بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#SifatSholatNabi

BAGAIMANA CARA DUDUK KETIKA TASYAHHUD?

Ulama berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun demikian, yang berikut ini adalah yang lebih rojih, insyaAllah:

Pendapat Madzhab Hanbali
Untuk sholat yang hanya ada satu Tasyahhud (seperti sholat Subuh dan sholat Jumat), maka duduknya adalah duduk iftirasy.
Ibnu Qudaamah berkata: “Dan tidaklah dilakukan duduk Tawarruk, kecuali pada sholat yang memiliki dua Tasyahhud, yaitu pada Tasyahhud yang kedua” [Al-Mughni 2/227]
Dalil Madzhab Hanbali adalah:
Hadis Aisyah radhiyallahu ‘anhaa, beliau berkata:

وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

“Adalah beliau (Rasulullah ﷺ ) mengucapkan Tahiyyat pada setiap dua rakaat, dan beliau menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya (duduk iftirasy, pent).” [HR. Muslim no 498]
Hadis Abdullah bin Az-Zubair:

كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِيْ الرَّكْعَتَيْنِ افْتَرَشَ اْليُسْرَى، وَنَصَبَ اْليُمْنَى

“Adalah Rasulullah ﷺ jika duduk pada dua rakaat, beliau menghamparkan yang kiri, dan menegakkan yang kanan (duduk iftirasy, pent).” [HR. Ibnu Hibban no 1943]

Hadis Wail bin Hujr radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:

رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ جَلَسَ فِيْ الصَّلاَةِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ اْليُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ اْليُمْنَى

“Aku melihat Rasulullah ﷺ ketika duduk dalam shalat, beliau menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya (duduk iftirasy, pent).” [HR. Ibnu Khuzaimah no 691]

Dalam lafal yang lain:

فَلَمَّا جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِي عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

“Maka tatkala beliau duduk untuk Tasyahhud, beliau menghamparkan kaki kirinya dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya, dan menegakkan kaki kanannya (duduk iftirasy, pent).” [HR. Tirmidzi no 292]

Dalam lafal yang lain:

وإذا جَلَسَ افْتَرَشَ

“Dan jika Nabi duduk (dalam sholat-pent) beliau beriftirasy.” [HR At-Thobrooni dalam Al-Mu’jam Al-Kabiir 22/33 no 78]

Sisi Pendalilan Madzhab Hanbali

Sisi pendalilan mereka adalah keumuman lafal-lafal hadis ini, dan semua lafal-lafal di atas termasuk lafal-lafal umum, seperti, “Ketika duduk”, “Jika duduk”, “Tatkala beliau duduk”

Dari pemaparan sederhana di atas maka penulis (al-ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja) lebih condong pada pendapat Madzhab Hanabilah, bahwasanya sholat yang memiliki satu Tasyahhud saja, maka DUDUKNYA ADALAH IFTIRASY, karena keumuman hadis Wail bin Hujr. Dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikh Bin Baaz [lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah 7/17-18 soal no 2232], Syaikh Albani [Ashl sifat sholaat An-Nabiy 3/829 dan Irwaaul Golil 2/23] dan Syaikh Al-Utsaimin [lihat Majmuu’ Fataawaa wa Rosaail Syaikh Al-‘Utsaimiin 14/159 no 784].

Bagaimanapun ini adalah permasalahan khilafiyah ijtihadiah yang kita harus toleransi terhadap orang yang menyelisihi kita. Sehingga tidak tepat menjadikan masalah ini sebagai masalah manhajiyah, yang jadi barometer seseorang Ahlus Sunnah ataukah bukan.
Hanya Allah yang beri taufik.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

 

Untuk lengkapnya: https://firanda.com/index.php/konsultasi/fiqh/55-cara-duduk-Tasyahhud-terakhir-sholat-Subuh