بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
JIKA ADA YANG TANYA BAGAIMANA NIAT PUASA RAMADAN YANG BENAR?
 
Kalau ada yang bertanya bagaimanakah niat puasa Ramadan, maka mudah kami jawab, “Engkau berniat dalam hati, itu sudah cukup.” Karena niat itu memang letaknya di hati. Jadi jika di hati sudah berkehendak mau menjalankan puasa Ramadan keesokan harinya, maka sudah disebut berniat.
 
Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah yang masyhur dengan sebutan Imam Nawawi pernah mengatakan dalam salah satu kitabnya:
 
لَا يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلَّا بِالنِّيَّةِ وَمَحَلُّهَا القَلْبُ وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِلاَ خِلَافٍ
 
“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati. Tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.” [Rowdhotuth Tholibin, 1/268]
 
Coba perhatikan baik-baik apa yang beliau utarakan. Letak niat di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan di lisan.
 
Ulama Syafi’iyah lainnya yang berbicara tentang niat yaitu Asy Syarbini rahimahullah. Beliau mengatakan:
 
وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ ، وَلَا تَكْفِي بِاللِّسَانِ قَطْعًا ، وَلَا يُشْتَرَطُ التَّلَفُّظُ بِهَا قَطْعًا كَمَا قَالَهُ فِي الرَّوْضَةِ
 
“Niat letaknya dalam hati dan tidak perlu sama sekali dilafalkan. Niat sama sekali tidak disyaratkan untuk dilafalkan sebagaimana ditegaskan oleh An Nawawi dalam Ar Roudhoh.” [Mughnil Muhtaj, 1/620]
 
Dikuatkan dengan Ucapan Ibnu Taimiyah
 
Kedua pendapat ulama Syafi’iyah semakin dikuatkan dengan perkataan Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan:
 
وَالنِّيَّةُ مَحَلُّهَا الْقَلْبُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ ؛ فَإِنْ نَوَى بِقَلْبِهِ وَلَمْ يَتَكَلَّمْ بِلِسَانِهِ أَجْزَأَتْهُ النِّيَّةُ بِاتِّفَاقِهِمْ
 
“Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafalkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah, berdasarkan kesepakatan para ulama.” [Majmu’ Al Fatawa, 18/262]
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan:
“Siapa saja yang menginginkan melakukan sesuatu, maka secara pasti ia telah berniat. Semisal di hadapannya disodorkan makanan, lalu ia punya keinginan untuk menyantapnya, maka ketika itu pasti ia telah berniat.
 
Demikian ketika ia ingin berkendaraan atau melakukan perbuatan lainnya. Bahkan jika seseorang dibebani suatu amalan lantas dikatakan tidak berniat, maka sungguh ini adalah pembebanan yang mustahil dilakukan. Karena setiap orang yang hendak melakukan suatu amalan yang disyariatkan atau tidak disyariatkan, pasti ilmunya telah mendahuluinya dalam hatinya. Inilah yang namanya niat.” [Majmu’ Al Fatawa, 18/262]
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
Baca juga:
JIKA ADA YANG TANYA BAGAIMANA NIAT PUASA RAMADAN YANG BENAR?