بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#SifatPuasaNabi

#SeriPuasaRamadan

 

APAKAH BOLEH BAGI ORANG SAKIT  UNTUK TIDAK PUASA?

Pertanyaan:

Pada salah satu hari di bulan Ramadan dia sakit. Apakah boleh baginya untuk tidak puasa?

Jawaban:

Boleh. Namun mesti dilihat terlebih dulu, sakit macam apa yang dia alami. Apabila sakitnya ringan, maka dia tetap harus puasa. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan:

قَالَ أَصْحَابُنَا: وَأَمَّا الْمَرَضُ الْيَسِيرُ الَّذِي لا يَلْحَقُ بِهِ مَشَقَّةٌ ظَاهِرَةٌ لَمْ يَجُزْ لَهُ الْفِطْرُ بِلا خِلَافٍ عِنْدَنَا

“Berkata Ulama madzhab kami: ‘Sakit ringan pada seseorang yang tidak menyebabkan kesulitan berarti, tidak membuat seseorang boleh berbuka. Tidak ada perselisihan di kalangan Ulama Syafi’iyah terkait masalah ini’.” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, VI/262)

Serupa dengan keterangan di atas, asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih al-Utsaimiin rahimahullah berkata:

ألا يتأثر بالصوم، مثل الزكام اليسير، أو الصداع اليسير، أو وجع الضرس، وما أشبه ذلك، فهذا لا يحل له أن يفطر، وإن كان بعض العلماء يقول: يحل له لعموم الآية {وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا} [البقرة: ١٨٥] ولكننا نقول: إن هذا الحكم معلل بعلة، وهي أن يكون الفطر أرفق به فحينئذ نقول له الفطر، أما إذا كان لا يتأثر فإنه لا يجوز له الفطر ويجب عليه الصوم.

“Orang sakit yang kondisinya tidak terpengaruh lantaran berpuasa, tidak halal baginya untuk berbuka. Seperti flu ringan, sakit kepala ringan, atau sakit gigi. Meski sebagian ulama memandang, bahwa sakit ringan pun tetap boleh tidak puasa, berdasarkan pada cakupan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ

“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.” (QS. al-Baqarah: 185)

Namun kami katakan: ‘Sesungguhnya hukum ini dilandasi dengan suatu sebab’, yaitu, apabila tidak puasa itu lebih sesuai dengan keadaannya, pada kondisi demikian silakan dia berbuka. Adapun jika sakitnya tidak memberikan pengaruh baginya (puasa atau tidak sama saja -pent), maka dia tidak boleh buka dan wajib atasnya untuk berpuasa.” (asy-Syarh al-Mumti’: VI/341)

Sedang jika sakitnya memang berat, dalam kondisi demikian boleh baginya untuk tidak puasa, berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang telah dibawakan di atas (al-Baqarah: 185). Imam Nawawi rahimahullah berkata:

الْمَرِيضُ الْعَاجِزُ عَنْ الصَّوْمِ لِمَرَضٍ يُرْجَى زَوَالُهُ لا يَلْزَمُهُ الصَّوْمُ وَيَلْزَمُهُ الْقَضَاءُ لِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ ، وَهَذَا إذَا لَحِقَهُ مَشَقَّةٌ ظَاهِرَةٌ بِالصَّوْمِ وَلا يُشْتَرَطُ أَنْ يَنْتَهِيَ إلَى حَالَةٍ لا يُمْكِنُهُ فِيهَا الصَّوْم

“Orang sakit yang tidak mampu berpuasa, dengan jenis sakit yang memungkinkan untuk sembuh, tidak wajib berpuasa dan kewajibannya ialah qadha. Ini jika sakitnya memang membuat dia merasakan kesusahan yang nampak. Dan tidak harus sampai tidak bisa berpuasa sama sekali (baru boleh tidak puasa -pent).” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, VI/261)

Sumber:  Berbagai kitab hadis dan fikih yang tersebut di atas.

Rangkaian tulisan seputar puasa dalam Majmu’ah al-Mubarakah ini dikumpulkan oleh: Abdush Shamad Tenggarong -Semoga Allah menjaganya dan meluruskan tiap langkahnya-

 

Sumber: http://nasehatetam.com/read/309/asal-sakit-boleh-nggak-puasa#sthash.szlxp1eD.dpuf