1. Nabi ﷺ menganjurkan puasa di hari Asyura adalah untuk bersyukur dan berbahagia atas agungnya nikmat Allah kepada Nabi Musa di hari itu. Mengapa kalian malah memeringatinya dengan kesedihan?!
“Saat Nabi ﷺ datang di Madinah, beliau mendapati Kaum Yahudi berpuasa di Hari Asyura. Maka beliau ﷺ bertanya kepada mereka: ‘Hari apakah ini, yang kalian berpuasa di dalamnya?’.
Mereka menjawab: ‘Ini adalah hari yang agung. Di dalamnya Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Maka Musa pun berpuasa untuk MENSYUKURINYA, maka kami berpuasa di dalamnya’.
Kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan: ‘Kami lebih berhak dan lebih pantas MENGIKUTI Musa daripada kalian!’ Maka Rasulullah ﷺ berpuasa di dalamnya, dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa di dalamnya”. [HR. Muslim: 1130]
2. Jika mereka mengatakan, kami memeringati kematian Husein di Karbala pada hari itu.
Kita katakan: Jika setiap imam yang mati diperingati hari wafatnya, mengapa kalian tidak memeringati hari wafatnya Nabi ﷺ, hari wafatnya Ali, Hasan, dan imam-imam kalian lainnya, sebagaimana cara kalian memeringati wafatnya Husein?!
Bahkan Ali bin Abi Tholib juga wafatnya secara syahid dan dibunuh dengan kejam, namun Hasan dan Husein tidak pernah memeringati hari wafat ayahnya dengan kesedihan sebagaimana kalian.
3. Jika mereka mengatakan: karena Husein dibunuh dengan cara sadis.
Kita katakan: Bukankah Hamzah bin Abdul Muttolib juga dibunuh di peperangan? Ia juga dimutilasi dengan sadis setelahnya. Mengapa Nabi ﷺ tidak memeringati hari wafatnya dengan kesedihan?! Bahkan kalian juga tidak memeringati hari wafatnya dengan kesedihan dan melukai badan?!
Wahai Kaum Syiah,
Berpikirlah dengan hati nurani kalian saat menyaksikan ritual menyakiti tubuh, menampar pipi, memukul dada dst…
Dan tanyalah diri Anda, pantaskah itu sebagai Ajarannya Nabi Muhammad ﷺ yang diutus sebagai RAHMATAN LIL ALAMIN?!
Semoga Allah mengembalikan kalian kepada Ajaran Nabi-Nya yang benar.