بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
DI ANTARA KIAT MENGAJAK ANAK BERPUASA
>> Jika anak kecil (yang belum baligh) ingin berpuasa
Tidak jarang anak-anak yang belum baligh sudah mengutarakan keinginannya untuk ikut berpuasa. Sebagai orang tua tentu hal ini sangat menggembirakan sekaligus membanggakan. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang saleh dan salihah. Karena alasan itulah, banyak orang tua yang berniat mendidik anak untuk mengenal dan melakukan ibadah sedini mungkin. Hal ini sangat baik. Karena semakin dini seorang anak dikenalkan dengan ibadah, maka diharapkan akan menjadi kebiasaan dan terpatri di dalam jiwa anak mengenai pentingnya ibadah tersebut.
Ada begitu banyak manfaat puasa bagi kesehatan anak, di antaranya adalah pola atau jadwal makan menjadi lebih teratur, sehingga berdampak positif bagi kesehatan lambung anak. Selain itu, dengan berpuasa, anak tidak lagi makan berlebihan, sehingga kemungkinan anak mengalami obesitas (kegemukan) dapat dikurangi. Jajanan yang tidak sehat juga dapat dikurangi selama bulan puasa, karena otomatis anak tidak jajan sembarangan ketika siang hari. Hal ini tentu akan mengurangi kemungkinan munculnya berbagai penyakit seperti diare dan demam typhoid (typhus) akibat memakan jajanan yang kurang bersih.
Selain manfaat yang dirasakan oleh tubuh, puasa juga bisa melatih kecerdasan emosional anak. Apalagi anak-anak masih sangat tinggi kadar ego/keakuannya. Dengan berpuasa, anak-anak dilatih untuk menahan diri dari makan dan minum. Padahal di luar Ramadan, mereka bisa makan kapan saja. Jangan lupa untuk mengajarkan kepada anak mengenai pentingnya menahan lisan dari berkata-kata yang tidak baik dan menahan diri dari amarah ketika ada hal-hal yang tidak disukai.
Namun tidak sedikit pula orang tua yang justru menjadi khawatir dengan kesehatan anak jika mereka ikut berpuasa. Lalu, pada umur berapakah idealnya seorang anak mulai belajar puasa? Meski belum banyak dilakukan penelitian, sejauh ini belum pernah diketahui ada anak yang mengalami sakit atau gangguan kesehatan yang berat akibat berpuasa. Sebaiknya, ada tahap waktu yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik serta mental anak.
Mulai usia 3 tahun, orang tua bisa memerkenalkan ‘suasana’ puasa di bulan Ramadan. Ajak mereka untuk bangun sahur, makan bersama orang yang berbuka puasa, salat Tarawih, dan sebagainya. Tentu saja dengan catatan tidak ada paksaan atau ancaman.
Puasa setengah hari bisa diperkenalkan kepada anak usia 5 tahun. Tentu saja orang tua tetap harus memberikan pengertian kepada anak, bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan masih bersifat ‘latihan’, dan bukanlah ibadah puasa yang sesungguhnya.
Di atas usia 6 tahun, kita bisa memerkenalkan puasa penuh, namun tetap kita berikan kelonggaran jika sewaktu-waktu anak merasa tidak kuat sehingga ingin berbuka. Usia memang bukan satu-satunya patokan, mengingat kemampuan puasa juga sangat dipengaruhi oleh niat dan tekad masing-masing anak. Anak yang berusia lebih muda terkadang justru lebih kuat berpuasa dibanding anak yang berusia jauh di atasnya. Tentu saja hal ini disebabkan oleh tekad baja si anak dalam menjalankan ibadah puasa.
Agar puasa anak berjalan lancar, orang tua bisa mempraktikkan kiat-kiat praktis berikut ini:
a) Ajak anak untuk sahur, karena sahur sangat penting untuk ketahanan anak dalam menjalankan puasa. Bangunkan dengan hati-hati dan terus motivasi anak untuk mau bangun sahur. Jangan menggunakan paksaan atau ancaman, karena hal tersebut sangat tidak baik untuk kondisi mental dan kejiwaan anak. Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein kepada anak ketika sahur, supaya anak mempunyai cadangan energi yang cukup untuk beraktivitas selama berpuasa. Cukupi kebutuhan cairan anak supaya tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Usahakan tercukupi 6-8 gelas cairan. Cairan yang dimaksud tidak hanya air putih, tapi termasuk juga susu, jus buah, kuah sayur, dan lain-lain.
b) Setelah selesai sahur, ajak anak untuk salat Subuh berjamaah. Selain mengajarkan pentingnya salat berjamaah, kebiasaan ini juga bisa mengusir rasa kantuk pada anak. Usahakan supaya anak tidak langsung tidur kembali dengan perut penuh setelah makan sahur.
c) Setelah salat Subuh, ajak anak untuk melakukan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaganya, seperti membaca Alquran, membacakan buku cerita untuk mereka, atau mengulang hafalan doa sehari-hari. Hindarkan anak-anak dari aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain kejar-kejaran misalnya. Boleh juga mengajak mereka kembali tidur kalau masih ada waktu sebelum berangkat sekolah. Tapi tentu saja jangan berlebihan, karena justru membuat badan menjadi lemas.
d) Perhatikan jadwal tidur dan istirahat anak, supaya tidak kekurangan atau justru berlebihan. Pada waktu siang, hendaknya anak tidur seperti biasanya, supaya badan beristirahat setelah seharian beraktivitas.
e) Sore harinya, anak boleh melakukan aktivitas yang lebih banyak seperti berolahraga misalnya. Tapi hendaknya dipilih waktu ketika mendekati saat berbuka puasa.
f) Hendaknya ibu menyiapkan menu makanan berbuka yang bergizi dan disukai anak. Misalnya kurma yang dimakan langsung atau dimodifikasi menjadi puding kurma, kue kurma, es buah kurma dan lain-lain. Hal ini tentu akan makin menambah semangat anak. Apalagi kurma merupakan salah satu makanan yang mengandung gula sederhana yang siap dipakai oleh tubuh. Selain itu, kurma mengandung kalori dan kalium tinggi yang mudah diserap oleh tubuh, dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Jangan berlebihan dalam menyiapkan menu berbuka untuk melatih anak supaya tidak makan berlebihan.
g) Menjelang tidur, kita bisa memberikan susu atau air madu untuk menambah tenaga bagi anak kita setelah mereka banyak melakukan aktivitas seharian. Berikan juga camilan padat gizi sebagai selingan, atau boleh juga menawarkan anak untuk makan lagi dengan porsi kecil.
h) Tentu setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Tekad anak untuk bisa beribadah puasa memang patut kita syukuri. Sebagai orang tua, hendaknya kita tidak melarang anak-anak ikut berpuasa, tapi justru harus mendukung tekad anak supaya puasa mereka berjalan dengan lancar.
i) Terkadang ada yang melarang anak-anak berpuasa dengan alasan sebagai bentuk rasa kasih sayang. Padahal, salah satu bentuk rasa kasih sayang kepada anak justru dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan syariat-syariat Islam dan membiasakannya. Tentu saja dengan tetap memertimbangkan, jangan sampai memberatkan atau memudaratkan anak-anak. Tak perlu khawatir kesehatan anak akan terganggu karena menjalankan ibadah puasa. Selain usaha-usaha yang ditempuh supaya anak tetap sehat ketika berpuasa, jangan lupa untuk berdoa demi kebaikan dan kesehatan anak.
Penulis: dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah
Sumber: https://Muslimah.or.id/1006-sehat-dan-berstamina-saat-puasa-1.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment