بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

#DakwahSunnah

DISUNAT DULU SEBELUM DIKUBUR?

Sunat bagi laki-laki hukumnya wajib, sedangkan bagi wanita hukumnya adalah sunnah menurut pendapat terkuat.

Dalil tegas wajibnya khitan adalah Sabda Rasulullah ﷺ kepada sahabatnya yang baru masuk Islam:

أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ

“Hilangkan darimu rambut kekafiran (yang menjadi alamat orang kafir) dan berkhitanlah “ [HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]

Bahkan Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:

أَنَّهُ لَا يَجِبُ الْخِتَانُ حَتَّى يَبْلُغَ فَإِذَا بَلَغَ وَجَبَ عَلَى الْفَوْرِ

“Khitan tidak wajib kecuali setelah baligh. Jika sudah baligh, dia harus segera khitan.” [Al-Majmu’, 1:304]

Demikian juga perintah Allah kepada Nabi Ibrahim alaihissalam agar menyempurnakan kalimat (perintah dan larangan), yang termasuk di dalamnya perintah berkhitan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan)” [QS Al Baqarah : 124]

Dan kita Umat Islam diperintahkan agar mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihissalam. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif”. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang memersekutukan”.

Jika wajib, bagaimana jika meninggal tetapi belum khitan?

Berikut fatwa mengenai hal ini:

س: كنت رجلا بدويا، وأسكن الصحراء قبل ثلاثين عاما تقريبا، وقد رزقني الله في ذلك الوقت ولدا، ولم يبلغ الولد من العمر سوى عام واحد، وقد توفاه الله. والموضوع: أنني لم أقم بتطهيره، وبعد الوفاة وقبل أن أقوم بدفنه خشيت أن يكون علي إثم بسبب عدم تطهيره، فقمت أنا شخصيا بطهارته. أريد أن أعرف من فضيلتكم مدى صحة ما فعلت، وهل كان يلحقني إثم إذا دفنته بدون أن أقوم بطهارته.

Pertanyaan:

Saya adalah orang kampung pedalaman. Saya tinggal di daerah gurun pasir sekitar 30 tahun yang lalu. Allah telah memberi rezeki kepadaku berupa seorang anak yang belum sampai usia satu tahun ia sudah meninggal. Yang menjadi pertanyaan, saya  belum mengkhitannya. Saya takut terjerumus dosa, kemudian saya menyunatnya sendiri sebelum ia dikuburkan. Saya ingin tahu, apakah perbuatan saya ini benar? Apakah saya mendapat dosa menguburkannya, tetapi belum disunat?

ج: من مات قبل أن يختن فإنه لا يختن على الصحيح من قولي العلماء، وإليه ذهب جمهور العلماء، قال النووي في (المجموع) : (والصحيح الجزم بأنه لا يختن مطلقا؛ لأنه جزء فلم يقطع، …والميت يشارك الحي في ذلك، والختان يفعل للتكليف به وقد زال بالموت. والله أعلم) . ا. هـ.

وعلى ذلك فإن ما قمت به من ختان ولدك بعد موته خلاف الأولى ولا إثم ولا حرج عليك في ذلك؛ لأنك معذور بجهلك الحكم في ذلك.

Barang siapa yang meninggal sebelum disunat, maka ia tidak disunat menurut pendapat yang shahih dari dua pendapat ulama. Inilah pendapat Jumhur Ulama. Imam An-Nawawi berkata:

“Yang shahih, bahwanya ia TIDAK dikhitan secara mutlak, karena itu adalah bagian dari tubuhnya, dan tidak dipotong. Mayit sama statusnya dengan orang hidup. Khitan dilakukan bagi orang yang sudah mendapati beban syariat, dan kematian menghilangkan beban tersebut. Wallahu a’lam.”

Oleh karena itu, apa yang engkau perbuat mengkhitan anakmu setelah kematiannya, menyelisihi pendapat yang lebih shahih. Akan tetapi tidak ada dosa dan tidak mengapa, karena engkau mendapat uzur, karena tidak tahu hukumnya. [Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 20106, Syamilah]

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush salehaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

 

Penyusun:   dr. Raehanul Bahraen

Sumber: https://Muslimafiyah.com/disunat-sebelum-dikubur.html