بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
ADAKAH ZIKIR SETIAP SELESAI DUA RAKAAT ATAU EMPAT RAKAAT TARAWIH
>> Doa antara dan setelah Salat Tarawih
 
Adakah zikir, doa, atau bacaan tertentu di antara Salat Tarawih? Ada sebagian jamaah yang mengamalkan bacaan antara duduk istirahat pada Salat Tarawih selesai dua atau empat rakaat, “Asyhadu alla ilaha illallah, astaghfirullah, as-alukal jannah wa a’udzu bika minan naar.”
 
Perlu dipahami, bahwa zikir adalah bagian dari ibadah. Hukum asal ibadah adalah haram hingga datangnya dalil. Ada kaidah fikih yang cukup makruf di kalangan para ulama:
“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).”
 
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil).” [Fath Al-Bari, 2: 80]
 
Syekh Muhammad Al-‘Abdari yang dikenal dengan nama Ibnul Hajj dalam kitabnya Al-Madkhol menyatakan:
“Hendaknya para imam menjauhi zikir yang tidak ada tuntunan, yang ada setiap dua kali salam dari Salat Tarawih. Hendaklah pula tidak mengangkat suara zikir ketika itu, atau zikir tersebut dilakukan secara berjamaah dengan satu suara. Semua ini adalah perkara yang tidak dituntunkan.
 
Begitu pula termasuk yang dilarang bagi muazin adalah meneriakkan “Ash-shalaatu yarhamukumullah” (Mari salat, wahai para jamaah yang dirahmati oleh Allah) setelah dua kali salam dari Salat Tarawih. Perkara ini juga tidak ada tuntunannya. Membuat suatu perkara baru yang tidak ada tuntunannya dalam agama jelas tidak dibolehkan. Sebaik-baik petunjuk yang harus diikuti adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian petunjuk Khulafaur Rasyidin, dan petunjuk para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Tidak ada juga salah seorang ulama yang dijadikan teladan di masa silam yang mengajarkan seperti itu.” [Al-Madkhol, 2: 293-294]
 
Diterangkan pula oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid rahimahullah, bahwa tidak boleh seseorang membuat zikir-zikir baru yang tidak dituntunkan, yang dilakukan bersama ibadah, baik dilakukan sebelum atau sesudahnya. Kita tahu bersama, bahwa Nabi ﷺ pernah melakukan salat malam bersama para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Lalu sahabat melakukan salat malam tersebut sendiri-sendiri, ada pula yang berjamaah, baik di zaman Nabi ﷺ masih hidup atau telah meninggal dunia. Tidak diketahui kalau mereka ketika itu membaca zikir-zikir tertentu setiap salam dari salat malam tersebut.
 
Tidak adanya nukilan dari para ulama di kalangan sahabat, begitu pula ulama setelahnya untuk zikir berjamaah di antara rakaat-rakaat Salat Tarawih menunjukkan, bahwa zikir seperti itu TIDAK ADA. Karena zikir seperti itu jika ada, akan diketahui terang-terangan oleh mereka. Kalau ada tuntunan, tentu akan sampai pada kita. Sebaik-baik cara beragama adalah mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dan petunjuk para sahabat. Ibadah yang mereka lakukan, kita lakukan. Yang mereka tinggalkan, kita pun meninggalkannya. [Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab 50718]
 
Begitu pula kalau kita lihat praktik yang ada di tanah suci, setiap kali Salat Tarawih mereka tidak membaca bacaan tersebut seperti di negeri kita. Apakah mereka para imam di dua kota suci Makkah dan Madinah tidak tahu akan hal itu, sedangkan kita orang Indonesia lebih tahu?
 
Kesimpulannya, TIDAK ADA bacaan khusus di Salat Tarawih antara duduk istirahat. Yang ada bacaan khusus hanyalah setelah Witir.
 
Zikir Setelah Salat Witir
 
Ada dua zikir yang bisa diamalkan sebagai berikut:
 
1.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
“Subhaanal malikil qudduus (dibaca tiga kali. Artinya: Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan).” [HR. Abu Daud no. 1430, An-Nasai no. 1735, dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini Sahih]
 
 
2.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
 
“Allahumma inni a’udzu bi ridhaoka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik” (dibaca satu kali. Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri. [HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An-Nasa’i no. 1748 dan Ibnu Majah no. 1179. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini Sahih]
 
Cara Baca “Subhaanal Malikil Qudduus”
 
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata:
 
فَإِذَا فَرَغَ قَالَ عِنْدَ فَرَاغِهِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يُطِيلُ فِي آخِرِهِنَّ
 
“Jika Rasulullah ﷺ telah selesai dari Witirnya, beliau membaca “Subhaanal malikil qudduus (sebanyak tiga kali)”, beliau memanjangkan di akhirnya.” [HR. An-Nasa’i no. 1700, Ibnu Majah no. 1182. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini Sahih]
 
Dari Ibnu ‘Abdirrahman bin Abza, dari bapaknya, ia berkata:
 
وَكَانَ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثًا وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالثَّالِثَةِ
 
“Jika mengucapkan salam, Nabi ﷺ membaca: “Subhaanal malikil qudduus” sebanyak tiga kali, lalu beliau mengeraskan suaranya pada ucapan yang ketiga.” [HR. An-Nasa’i no. 1733 dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini sahih]
 
Cara membacanya:
 
• Mengeraskan bacaan terakhir berbeda dengan bacaan “subhaanal malikil qudduus” di pertama dan kedua.
• Memanjangkan bacaan “qudduus” dengan empat atau enam harakat.
 
 
Sumber:
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
ADAKAH ZIKIR SETIAP SELESAI DUA RAKAAT ATAU EMPAT RAKAAT TARAWIH?