بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#DakwahTauhid
#ManhajSalaf
TAATILAH PENGUASA! JANGAN DEMONSTRASI, JANGAN MEMBERONTAK
Murid Imam Ahmad itu Imam Bukhari, Imam Muslim, dan lain lain, dan dijuluki Imam Ahlus Sunnah Wal Jamaah, karena teguhnya pembelaan terhadap sunnah dari imam-imam lainnya. Dan beliau memilih SABAR terhadap kezaliman penguasa di zaman itu, walaupun puluhan ulama dibunuh, dan beliau sendiri di penjara dan dicambuk bertahun-tahun lamanya. Padahal murid dan pendukung beliau banyak. Jika ingin memberontak, tentulah sangat memungkinkan dan kekuatannya sangat mendukung.
Hal ini karena Nabi ﷺ bersabda:
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku, akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau ﷺ bersabda: ”Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847.
Apa hikhmahnya harus bersabar?
Karena kezaliman penguasa itu adalah mudhorot yang bersifat parsial, sementara pemberontakan membawa kemudhorotan yang merata terhadap negara itu, lebih parah dan lebih buruk hasilnya.
Sabarlah, karena itu adalah perintah utusan Allah, dan Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Lalu bagaimana mengubahnya?
Yaitu dengan petunjuk Nabi Rasulullah ﷺ di mana beliau ﷺ bersabda:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ
“Barang siapa ingin menasihati seorang penguasa, maka jangan ia tampakkan terang-terangan. Akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan penguasa tersebut dan menyendiri dengannya. Jika dengan itu, ia menerima (nasihat) darinya, maka itulah (yang diinginkan, red.). Dan jika tidak menerima, maka ia (yang menasihati) telah melaksanakan kewajibannya.” [Shahih, HR. Ahmad, Ibnu Abu ‘Ashim dan yang lain]
Atas dasar hadis itu, berarti penguasa memunyai perlakuan khusus ketika diingkari kemungkarannya atau diberi nasihat, demi kemaslahatan yang lebih besar.
Lebih lengkap:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…