بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
APA MAKSUD HADIS MUTTAFAQ ‘ALAIH?
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Istilah Muttafaq ‘alaihi gabungan dari frasa muttafaq (متفق) yang artinya disepakati, dan frasa ‘alaih (عليه) yang artinya atasnya. Sehingga gabungan dari dua frasa ini, Muttafaq ‘alaihi artinya sesuatu yang disepakati.
Mengingat istilah ini digunakan dalam ilmu hadis, maka hadis Muttafaq ‘alaih artinya hadis yang disepakati kesahihannya.
Ada tiga penggunaan istilah Muttafaq ‘alaih yang disampaikan para ulama:
Pertama: Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kitab sahih merka.
Dan riwayat Bukhari – Muslim bisa disebut Muttafaq ‘alaih jika memenuhi tiga syarat:
• Hadisnya sama, meskipun redaksinya berbeda
• Sahabat yang meriwayatkan sama
• Disebutkan dalam kitab sahihnya. Jika diriwayatkan Bukhari di kitabnya yang lain seperti kitab Adabul Mufrad, kitab Tarikh atau yang lainnya, maka tidak berlaku istilah Muttafaq ‘alaih.
Istilah inilah yang digunakan oleh umumnya ulama hadis Mutaakhirin.
Kedua: Hadis yang diriwayatkan tiga imam, Bukhari, Muslim dalam kitab sahihnya dan imam Ahmad dalam al-Musnad.
Ini merupakan istilah yang digunakan Majduddin Abul Barakat Abdus Salam dalam kitabnya Muntaqa al-Akhbar [Al-Muntaqa fi al-Ahkam as-Syar’iyah min kalam Khoiril Bariyah]. Kitab ini diberi penjelasan as-Syaukani menjadi kitab tebal berjudul Nailul Authar.
Di mukadimahnya dinyatakan:
والعلامة لما رواه البخاري ومسلم أخرجاه . ولبقيتهم رواه الخمسة . ولهم سبعتهم رواه الجماعة . ولأحمد مع البخاري ومسلم متفق عليه
“Tanda untuk riwayat Bukhari dan Muslim dengan istilah ‘Akhrajahu’, untuk riwayat selain dua orang ini (Ahmad, Nasai, Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majah) dengan istilah Rawahul Khamsah. Dan jika diriwayatkan tujuh perawi (Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasai, Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majah) dengan istilah Rawahul Jamaah. Dan untuk riwayat Ahmad, Bukhai, dan Muslim dengan istilah Muttafaq ‘alaih.” [Nailul Authar, 1/1]
Ketiga: Hadis yang sanadnya sahih, perawinya bebas dari cacat dan penilaian negatif dari para ulama, meskipun tidak diriwayatkan Bukhari, Muslim, maupun Imam Ahmad. Dengan kata lain, hadis yang disepakati sahih menurut para ulama ahli hadis, meskipun tidak diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
Ulama yang menggunakan istilah Muttafaq ‘alaih dengan makna seperti di atas adalah al-Hafidz Abu Nua’im dalam kitabnya Hilyah al-Auliya.
Syarafuddin Ali bin al-Mufadhal memberikan pejelasan penggunaan istilah Muttafaq ‘alaih menurut Abu Nuaim:
لم يعن أبو نعيم بقوله المشار إليه (متفق عليه) اتفاق البخاري ومسلم رحمة الله عليهما على إخراجه في كتابيهما ، وإنما أراد به سلامة رجاله من الخلل وعدم الطعن فيه بعلة من العلل , فيما يظهر لي
“Yang dimaksud Abu Nuaim dengan istilah yang beliau sampaikan, ‘Muttafaq ‘alaih’ adalah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kitab sahihnya. Namun yang beliau maksud adalah hadis yang perawinya selamat dari celah kekurangan dan tidak ada celaan dengan illah (cacat), menurut yang saya tahu. [Al-Arba’un ‘ala at-Thabaqat, hlm. 457]
Demikian, semoga semakin mendekatkan kita dengan suasana ilmu mustholah hadis.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/28530-makna-hadis-muttafaq-alaih.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment