#Dakwah_Tauhid

TAUHID SESUAI DENGAN FITRAH DAN AKAL SEHAT

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا

“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu (satu-satunya yang pantas disembah)?’ Mereka menjawab: ‘Betul, kami bersaksi’.” [Al-A’rof: 172]

#Beberapa_Pelajaran:

Pertama: Tauhid adalah Tabiat Dasar Manusia

Ayat yang mulia ini menunjukkan, bahwa fitrah, tabiat dasar manusia diciptakan dalam keadaan beriman kepada Allah ta’ala sebagai satu-satunya Rabb yang pantas disembah. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thobari rahimahullah berkata:

يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: واذكر يا محمد ربَّك إذ استخرج ولد آدم من أصلاب آبائهم، فقرَّرهم بتوحيده، وأشهد بعضهم على بعض شهادَتَهم بذلك، وإقرارَهم به

“Allah ta’ala dzikuruhu berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad ﷺ: Wahai Muhammad, ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan anak Adam (manusia) dari sulbi orang tua mereka, maka Allah menetapkan bagi mereka kewajiban menauhidkan-Nya, dan Allah memersaksikan antara mereka satu dengan yang lainnya, atas persaksian dan pengakuan mereka tersebut.” [Tafsir Ath-Thobari, 13/222]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ اسْتَخْرَجَ ذُرِّيَّةَ بَنِي آدَمَ مِنْ أَصْلَابِهِمْ، شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّ اللَّهَ رَبُّهُمْ وَمَلِيكُهُمْ، وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كَمَا أَنَّهُ تَعَالَى فَطَرَهُمْ عَلَى ذَلِكَ وَجَبَلَهُمْ عَلَيْهِ

“Allah ta’ala mengabarkan, bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi-sulbi mereka dalam keadaan bersaksi atas diri-diri mereka sendiri, bahwa Allah adalah Rabb dan Penguasa mereka, dan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Dia, sebagaimana Allah telah menciptakan fitrah dan menetapkan tabiat dasar mereka dalam keadaan menauhidkan-Nya.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/500]

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

أَخذ الله الْمِيثَاق من ظهر آدم بنعمان يَعْنِي عَرَفَة فَأخْرج من صلبه كل ذُرِّيَّة ذَرَاهَا فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قِبَلًا قَالَ: أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غافلين أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ المبطلون

“Allah telah mengambil perjanjian dari punggung Adam di Na’man (Arafah). Maka Allah mengeluarkan dari sulbinya setiap keturunan yang Allah ciptakan (sampai Hari Kiamat), lalu Allah menebarkannya di hadapannya seperti semut-semut, kemudian Allah berbicara di hadapan mereka:

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غافلين أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ المبطلون

“Bukankah Aku ini Rabb-mu (satu-satunya yang pantas disembah)?” Mereka menjawab: “Betul, kami bersaksi”. (Kami (Allah) lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”, atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah memersekutukan Rabb sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” (Al-A’raf: 172-173).” [HR. Ahmad dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 1623]

Al-‘Allamah Ali Al-Qori rahimahullah berkata:

الْإِقْرَارِ بِالرُّبُوبِيَّةِ، وَالِاعْتِرَافِ بِالْعُبُودِيَّةِ

“(Perjanjian mereka adalah) persaksian keimanan terhadap rububiyah Allah, dan pengakuan keimanan terhadap kewajiban beribadah hanya kepada-Nya.” [Al-Mirqoh, 1/196]

Kedua: Penegasan Bahwa Tauhid adalah Fitrah Manusia

Allah tabaraka wa ta’ala juga menegaskan pada ayat yang lain, bahwa tauhid adalah fitrah manusia:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Rum: 30]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

يَقُولُ تَعَالَى: فَسَدِّدْ وَجْهَكَ وَاسْتَمَرَّ عَلَى الَّذِي شَرَعَهُ اللَّهُ لَكَ، مِنَ الْحَنِيفِيَّةِ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ، الَّذِي هَدَاكَ اللَّهُ لَهَا، وَكَمَّلَهَا لَكَ غَايَةَ الْكَمَالِ، وَأَنْتَ مَعَ ذَلِكَ لَازِمْ فِطْرَتَكَ السَّلِيمَةَ، الَّتِي فَطَرَ اللَّهُ الْخَلْقَ عَلَيْهَا، فَإِنَّهُ تَعَالَى فَطَرَ خَلْقَهُ عَلَى مَعْرِفَتِهِ وَتَوْحِيدِهِ، وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ غَيْرَهُ، كَمَا تَقَدَّمَ عِنْدَ قَوْلِهِ تَعَالَى: وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى

“Allah ta’ala mengatakan: Maka luruskan wajahmu dan teruslah mengamalkan yang Allah syariatkan untukmu, yaitu Al-Hanifiyyah (beribadah hanya kepada Allah ta’ala) yang merupakan agama Ibrahim, agama yang Allah berikan hidayah kepadamu dan menyempurnakannya untukmu dengan setinggi-tingginya. Bersamaan dengan itu, tetaplah pada fitrahmu yang bersih, yang Allah ciptakan makhluk menurut fitrah itu, karena sesungguhnya Allah menciptakan makhluk dalam keadaan mengenal-Nya dan menauhidkan-Nya, dan mengimani, bahwa tiada yang berhak disembah selain Dia, sebagaimana telah lewat penjelasan firman Allah ta’ala:

وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا

“Dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabb-mu (satu-satunya yang pantas disembah)?” Mereka menjawab: “Betul, kami bersaksi”.” (Al-A’rof: 172).” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/313]

Ketiga: Syirik adalah Pencemaran Terhadap Fitrah Yang Suci

Ayat yang mulia ini mengingatkan bahaya syirik, bahwa syirik adalah penyimpangan dari fitrah yang suci lagi bersih, serta akal yang sehat dan menuruti ajakan setan. Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata:

“Adapun syirik adalah perbuatan yang keluar dan menyimpang dari fitrah. Oleh karena itu terdapat sebuah Hadis Qudsi dalam Shahih Muslim, Allah ta’ala berfirman:

وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ

“Dan aku menciptakan hamba-hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan hunafa’ (berpaling dari syirik dan menauhidkan Allah), dan sesungguhnya setan-setan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.” (HR. Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i radhiyallahu’anhu)

‘Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ maknanya di atas fitrah, yaitu tauhid. Namun setan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka. Artinya menyesatkan mereka dari agama (tauhid) mereka.” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 11-12]

Syirik Tidak Sesuai dengan Akal Sehat

Tauhid sesuai dengan akal yang sehat, dan syirik adalah penyimpangan dari akal yang sehat. Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata:

“Adapun kesesuaian tauhid dengan akal yang sehat adalah karena akal yang sehat, yang belum tersesat dan belum menyimpang, tidak akan pernah rida terhadap selain tauhid, dan tidak akan pernah menerima kecuali tauhid. Adakah orang yang memiliki akal yang sehat meridai berbilangnya Sesembahan?! Atau bergantung kepada kubah-kubah dan tanah kuburan yang disembah?!

أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ

“Manakah yang baik, Sesembahan-Sesembahan yang bermacam-macam itu, ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Tidaklah yang kamu sembah selain Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu.” (Yusuf: 39-40).” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 13]

Keempat: Jagalah Tauhid dengan Ilmu, Agar Tetap di Atas Fitrah

Ayat yang mulia ini juga memeringatkan umat manusia untuk menjaga tauhid, dan hendaklah waspada dari tipu daya setan yang akan terus berusaha menjerumuskan manusia ke dalam syirik dan kufur. Oleh karena itu sangat penting bagi manusia untuk menuntut ilmu agama, terutama ilmu tauhid. Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

فَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَ بَنِي آدَمَ، وَفَطَرَهُمْ عَلَى قَبُولِ الْإِسْلَامِ، وَالْمَيْلِ إِلَيْهِ دُونَ غَيْرِهِ، وَالتَّهَيُّؤِ لِذَلِكَ، وَالِاسْتِعْدَادِ لَهُ بِالْقُوَّةِ، لَكِنْ لَا بُدَّ لِلْعَبْدِ مِنْ تَعْلِيمِ الْإِسْلَامِ بِالْفِعْلِ، فَإِنَّهُ قَبْلَ التَّعْلِيمِ جَاهِلٌ لَا يَعْلَمُ شَيْئًا كَمَا قَالَ عَزَّ وَجَلَّ: {وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا} وَقَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى}، وَالْمُرَادُ: وَجَدَكَ غَيْرَ عَالِمٍ بِمَا عَلَّمَكَ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ

“Sungguh Allah telah menciptakan anak Adam dan menetapkan fitrah mereka dalam keadaan siap menerima Islam, condong kepadanya, tidak kepada selainnya, cenderung kepadanya, dan siap menerimanya dengan kekuatan. Akan tetapi harus disertai dengan usaha menuntut ilmu Islam, karena sebelum belajar ia adalah orang bodoh yang tidak mengetahui apa pun, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.” (An-Nahl: 78)

Dan firman Allah ta’ala kepada Nabi-Nya ﷺ:

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى

“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang tidak mendapat petunjuk, lalu Dia memberikan petunjuk (kepadamu).” (Adh-Dhuhaa: 7)

Maksudnya, Dia mendapatimu sebagai orang yang tidak berilmu tentang apa yang Dia ajarkan kepadamu, yaitu Alquran dan As-Sunnah, sebagaimana firman-Nya:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apa itu Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apa itu iman.” (Asy-Syuro: 52).” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/39]

Kelima: Peringatan Keras untuk Setiap Orang Tua fan Pendidik

Ayat yang mulia ini juga mengandung peringatan keras bagi setiap orang tua dan pendidik untuk menjaga tauhid anak keturunan mereka. Karena bisa jadi orang terdekat yang paling menyayangi seorang anak justru menjadi setan-setan yang menyesatkan, sadar atau tidak. Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata:

“Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis tersebut:

فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.”

Beliau tidak berkata:

أَوْ يُسَلمانِهِ

“Atau menjadikannya seorang Muslim (bertauhid)”.

Sebab ia telah tumbuh dan terlahir di atas fitrah (tauhid). Maka tauhid adalah agama fitrah. Adapun kesyirikan dan kebatilan serta kesesatan yang lainnya, semua itu bertentangan dan berseberangan dengan fitrah manusia.” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 13]

Renungan Untuk Orang Yang Berakal: Patutkah Kamu Menyembah Selain Allah?!

Dosa Syirik, menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu meyakini ada selain Allah yang patut disembah atau memersembahkan satu bentuk ibadah kepada selain Allah ta’ala, bukan saja dosa terbesar yang TIDAK terampuni, tetapi sekaligus pelecehan kepada Allah tabaraka wa ta’ala, dan kepada akal sehat pelakunya sendiri.

Mengapa Syirik Itu Pelecehan kepada Allah Ta’ala?

Karena hakikat syirik adalah menyamakan Allah ta’ala yang Maha Perkasa, Maha Suci, Maha Kuasa, Maha Baik dan Pemilik semua sifat kesempurnaan, dengan makhluk yang lemah lagi hina, serta tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan apa-apa untuk memberi manfaat atau menimpakan mudarat kepada para penyembahnya, tidak pula bisa menciptakan rezeki dan memberi kenikmatan kepada mereka.

Allah ta’ala telah membuat perumpamaan antara Dia sebagai Sesembahan yang benar dan makhluk-makhluk yang dianggap Sesembahan oleh manusia:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لاَّ يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah (dalam ibadahmu) sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal (keagungan) Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [Al-Hajj: 73-74]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

أَخْبَرَ تَعَالَى أَنَّهُ لَوِ اجْتَمَعَتْ آلِهَتُهُمْ كُلُّهَا، مَا اسْتَطَاعُوا خَلْقَ ذُبَابَةٍ، بَلْ لَوِ أستَلبتهم الذُّبَابَةُ شَيْئًا مِنْ حَقير الْمَطَاعِمِ وَطَارَتْ، لَمَا اسْتَطَاعُوا إِنْقَاذَ ذَلِكَ مِنْهَا، فَمَنْ هَذِهِ صِفَتُهُ وَحَالُهُ، كَيْفَ يُعْبَدُ لِيَرْزُقَ وَيُسْتَنْصَرُ؟ وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: {لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ} أَيْ: بَلْ هُمْ مَخْلُوقُونَ مَصْنُوعُونَ كَمَا قَالَ الْخَلِيلُ: قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Allah ta’ala mengabarkan bahwa, andaikan seluruh Sesembahan selain Allah bersatu untuk menciptakan seekor lalat, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Bahkan jika seekor lalat merampas sedikit makanan dari mereka dan terbang kembali, niscaya mereka tidak akan sanggup menyelematkan makanan tersebut darinya. Maka makhluk yang sangat lemah pada sifat dan keadaannya ini, bagaimana mungkin disembah agar ia memberi rezeki dan dimintai pertolongan…?!

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ

“(Dan patung-patung yang mereka sembah selain Allah) tidak dapat membuat sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.” (An-Nahl: 19)

Maknanya: Bahkan mereka adalah makhluk yang dibuat-buat, sebagaimana ucapan Al-Khalil (Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam, kepada para penyembah patung):

قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Beliau berkata: Apakah patut kamu menyembah patung yang kamu pahat sediri, padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan…!?” (Ash-Shofat: 95-96) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/529]

Mengapa Syirik Itu Pelecehan terhadap Akal Sehat?

Karena orang yang punya akal sehat tidak mungkin menuhankan makhluk-makhluk yang lemah lagi hina, serta tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan apa pun. Bahkan yang lebih bodoh lagi, sebagian orang menjadikan benda-benda mati dan makhluk-makhluk yang lebih lemah dari mereka sebagai Sesembahan, seperti kuburan-kuburan dan patung-patung, yang mereka buat sendiri atau dibuat orang lain.

Maka lihatlah dalam sejarah umat manusia, bagaimana Allah ta’ala menghancurkan patung-patung tersebut. Adakah mereka sanggup membela diri…!?

Lihatlah tatkala Allah ta’ala memusnahkan para penyembahnya, adakah ‘Tuhan-Tuhan’ mereka itu bisa melindungi dan memberi manfaat kepada mereka, walau sedikit saja…!?

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ

“Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?” [Al-Anbiya’: 66]

Allah ta’ala juga berfirman:

قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً

“Katakanlah: Panggillah mereka yang kamu anggap Sesembahan selain Allah. Maka mereka tidak memunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu, dan tidak pula memindahkannya.” [Al-Isra’: 56]

Allah ta’ala juga berfirman:

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا

“Dan mereka menjadikan Sesembahan-Sesembahan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tidak mampu menciptakan apa pun, bahkan Sesembahan-Sesembahan itu sendiri adalah makhluk yang diciptakan, dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya, dan tidak kuasa pula memberikan sesuatu kemanfaatan pun, dan (juga) tidak kuasa mematikan dan menghidupkan, dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al-Furqon: 3]

Allah ta’ala juga berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ

“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka sedikit pun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit jua pun).” [An-Nahl: 73]

Allah ta’ala juga berfirman:

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

“Apakah mereka memersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun. Berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” [Al-A’rof: 190-191]

Allah ta’ala juga berfirman:

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dia (Allah) yang memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian adalah Allah Rabb-mu, kepunyaan-Nya lah Kerajaan. Dan orang-orang yang kamu sembah selain Allah tiada memunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. Jika kamu berdoa kepada mereka, maka mereka tiada mendengar doamu. Dan kalau mereka mendengar pun, mereka tidak dapat memerkenankan permintaanmu. Dan di Hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh Allah yang Maha Mengetahui.” [Fathir: 13-14]

Allah ta’ala juga berfirman:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ

“Katakanlah: Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Sesembahan) selain Allah. Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak memunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” [Saba’: 22]

[Disadur dari buku TAUHID, PILAR UTAMA MEMBANGUN NEGERI, Cet. Ke 2 1437 H, karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah]

 

Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/825294634286687:0