IMBAUAN UNTUK TIDAK IKUT BERDEMO 4 NOVEMBER 2016
 
Dikarenakan banyaknya yang menanyakan sikap saya terkait rencana demo 4 Nov 2016, maka yang berikut ini adalah rangkuman poin-poin saya:
 
1. Kejadian yang melanda kaum Muslimin di Indonesia dengan ibu kota yang dipimpin orang kafir adalah salah satu bentuk musibah yang mencambuk kaum Muslimin untuk kembali kepada Allah (dengan mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dalam Alquran dan as-Sunnah) Lihat QS. Asy-Syuuro: 30 dan Ar-Ruum: 41.
 
2. GHIRAH seorang Muslim atas agamanya adalah harga mati. Maka kita mengutuk kemungkaran-kemungkaran, khususnya masalah penghinaan Alquran ini.
 
3. Pembelaan terhadap Islam menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, dan Al-hamdulillaah, hal itu telah dilaksanakan oleh sebagian kaum Muslimin dengan menempuh jalur hukum, sesuai aturan yang ada. Sebagaimana yang dilakukan oleh MUI dan yang lainnya.
 
4. Adapun langkah merealisasikan tuntutan hukum dengan keluar demontrasi, mengangkat senjata, maka kita harus menimbangnya melalui Alquran dan Sunnah, serta memertimbangkan maslahat dan madhorotnya. Sementara demonstrasi adalah produk orang kafir dan kaum Khawarij di masa Utsman. Sementara Nabi ﷺ melarang kita mengikuti cara-cara mereka.
 
5. Jika demontrasi akan mengakibatkan bentrok antara aparat keamanan (TNI POLRI) dengan rakyat Islam Indonesia, maka betapa ruginya kita, jika korban berjatuhan SEMENTARA penghina Alquran ini (A-Hog) DIJAGA DENGAN KETAT. “Hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah, dibandingkan terbunuhnya nyawa seorang Muslim”
 
6. Kita tempuh dengan cara cara yang lebih kecil mudhorotnya terhadap umat Islam, dengan menempuh jalur hukum dengan sabar.
 
7. Memberikan peringatan kepada umat Islam untuk tidak mengulang kesalahan dengan memilih pemimpin kafir.
 
8. Mengajak kaum Muslimin turun ke jalan menuju majlis-majlis ilmu untuk memelajari Alquran dan As-Sunnah. Karena kemenangan Islam terbukti bukan dengan banyaknya jumlah, akan tetapi ketika mereka beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan menyemarakkan majlis-majlis ilmu.
 
9. Adapun kepada para pemegang kekuasaan, hendaknya kalian bertakwa kepada Allah dengan menindak orang-orang yang menghina Alquran ini, karena kewajiban kalian lebih besar daripada kewajiban rakyat jelata yang tidak memiliki kekuasaan. Rakyat telah berlepas diri dari kemungkaran tersebut dengan mengadukannya kepada para pemegang kekuasaan.
 
Semoga Allah melindungi kita semua dari segala bentuk makar dan memenangkan kaum Muslimin di mana pun mereka berada.
 
Pertanyaan:
Saya sudah mendengar ceramah beberapa ustadz, yang sepanjang saya ketahui, sepertinya menampakkan sunnahnya. Tapi mengapa mereka katakan, bahwa aksi demo tersebut dibolehkan tergantung situasinya …
 
Masalahnya, pemerintah sudah diingatkan melalui saluran-saluran resmi, tapi tetap tidak mengindahkannya.
 
Jawaban:
Di sinilah letak ujiannya. Akan nampak siapa yang benar-benar komitmen di atas Sunnah dan yang tidak, karena demonstrasi termasuk prinsip dasar yang membedakan Ahlus Sunnah dengan yang lainnya.
 
Namun yang ingin ditekankan di sini adalah:
 
Jangan gegabah untuk cepat memvonis orang yang tidak ikut berdemo, dengan menilai bahwa mereka tidak ingin membela Alquran dan tidak cinta ulama. Bukan seperti itu. Tahan dulu lisan di zaman fitnah. Mereka yang tidak ikut berdemo, tentu ada cara lain untuk menurunkan Gubernur sang pencela Alquran dan untuk mengadilinya dengan cara yang lain. Yang mana cara tersebut tidak harus berdemo. Yang jelas mereka sangat benci, jika Alquran diinjak-injak kehormatannya. Namun cara mereka tidak dengan berdemo.
 
Begitu pula untuk orang yang tidak ikut berdemo, jangan gegabah untuk mencela habis-habisan saudara-saudara kita yang ikut berdemo. Sekali lagi, jaga lisan di zaman fitnah. Cukup jelaskan pandangan kita. Kalau dia tetap enggan, maka tak perlu kita mencelanya, sehingga saling mencaci maki sesama Muslim. Cukup doakanlah saudara-saudara kita yang ikut berdemo, agar terhindar dari makar dan tipu daya kafir. Dan semoga Allah selalu melindungi mereka, dan agar sang pencela Alquran itu segera diadili.
 
Wabillaahit taufiiq.
 
Penulis: Al Ustadz Abdulloh Sya’roni hafizhahullah