa pergi ke masjid, dia tidak ada maksud kecuali untuk memelajari suatu kebaikan (ilmu) atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti haji yang sempurna.” [Disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Al-Targhib wa Tarhib]

Perkataan Shalafus-Saleh terkait menuntut ilmu, dan perkara-perkara yang dibutuhkan dalam memeroleh ilmu.

Perkataan Yahya bin Abi Katsir rahimahullah:

ولا يستطاع العلم براحة الجسد

“Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh).” [Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi I/348 no.553, Darul Ibnu Jauzi, cet.I, 1414 H]

Ilmu tidak akan didapatkan dengan badan yang santai, melainkan harus dengan menghafal, dengan murojaah, berusaha memahami pelajaran, dan perhatian terhadap waktu, disertai keikhlasan kepada Allah ﷻ.

Rasulullah ﷺ bersabda:

من طلب العلم ليجاري به العلماء، أو ليماري به السفهاء، ويصرف به وجوه الناس إليه، أدخله الله النار. رواه ابن ماجه. والترمذي وحسنه الألباني

“Barang siapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama atau untuk berbangga di hadapan orang-orang yang dungu, serta untuk mencari perhatian (pujian) manusia, Allah akan memasukkannya ke dalam Neraka.” [HR Ibnu Majah, Tirmidzi dan dihasankan oleh Imam Al-Albani]

Menunjukkan besarnya kesabaran dan keikhlasan dalam belajar

Perkataan Imam Adz-Dzahaby rahimahullah:

“Demi Allah, bukan saya. Sungguh para salaf itu menuntut ilmu karena Allah, yang mereka kemudian mendapatkan ilmu tersebut. Maka jadilah mereka pemimpin-pemimpin para imam (menjadi panutan).”

“Ada orang yang mencari ilmu bukan karena Allah, maka ilmu pun enggan untuk mendatangi orang tersebut, kecuali yang niatnya murni karena Allah.”

“Dan adapula orang yang belajar ilmu agama tujuannya untuk mendapatkan kesenangan dunia. Maka ia dapatkan apa yang ia niatkan.”

Maka sebagai Tholabul ‘ilm, hendaknya selalu memerhatikan niat, menjaga tekad, dan menghindari kemalasan/sikap santai untuk mendapatkan istirahat yang sesungguhnya di Alam Kubur.

Perkataan Imam Mujahid bin Jabir (Seorang mmam, ahli fikih, dan periwayat hadis)

“Kami belajar ilmu dan kami tidak memiliki niat yang baik dalam belajar. Kemudian Allah memberikan kepada kami niat (keikhlasan) setelah kami belajar.”

Sebagian dari mereka pada mulanya belajar tujuannya bukan karena Allah. Akan tetapi setelah mendapatkan ilmu, mereka tersadarkan dan mengintrospeksi diri mereka. Maka ilmu pun mengantarkannya kepada keikhlasan di tengah perjalanan mereka.

Dalam kitab Fadhilatul ‘Ilm disebutkan beberapa perkara dalam mendapatkan Ilmu

1. Niat yang benar dalam menuntut ilmu

Berkata Imam Ahmad rahimahullahu taala:

قال الإمام أحمد -رحمه الله-: العلم لا يعدله شيء لمن صلحت نيته..قالوا: كيف تصلح النية يا أبا عبد الله..قال: ينوي رفع الجهل عن نقسه وعن غيره.
— درر السلف

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan: “Tidak ada keutamaan yang setara dengan keutamaan ilmu (agama), bagi siapa saja yang niatnya benar.”

Murid-murid beliau bertanya: “Lalu bagaimana caranya agar niat menjadi benar, wahai Abu Abdillah?”

Beliau menjawab: “Dalam menuntut ilmu hendaknya seseorang meniatkan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri, dan juga dari orang lain.”

2. Sabar

Dibutuhkan kesabaran, istiqamah, dan sikap terus menerus dalam menuntut ilmu. Janganlah perkara yang mubah menyibukkan dan menghalangi dari mendapatkan keutamaan yang besar.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Ahqof ayat 35:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati.”

3. Bertahap dalam belajar

Memulai dengan ilmu yang dasar. Karena barang siapa yang menginginkan ilmu keseluruhan, maka akan hilang darinya ilmu tersebut

4. Semangat yang tinggi dalam belajar

Semangat yang tinggi termasuk dari akhlak terpuji yang butuh kepada kesabaran, kesungguhan, dan upaya.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Imran ayat 133

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu, dan mendapatkan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”

• Merupakan perintah Allah kepada hamba-Nya untuk bersegera dalam berbuat kebaikan.

• Mendapatkan ampunan Allah dengan istighfar dan perbuatan-perbuatan kebaikan.

“Sesungguhnya kebaikan kebaikan akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dosa.”

Rasulullah ﷺ bersabda:

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena kebaikan itu dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” [HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘Hadis ini hasan sahih]

Mendapatkan Surga dengan amalan saleh, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ untuk meraih keridaan-Nya.

Kisah perjalanan dan semangat Nabi Musa ‘alayhis salam dan sahabat Rasulullah dalam menuntut Ilmu

Sebab-Sebab tumbuhnya rasa semangat dan sebab kekendoran (futur) dalam menuntut ilmu.

Kisah Nabi Musa ‘Alayhis Salam dalam menuntut Ilmu
Nabi Musa ‘alayhis salam adalah Nabi Allah yang diajak berbicara langsung, dan diajarkan Ilmu oleh Allah ﷻ.
Nabi Musa ‘alayhis salam telah diajarkan ilmu oleh Allah. Akan tetapi ketika ia mengetahui bahwa ada dari hamba Allah yang memiliki ilmu yang ia tidak ketahui, maka ia berupaya mencari jalan untuk bertemu hamba tersebut (Nabi Khidir ‘alayhis salam)
Allah ﷻ mewahyukan kepada Musa ikan untuknya sebagai tanda, dan dikatakan kepadanya:
“Bawalah ikan ini. Jika kamu kehilangan ikan tersebut, maka kembalilah di tempat hilangnya. Maka engkau akan mendapatkan hamba tersebut (Nabi Idris ‘alayhis salam)

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Kahfi ayat 60

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut. Atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”

Disebutkan dalam kitab Sahih al-Bukhori dalam Kitabul ‘Ilm beliau, kisah perjalanan Nabi Musa ‘alayhis salam dalam meraungi lautan untuk bertemu Nabi Khidir ‘alayhis salam dengan tujuan mendapatkan ilmu dari beliau.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Kahfi ayat 63

قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ

“Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu. Dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan.”

Nabi Musa ‘alayhis salam akhirnya kembali mengikuti jejak dari ikan tersebut. Maka di situlah bertemunya Nabi Musa ‘alayhis salam dengan Nabi Khidir ‘alayhis salam

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Al-Kahfi ayat 66

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

Musa berkata kepadanya: “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”

Memberikan gambaran kesungguhan Nabi Musa ‘alayhis salam dalam mencari ilmu kepada orang yang berilmu.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam Syarah Syaikh Bukhori dalam Babul ‘Ilm, dari kisah tersebut terdapat dorongan bagi para Tholabul ‘ilm untuk bersabar dalam menahan masyaqqah (kesulitan) dalam menuntut ilmu.

Ketika seseorang telah senang dengan ilmu agama, tentunya kesulitan menjadi ringan baginya.

Kisah Abu Dzar Al-Ghifary dalam menuntut Ilmu

Sahabat Rasulullah ﷺ yang melakukan perjalanan untuk mendapatkan ilmu.
Ketika mendengarkan bahwasannya Rasulullah ﷺ telah diutus sebagai ustusan Allah, beliau memerintahkan saudara laki lakinya (Unais) menuju ke Makkah, untuk mendengarkan apa yang Rasulullah ﷺ perintahkan untuk dikabarkan kepadanya.
Unais pergi dan mendapatkan perkataan Rasulullah ﷺ dan kembali ke Abu Dzar,
“Aku mendapati Rasulullah ﷺ memerintahkan umat manusia agar berakhlak mulia, dan dia mengucapkan ucapan yang bukan syair.”
Abu Dzar tidak merasa puas, dan kemudian menyiapkan perbekalan sendiri untuk berangkat ke Makkah. Di Makkah beliau mendatangi masjid dan mendatangi Rasulullah ﷺ, kemudian masuk kepada Islam.
Beliau dipukuli orang-orang Quraisy ketika menyatakan keislamannya secara terang terangan. Beliau bersabar di atas gangguan penduduk Makkah. Beliau dipukuli dengan bebatuan sampai bercucuran darah beliau. Beliau tetap mengikuti Rasulullah ﷺ sampai beliau hijrah bersama Nabi ﷺ.

Kisah Abu Musa Al-Asy’ari
Seorang Thabi’in yang meninggalkan kampung halamannya (Negeri Yaman) untuk bertemu Rasulullah ﷺ di Makkah. Setelah beberapa lama di Makkah, beliau kembali ke negerinya mendakwahi orang-orang Yaman.

Kisah Jabir bin Abdillah
Seorang Thabi’in yang melakukan perjalanan sebulan menuju Negeri Syam untuk bertemu Abdullah bin Unais, hanya untuk memeroleh satu hadis saja.

Kisah Aby ‘Aaliyah
Kami mendengarkan ada riwayat hadis dari Rasulullah ﷺ ketika kami sedang berada di Basroh (Iraq). Maka kami tidak rida/rela sampai kami melakukan perjalanan ke Madinah, agar kami mendengarkan secara langsung hadis dari mulut perawinya.

Kisah al-Imam Baqy bin Makhlad Al-Andulusia
Beliau berjalan kaki dari Andelusia (Spanyol) menuju ke Baghdad (Iraq), hanya untuk bertemu Imam Ahmad. Di mana pada saat itu Imam Ahmad berada di tengah fitnah dan dalam keadaan dipenjara. Imam al-Baghdad tetap mengikuti beliau sampai fitnah/ujian Imam Ahmad, selesai untuk mendapatkan ilmu-ilmu Imam Ahmad.

Sebab Sebab tumbuhnya rasa semangat dalam menuntut Ilmu

1. Bersungguh sungguh dalam belajar
Berusaha memaksa diri untuk menuntut ilmu dengan membaca ayat-ayat terkait keutamaan menunut ilmu maupun hadis-hadis.

2. Doa
Merupakan sebab yang paling besar dalam mendapatkan semangat belajar.

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran Surat Thoha ayat 114

وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

“Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”

Di dalam ayat ini terdapat perintah untuk meminta tambahan ilmu. Dan Rasuulullah ﷺ di kala pagi berdoa untuk diberikan ilmu yang bermanfaat.

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima.” [Hadis ini dinilai sebagai hadis Sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Sahih Ibni Majah, no. 753]

3. Mengingat Kematian/Hari Akhir/Yaumul Hisab
Semua akan ditanyakan oleh Alah ﷻ

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada Hari Kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal:
(a) Umurnya, untuk apakah ia habiskan,
(b) Jasadnya, untuk apakah ia gunakan,
(c) Ilmunya, apakah telah ia amalkan,
(d) Hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan.” [HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi]

4. Pengaruh orang tua
5. Berteman dengan orang yang bersemangat dalam belajar
6. Membaca kisah-kisah para Salafus-Sholeh terkait perjalanan mereka dalam menuntut ilmu.

Sebab Sebab seseorang mengalami Kekendoran (Futur) dalam Menuntut ilmu

1. Maksiat

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan:
“Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya” [Ad Daa’ wad Dawaa’, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, hal. 70]

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.” [Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 107]

Hal ini menunjukkan, bahwa dosa menghalangi seseorang dalam belajar, membuat mundur orang yang menuntut ilmu, membuat hati melemah. Dan apabila kekuatan hati itu hilang secara keseluruhan, maka terputuslah ia dari Allah, sehingga tidak mampu lagi mendapatkan ilmu.

2. Rasa Takut, Kesedihan, Kegalauan

Ketiga perkara ini melemahkan tekad (semangat) seseorang. Kesedihan seorang Muslim adalah sesuatu yang disenangi oleh setan, karena kesedihan melemahkan dalam belajar/beribadah, yang mengantar kepada kefuturan. Karena itu Rasulullah ﷺ banyak memohon pertolongan kepada Allah dari perkara tersebut.

Doa untuk dijauhkan dari rasa sedih, lemah dan malas, bakhil dan pengecut, dan teraniaya.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنْ وَأُعُوْذُبِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلْ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

“Allohumma Innii A’uudzu Bika Minal Hammi Wal Hazani, Wa A’uudzu Bika Minal ‘Ajzi Wal Kasali, Wa A’uudzu Bika Minal Jubni Wal Bukhli, Wa A’uudzu Bika Min Gholabatid Daini Wa Qohrir Rijaali.”

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung daripada sifat lemah dan malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari cengkaman utang dan penindasan orang.” [HR. Bukhari]

Jika ada sesuatu yang baru yang kita tidak pahami, boleh kita bertanya dengan syarat, tujuannya bukanlah untuk menguji, tetapi supaya kita pahami. Maka hal ini tidak masalah.

4. Bagaimana menyemangati orang yang sedang futur, antara menuntut ilmu dan mencari pekerjaan?

Jawaban:
Penuntut ilmu tidaklah menghalangi seseorang dari kegiatannya yang seharusnya dikerjakan.
Misalnya seseorang yang harus mencari maisyah (mencari rezeki untuk kesehariannya), maka belajar tidaklah menghalangi pekerjaannya.
Jadi berupaya menyempatkan waktu untuk belajar. Janganlah sampai waktu kita kosong dari satu pekan itu tanpa belajar. Tidaklah bagus yang demikian.
Walhamdulillaah, saat ini kemudahan dari Allah yang diberikan bisa belajar dari internet, radio, dan banyak media lainnya untuk bisa mendapatkan ilmu. Hanya saja sekarang yang kurang ialah semangat. Berbeda dengan orang-orang dahulu, yang medianya sulit, akan tetapi semangat mereka yang besar, hingga mereka mendapatkan ilmu yang lebih banyak dari kita yang sekarang ini.

Allohul Musta’an Wallahu a’lam bish-Showab. Semogah Allah ar-Rahman memberikan hidayah dan taufikNya kepada kita semua.
Setiap kekeliruan/kesalahan dalam penulisan adalah kesalahan penulis pribadi.

Sumber: Mp3 kajian & Ebook Salaf
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di:

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

 

KEUTAMAAN BELAJAR AGAMA (FADHILATUL THOLABUL ‘ILM)