Sedemikian pentingnya kesucian jiwa, sampai-sampai Rasullullah ﷺ mengajarkan kepada sahabatnya untuk berdoa kepada Allah ﷻ memohon kesucian jiwa:
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا
وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
ALLAHUMMA AATI NAFSII TAQWAAHAA
WA ZAKKIHAA ANTA KHOIRU MAN ZAKKAAHAA
ANTA WALIYYUHAA WA MAULAAHAA
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah ketakwaan pada jiwaku, dan sucikanlah (jiwaku). Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Zat yang menyucikan jiwa. Engkauah Yang Mengurusinya dan Memilikinya.” [HR. Muslim no. 6844 dari sahabat Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhu]
An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Makna ‘Sucikanlah jiwaku’ adalah ‘bersihkanlah’. Adapun lafal ‘Engkaulah sebaik-baik Zat yang dapat menyucikannya’ maksudnya bukanlah untuk membandingkan (bahwa ada yang dapat menyucikan jiwa selain Allah). Akan tetapi maknanya adalah ‘tidak ada yang dapat menyucikan jiwa kecuali Engkau’.” [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, 17/44, cetakan Darul Ma’rifah Beirut]
Syaikh As Sa’dy berkata:
“Kesucian jiwa adalah sarana tercapainya segala kebaikan. Sebagaimana jiwa yang suci merupakan penyeru terbesar kepada setiap ucapan yang baik dan amalan yang benar.” [Tafsir As Sa’dy 231]
Oleh karena itu tidak mengherankan bila Allah ﷻ berfirman tentang Ahlul Kitab dan orang-orang munafik dalam Kitab-Nya:
“Mereka itulah orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Bagi mereka kehinaan di dunia, dan bagi mereka di Akhirat siksa yang besar.” [QS Al Maidah : 41]
Semoga kita semua dimudahkan untuk mengamalkan doa di atas.