“Dan kalian tidak dapat menghendaki (sesuatu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan Semesta Alam.” [QS. At-Takwiir: 29]
Tugas manusia adalah berusaha melakukan sebab yang bermanfaat. Jika berhasil, maka ia masih memiliki tugas bersyukur. Dan jika tidak berhasil, maka ia juga memiliki tugas bersabar, serta melakukan sebab baru yang bermanfaat sesuai dengan tuntutan peribadatan kepada Allah taala. Dengan demikian, masalah hasil bukanlah urusan manusia. Jika ia sudah bertakwa dan berusaha dengan baik secara maksimal, pastilah kebaikan yang didapatkannya, terlepas apakah keinginannya terpenuhi atau tidak!
Hal ini karena bersyukur saat mendapatkan nikmat itu kebaikan, sebagaimana bersabar saat mendapatkan musibah itu juga kebaikan.
Jadi manusia adalah hamba Allah dalam setiap keadaan. Saat senang maupun sedih tetap tertuntut untuk menghamba kepada-Nya saja! Saat seseorang mendapatkan nikmat Tuhannya adalah Allah. Begitu pula saat ia tertimpa musibah, Tuhannya tetaplah Allah. Sehingga ia tetap tertuntut untuk menghamba kepada-Nya, sesuai dengan apa yang Dia kehendaki dalam Syariat-Nya pada setiap keadaan.
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Al-Wabilush Shayyib menjelaskan kunci kebahagiaan manusia:
اذا أنعم عليه شكر وإذا ابتلى صبر وإذا أذنب استغفر فان هذه الامور الثلاثة عنوان سعادة العبد
“Jika ia mendapatkan nikmat, maka ia bersyukur. Jika diuji dengan musibah, ia bersabar. Dan jika berdosa, ia pun istighfar. Tiga perkara ini adalah kunci kebahagiaan seorang hamba”.