بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

TIGA CARA PANDANG KAUM MUSLIMIN MENGHADAPI HARGA BARANG YANG MELAMBUNG TINGGI

1. Bahwa kenaikan harga barang merupakan ketetapan Allah

Fenomena kenaikan harga barang bahkan pernah terjadi di zaman Nabi ﷺ. Disebutkan dalam riwayat, bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi ﷺ dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan:

يا رسول الله غلا السعر فسعر لنا

“Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik. Maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang.”

Mendengar pengaduan ini, Nabi ﷺ menjawab:

إن الله هو المسعر القابض الباسط الرازق وإني لآرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطلبني بمظلمة في دم أو مال

“Sesungguhnya Allah adalah Zat yang menetapkan harga, menyempitkan dan melapangkan rezeki, dan Pemberi rezeki.
Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku, disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” [HR. Ahmad 12591, Abu Daud 3451, Turmudzi 1314, Ibnu Majah 2200, dan disahihkan Al-Albani]

Kita bisa perhatikan, ketika Rasulullah ﷺ mendapat laporan tentang kenaikan harga, yang beliau lakukan bukan menekan harga barang, namun beliau ingatkan para sahabat tentang takdir Allah, dan Allah yang menetapkan harga. Dengan demikian mereka akan menerima kenyataan dengan yakin, dan tidak terlalu bingung dalam menghadapi kenaikan harga. Apalagi harus stres atau bahkan bunuh diri.

2. Kenaikan harga barang, tidak memengaruhi rezeki seseorang

Bagian penting yang patut kita yakini, bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah. Jatah rezeki yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.

Allah ﷻ menyatakan:

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi. Tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya, lagi Maha Melihat.” [QS. As-Syura: 27]

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:

أي: ولكن يرزقهم من الرزق ما يختاره مما فيه صلاحهم، وهو أعلم بذلك فيغني من يستحق الغنى، ويفقر من يستحق الفقر.

“Maksud ayat, Allah memberi rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu. Sehingga Allah memberikan kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah menjadikan miskin sebagian orang yang layak untuk miskin.” [Tafsir Alquran al-Adzim, 7/206]

Terkait dengan hal ini, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai mereka merasa rezekinya terlambat atau jatah rezekinya seret. Beliau ﷺ bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati, sampai sempurna jatah rezekinya. Karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat, dan bertakwalah kepada Allah. Wahai sekalian manusia, carilah rezeki dengan baik. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram.” [HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, disahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi]

Satu catatan yang penting dipahami, hadis ini bukan untuk memotivasi agar kita tidak bekerja, atau meninggalkan aktivitas mencari rezeki.

Nabi ﷺ mengingatkan demikian, tujuannya agar manusia tidak terlalu ambisius dengan dunia, sampai harus melanggar yang dilarang syariat. Kemudian ketika terjadi musibah, manusia tidak sedih yang berlebihan, apalagi harus stres.

3. Ulama zaman dahulu tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 Dinar

Di masa silam, terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi. Mereka pun mengadukan kondisi ini kepada salah seorang ulama di masa itu. Kita lihat bagaimana komentar beliau:

والله لا أبالي ولو أصبحت حبة الشعير بدينار! عليَّ أن أعبده كما أمرني، وعليه أن يرزقني كما وعدني

“Demi Allah, saya tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 Dinar! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang Dia perintahkan kepadaku. Dan Dia akan menanggung rezekiku, sebagaimana yang telah Dia janjikan kepadaku.”

Allahu a’lam

 

(Fawaid Ammi Nur Baits hafidzahullah)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/21488-nasehat-ketika-terjadi-kenaikan-harga-barang.html

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

TIGA CARA PANDANG KAUM MUSLIMIN MENGHADAPI HARGA BARANG YANG MELAMBUNG TINGGI