بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
IDUL FITRI ARTINYA KEMBALI MAKAN, BUKAN KEMBALI KE FITRAH (SUCI DARI DOSA)
 
Menjelang hari raya Idul Fitri, mulai muncul artikel-artikel, kultum-kultum, bahkan disusul oleh khutbah-khutbah yang memaknai Idul Fitri sebagai hari kembali ke fitrah, suci dari dosa.
 
Sebagiannya lagi lebih ekstrim dalam memaknainya dengan menganggap, bahwa dia sudah bersih dari dosa, sehingga mengatakan, “Mari kita cetak dosa yang baru.” Na’uzubillah.
 
Ini adalah sebuah kekeliruan yang kiranya perlu kita luruskan. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ
 
“Hari mulai berpuasa adalah hari di mana kalian semua berpuasa. Hari Fitri adalah hari di mana kalian semua berbuka.” [HR. At Tirmidzi, disahihkan oleh Albani]
 
Disebutkan oleh Al Allamah Ibnu Abidin dalam Raddul Mukhtar (2/165):
 
سُمِّيَ الْعِيدُ بِهَذَا الِاسْمِ لِأَنَّ لِلَّهِ – تَعَالَى – فِيهِ عَوَائِدَ الْإِحْسَانِ أَيْ أَنْوَاعَ الْإِحْسَانِ الْعَائِدَةَ عَلَى عِبَادِهِ فِي كُلِّ عَامٍ: مِنْهَا الْفِطْرُ بَعْدَ الْمَنْعِ عَنْ الطَّعَامِ وَصَدَقَةُ الْفِطْرِ
 
“Hari raya disebut sebagai Id karena di hari-hari tersebut Allah menganugerahkan berbagai jenis kebaikan pada setiap tahunnya. Di antaranya adalah kebolehan untuk makan setelah sebelumnya dilarang (di bulan Ramadan -pent), dan juga disyariatkannya Zakat Fitri.”
 
Jadi fitri artinya kembali makan, setelah sebelumnya berpuasa. Tidak ada kaitannya dengan suci dari dosa.
 
Di sisi lain, tidak ada yang bisa memastikan pasca Ramadan kita ‘kembali ke fitrah’ kita, suci kembali dari dosa. Darimana kita bisa memastikan amalan kita di bulan Ramadan diterima dan dosa-dosa kita diampuni Allah? Allah ﷻ berfirman:
 
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
 
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [QS. An-Najm: 32]
 
Kata Al Imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau terhadap ayat ini:
 
تَمْدَحُوهَا وَتَشْكُرُوهَا وَتُمَنُّوا بِأَعْمَالِكُمْ
 
“Yakni janganlah kalian memuji diri sendiri dan mensyukuri diri sendiri, serta membanggakan amal sendiri.”
 
Allah ﷻ berfirman:
 
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ
 
“Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” [QS. An-Nisa’: 49]
 
Maksudnya yang mengetahui diterima atau tidaknya amalan kita adalah Allah ﷻ sebagaimana yang disebutkan oleh Al Imam Ibnu Katsir:
 
الْمَرْجِعُ فِي ذَلِكَ إِلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ لِأَنَّهُ عَالِمٌ بِحَقَائِقِ الْأُمُورِ وَغَوَامِضِهَا.
 
“Yakni segala sesuatu mengenai hal ini dikembalikan kepada Allah ﷻ. Dialah yang lebih mengetahui hakikat semua perkara dan hal-hal yang rumit.”
 
Wallahu a’lam.
 
 
Penulis: Wira Mandiri Bachrun
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
IDUL FITRI ARTINYA KEMBALI MAKAN, BUKAN KEMBALI KE FITRAH (SUCI DARI DOSA)