بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
BAGAIMANA PENGARUH ALQURAN PADA DIRIMU?
 
Oleh: Dukturoh Fathimah Al-Sheikh حفظها الله
 
Alquran bukan kitab hiburan pengisi waktu luang.
Tapi Alquran adalah hidup kita segalanya.
Saat Alquran diturunkan terdapat tujuan besar yang wajib kita amalkan.
Tujuan untuk memerbaiki hidup manusia, untuk menauhidkan Allah dan meninggalkan kesyirikan, sehingga mereka benar-benar terlepas dari kesyirikan, kebidahan, kekhurafatan.
Alquran bertujuan untuk memerbaiki akhlak dan menyucikan jiwa kita.
Alquran harus berpengaruh dalam hidup kita.
Betapa banyak dari kita yang memerbanyak membaca Alquran, namun kita harus menanyakan diri kita: “Pengaruh apa yang sudah kau rasakan bersama Alquran?”
Banyak dari kita membaca Alquran, tapi belum menambahkan rasa takut dan harapnya kepada Allah, belum juga menambahkan sikap zuhud terhadap dunia.
 
Alquran adalah kehidupan.
Apakah kita sudah bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal?
Apakah kita sudah takut, berharap, dan cinta kepada Allah dengan sebenar-benarnya?
Apakah kita sudah merasa diawasi Allah dalam kesendirian dan keramaian?
 
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 235:
 
‎وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ فَٱحْذَرُوهُ ۚ
 
Artinya:
“Dan ketahuilah, bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka takutlah kepada-Nya.”
 
Allah ﷻ juga berfirman:
 
“يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ”
 
Artinya:
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat, dan apa yang tersembunyi dalam dada.” [QS. Ghafir (40): 19]
 
Ketika setan menggodanya untuk meninggalkan keistiqamahan, ia langsung teringat bahwa Allah senantiasa mengawasinya.
 
Kita ingin Alquran berpengaruh pada diri kita.
Di mana kita dari rasa muroqobatullah?
Banyak dari kita yang membaca Alquran, tapi sedikit yang merasa diawasi oleh Allah.
Apa pengaruh Alquran pada dirimu dari sisi tawakal?
Apakah kau sudah benar-benar bertawakal kepada Allah?
Tawakal ketika kau sudah benar-benar yakin dan menyerahkan segala urusanmu kepada Allah.
 
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ath-Thalaq ayat 3:
 
‎وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ
 
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
 
Betapa banyak ayat tentang tawakal, tapi bagaimana keadaan kita?
Tanda orang yang bertawakal.
Ia senantiasa memohon pertolongan kepada Allah di setiap pekerjaannya, ibadahnya, dll. Sehingga ia tidak pernah khawatir.
Karena ia tahu, Allah yang akan mencukupi segala perkaranya.
Ia tidak khawatir dengan rezeki, penyakit, urusan keluarganya, dengan hal di masa mendatang.
Allah akan memberimu rezeki, menyembuhkanmu, mengangkat musibahmu.
Tapi yakinlah dan bertawakallah kepada Allah.
 
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 16:
 
‎إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ
 
Artinya:
“Karena sesungguhnya aku takut kepada Tuhan Seluruh Alam.”
 
Takut kepada Allah bukan sekadar menangis tanpa mengerjakan amal dan tanpa meninggalkan kemaksiatan.
Orang yang takut kepada Allah ialah orang yang menadabburi Alquran dan menjaga syahwatnya.
Ia menjaga dirinya agar tidak bermaksiat, dan berusaha untuk menjalankan perintah Allah. Berjuang melawan hawa nafsunya.
 
Ia takut Allah cabut nyawanya dalam keadaan ia belum bertobat.
Ia takut Allah memberinya istidraj melalui nikmat.
Ia takut Allah palingkan dirinya dari keistiqamahan.
Mungkin sekarang ia istiqamah, tapi ternyata di akhir Allah palingkan pada keburukan.
Mereka orang yang takut dengan Suul Khatimah.
Takut dengan keadaan akan berdiri di hadapan Allah dan memertanggungjawabkan seluruh perbuatannya selama di dunia.
Takut dengan keadaan berjalan di atas Sirath.
Takut dengan azab Allah.
Sehingga rasa takutnya membuat ia kembali kepada Allah.
Perasaan inilah yang kita harapkan.
Kita ingin Alquran yang kita baca memiliki pengaruh terhadap diri kita.
 
Bagaimana akhlak kita?
Sudahkah kita mengubah muamalah kita kepada manusia?
Alquran akan mengangkat derajat shohibnya jika ia mengamalkan isinya.
Banyak yang membaca Alquran.
Tapi siapa dari kita yang terpengaruh dan menadabburinya?
Siapa dari kita yang mengagungkannya?
 
Kita diperintahkan untuk mengikuti Alquran,
Kita jadikan Alquran sebagai pemimpin bagi kita di dalam kehidupan ini.
Kita halalkan apa yang Allah halalkan, kita haramkan apa yang Allah haramkan.
Standarnya bukan sekadar banyaknya jumlah membaca dan jumlah hafalan.
Tapi standarnya adalah amal dan tadabbur.
Bukan sekadar memerbaiki bacaan hurufnya, tapi lalai dari memahami makna-maknanya.
 
Orang yang paling terpengaruh dengan Alquran adalah Rasulullah ﷺ.
Beliau ﷺ seringkali menangis saat membaca dan mendengarkan Alquran.
 
Quran Surat Al-Hasyr Ayat 21
 
‎لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
 
Artinya:
Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, supaya mereka berfikir.”
 
Alquran bisa membuat gunung tunduk.
Bagaimana dengan hati kita?
 
Dalam Sahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
 
‎كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
 
“Nabi ﷺ adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika Ramadan, tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadan. Jibril mengajarkan Alquran kala itu. Dan Rasul ﷺ adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan, bagai angin yang bertiup.” [HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307]
 
Sebagian ulama berkata, ini salah satu pengaruh dari Alquran, sehingga membuat Nabi ﷺ menjadi pribadi yang semakin dermawan.
 
Bagaimana akhlak kita dibanding akhlak Nabi ﷺ?
Akhlak Nabi ﷺ disifati dengan Alquran.
 
Bagaimana keadaan kita saat membaca Alquran?
Lihatlah bagaimana sahabat membaca Alquran.
Tujuan mereka membaca bukan akhir surat.
Tidaklah mereka melewati sepuluh ayat, kecuali mereka memahaminya dan mengamalkannya.
Barulah mereka pindah ke ayat selanjutnya.
 
Semakian kuat iman seseorang, maka semakin kuat hatinya tergerak untuk beramal. Kita butuh terpengaruh dengan Alquran, sebagaimana Nabi ﷺ dan para sahabatnya terpengaruh dengan Alquran.
 
Ketika Umar bin Khattab salat berjamaah dan sampai pada Surat Yusuf ayat 86:
 
‎قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
 
Artinya:
Yaqub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah, apa yang kamu tiada mengetahuinya.”
 
Beliau menangis sampai isak tangisnya terdengar sampai shaf paling belakang.
Di mana kita dibanding beliau?
 
Sebab-sebab agar terpengaruh dengan Alquran:
 
1. Mengisi hati kita dengan pengagungan kepada Allah, kemudian kita agungkan Kalamullah.
2. Membaca Alquran dengan memelajari tafsirnya. Harus punya amalan harian. Kita memelajari makna Alquran. Pelajari hukum-hukum yang ada dengan seorang guru.
3. Membersihkan tubuh, pakaian, tempat, saat hendak membaca Alquran.
4. Membaca dengan penuh tadabbur.
5. Membaca dengan penuh adab dan tartil, tidak tergesa-gesa.
6. Mengulang-ulang ayat, agar bisa menadabburi dan memahami makna ayat tersebut dengan baik.
7. Rasakan bahwa Allah sedang berbicara kepadamu saat sedang membaca Alquran.
8. Jauhi hal yang membuat kau jauh dari khusyuk seperti tertawa, berbicara tanpa keperluan.
9. Tahsin tilawah, perbaiki bacaan baik makhorij dan sifatnya, hukum tajwidnya, dan perindah suara. Karena ini akan menambah kekhusyukan dalam membaca Alquran.
10. Jangan tinggalkan muhasabah diri.
11. Perbaiki keadaan diri kita.
12. Mengamalkan dan mempraktikan apa yang sudah kita baca dari Alquran.
13. Merasa malu dengan Allah dengan kekurangan kita.
14. Merasa khawatir Allah tidak terima amal kita.
 
Wahai orang-orang yang menghafalkan kitab Rabbnya, di manakah amalmu?
 
Wallahua’lam bisshowab
 
Diterjemahkan secara makna dengan sedikit tambahan oleh Divya
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
BAGAIMANA PENGARUH ALQURAN PADA DIRIMU?
BAGAIMANA PENGARUH ALQURAN PADA DIRIMU?