بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

Bismillah
 
AYO KITA BELA HADIS NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
 
Sesungguhnya pokok landasan agama kita yang mulia adalah kitab suci Alquran dan Sunnah Nabi ﷺ. Allah telah berjanji akan menjaga kemurnian Alquran, sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [QS. Al-Hijr: 9]
 
Jaminan Allah dalam ayat ini telah terbukti dan tak terbantahkan. Oleh karenanya, selama berabad-abad lamanya, tidak ada seorang pun yang mencoba untuk mengubahnya, menambahinya, menguranginya atau menggantinya, kecuali Allah pasti membongkar makarnya, dan menyibak tirainya [Lihat kisah menarik tentang hal ini dalam al-Jami’ li Ahkam Qur’an al-Qurthubi 10/6].
 
Adapun Sunnah Nabi ﷺ, maka dia juga merupakan Wahyu dari Allah ﷻ yang berfungsi sebagai penjelas Alquran sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan pada umat manusia, apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan. [QS. An-Nahl: 44]
 
Sebagai seorang Muslim kita mesti percaya, bahwa setiap apa yang diucapkan oleh Nabi ﷺ pasti benar dan tiada kebohongan di dalamnya. Karena kita telah mengetahui bersama, bahwa apa yang beliau ﷺ ucapkan adalah berdasarkan bimbingan wahyu dari Rabbul Alamin.
 
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. [QS. An-Najm: 3-4]
 
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْئٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ أُرِيْدُ حِفْظَهُ, فَنَهَتْنِيْ قُرَيْشٌ, وَقَالُوْا : أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْئٍ وَرَسُوْلُ اللهِ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى ! فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ, فَذَكَرْتُ لِرَسُوْلِ اللهِ, فَأَوْمَأَ بِإِصْبِعِهِ إِلَى فِيْهِ, فَقَالَ : اكْتُبْ, فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلاَّ حَقٌّ
 
Dari Abdullah bin Amr berkata: Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk kuhafalkan. Namun Quraish melarangngku seraya mengatakan: Apakah engkau menulis segala sesuatu, padahal Rasulullah adalah seorang manusia yang berbicara ketika marah dan rida?! Akupun menahan diri dari penulisan, sehingga aku mengadukannya kepada Rasulullah. Lantas beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya seraya bersabda: Tulislah, Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar darinya (mulut Nabi ﷺ) kecuali al-Haq (sesuatu yang jujur dan benar) [HR. Abu Dawud 3646, ad-Darimi 1/125, al-Hakim 1/105-106, Ahmad 2/162, dan dishahihkan al-Albani dalamash-Shahihah 1532].
 
Kalau demikian keadaannya, maka merupakan kewajiban bagi setiap Muslim apabila mendapati sebuah hadis yang shahih adalah membenarkannya, mengamalkan isinya dan mengagungkannya. Allah berfirman, yang artinya:
Apa yang diberikan Rasul maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah. [QS. Al-Hasyr: 7]
 
Namun bagaimana kenyataan yang kita saksikan bersama?! Fenomena yang kita saksikan di lapangan seakan menjawab:
– Alangkah derasnya hujan hujatan terhadap Sunnah Nabawiyyah!
– Alangkah dahsyatnya serangan dan tikaman yang dihunuskan kepadanya!
Tahukah Anda, apa sebenarnya alasan mereka?! Mereka tiada memiliki alasan kecuali hanya alasan-alasan rapuh seperti:
– Hadis ini bertentangan dengan akal!
– Hadis ini bertentangan dengan ilmu medis!
– Hadis ini bertentangan dengan Alquran!
– Landasan kita hanyalah Alquran saja!
– Hadis ini hanya berderajat Ahad! (Hadis Ahad menurut istilah adalah “Hadis yang belum memenuhi syarat-syarat Mutawatir. Hadis Ahad in hanya memiliki sedikit jalan periwayatannya. Hadis Ahad bukanlah hadis Mutawatir – yang menurut istilah, Mutawatir adalah “Apa yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad”. Atau: “Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadis, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti pendengarannya dan semacamnya”).
– Dan sederet alasan rapuh lainnya [Lihat risalah “Syubuhat Haula Sunnah” oleh Syaikh Abdur Rozzaq ‘Afifi]
 
Maka merupakan suatu kewajiban yang amat mendasar bagi setiap Muslim yang cemburu terhadap Sunnah Nabi ﷺ untuk mengadakan pembelaan terhadap hadis-hadis beliau ﷺ dari hujatan para musuhnya, membongkar kebohongan mereka, dan membantah syubhat-syubhat mereka (syubhat = kerancuan – ketidak jelasan, samar, hal-hal yang meragukan).
 
Marilah kita bersama menjadi pembela sunnah Nabi ﷺ. Marilah kita siapkan diri kita dengan bekal ilmu dan kekuatan untuk menjadi pejuang Sunnah Nabi ﷺ! Apakah kita tidak ingin termasuk dalam golongan yang didoakan oleh Nabi ﷺ dalam hadisnya:
 
نَضَّرَ اللهُ امْرَءًا سَمِعَ مَقَالَتِيْ فَوَعَاهَا ثُمَّ أَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا
 
Artinya:
“Semoga Allah mencerahkan wajah seorang yang mendengar sebuah hadis dariku, lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar. [Mutawatir. Sebagaimana ditegaskan oleh as-Suyuthi dalam al-Azhar al-Mutanatsirah hal. 5, az-Zabidi dalam Luqathul Alai al-Mutanatsirah hal. 161-162, al-Kattani dalam Nadhmul Mutanatsir hal. 24, Syaih Abdul Muhsin al-Abbad dalam Dirasah Hadis Nadhdhara Allah Imra’am Sami’a Maqalati, Riwayah wa Dirayah hal. 21. (Lihat pula Faidhul Qadir al-Munawi 6/284 dan Kif dzah Salim al-Hilali hal. 278-279)].
 
Al-Khathib al-Baghdadi berkata: “Allah menjadikan golongan selamat sebagai penjaga agama dan penangkis tipu daya para penyimpang, disebabkan keteguhan mereka dalam menjalankan syariat Islam dan meniti jejak para sahabat dan tabi’in-tabi’in (orang-orang yang berguru kepada para sahabat). Sungguh betapa banyak para penyeleweng yang ingin mencampuradukkan syariat dengan kotoran lainnya, lalu Allah membela agama-Nya melalui para ahli hadis yang siap membela dan menjaga pondasi-pondasi agama. Merekalah pasukan Allah. Ketahuilah, bahwa pasukan Allah pasti beruntung”. [Syaraf Ashabil Hadis, al-Khathib al-Baghdadi hal. 31].
 
Sesungguhnya potret para ulama dalam pembelaan terhadap Sunnah Nabi ﷺ sangatlah mengagumkan. Pernah ada seorang berkata kepada Yahya bin Ma’in: “Apakah engkau tidak khawatir bila orang-orang yang engkau kritik tersebut kelak menjadi musuhmu di Hari Kiamat?” Beliau menjawab: “Bila mereka yang menjadi musuhku jauh lebih kusenangi daripada Nabi ﷺ yang menjadi musuhku, tatkala beliau ﷺ bertanya padaku: Mengapa kamu tidak membela sunnahku dari kedustaan?!!! [Al-Kifayah fi Ilmi Riwayah, al-Khathib al-Baghdadi hal. 61].
 
Sesungguhnya membela hadis Nabi ﷺ merupakan suatu amalan yang amat mulia dan utama. Oleh karenanya, tidak heran bila para ulama menilainya sebagai Jihad fi Sabilillah. Imam Yahya bin Yahya pernah mengatakan:
 
الذَّبُّ عَنِ السُّنَّةِ أَفْضَلُ مِنَ الْجِهَادِ
 
Membela sunnah lebih utama daripada jihad [Dzammul Kalam al-Harawi 4/254/no. 1089, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 4/13].
Imam Al-Humaidi mengatakan:
 
وَاللهِ! لأَنْ أَغْزُوَ هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ يَرُدُّوْنَ حَدِيْثَ رَسُوْلِ اللهِ n أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَغْزُوَ عِدَّتَهُمْ مِنَ الأَتْرَاكِ
 
Saya perang melawan orang-orang yang menolak hadis Nabi lebih saya sukai daripada saya perang melawan pasukan kafir sejumlah mereka [Dzammul Kalam al-Harawi 2/158/no. 236].
 
Syaikh Muhammad bin Murtadha al-Yamani berkata:
“Pembela sunnah adalah seperti seorang yang berjihad di jalan Allah, yang memersiapkan alat, kekuatan dan bekal semampunya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” [QS. Al-Anfal: 60]
 
Telah shahih dalam Shahih Bukhari, bahwa Malaikat Jibril mendukung Hassan bin Tsabit tatkala dia melantunkan syair-syairnya dalam rangka pembelaannya terhadap Nabi ﷺ. Demikian pula setiap orang yang membela agamanya dan sunnahnya karena didasari rasa cinta kepada Nabi ﷺ”. [Litsar al-Haq ‘ala Al-Khalq hal. 20]
 
Marilah kita renungkan bersama ucapan indah Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berikut dalam Nuniyahnya 196-200:
 
وَاصْدَعْ بِمَا قَالَ الرَّسُوْلُ وَلاَ تَخَفْ مِنْ قِلَّةِ الأَنْصَارِ وَالأَعْوَانِ
فَاللهُ نَاصِرُ دِيْنِهِ وَكِتَابِهِ وَاللهُ كَافٍ عَبْدَهُ بِأَمَانِ
لاَ تَخْشَ مِنْ كَيْدِ الْعَدُوِّ وَمَكْرِهِمْ فَقِتَالُهُمْ بِالزُّوْرِ وَالْبُهْتَانِ
فَجُنُوْدُ أَتْبَاعِ الرَّسُوْلِ مَلاَئِكٌ وَجُنُوْدُهُمْ فَعَسَاكِرُ الشَّيْطَانِ
شَتَّانَ بَيْنَ الْعَسْكَرَيْنِ فَمَنْ يَكُنْ مُتَحَيِّزًا فَلْيَنْظُرِ الْفِئَتَانِ
 
Tegarlah dengan ucapan Rasul dan janganlah khawatir
Karena sedikitnya kawan dan teman.
Allah penolong agama-Nya dan kitab-Nya
Allah menjamin keamanan bagi hamba-Nya
Janganlah takut tipu daya musuh dan makar mereka
Karena senjata mereka hanyalah tuduhan dan kedustaan
Pasukan pengikut Rasul adalah para Malaikat
Adapun pasukan mereka adalah bala tantara setan
Alangkah jauh perbedaan antara dua pasukan tersebut
Barang siapa mundur, maka hendaknya melihat dua pasukan tersebut.
 
Diringkas dari artikel yang ditulis oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mokhtar As-Sidawi

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat..!
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: @NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat