بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#ManhajSalaf
#TidakDemonstrasi
TAAT KEPADA PEMERINTAH ITU ADALAH WAJIB, TERLEPAS DARI BAGAIMANA CARA TERPILIHNYA PEMIMPIN TERSEBUT
Wajib Hukumnya Taat Pada Pemerintah. Itu adalah Perintah Allah dan Rasul-Nya ﷺ
Allah memerintahkan agar kita menaati PENGUASA dan tidak menentangnya. Rasulullah ﷺ juga memerintahkan kita agar menaati PENGUASA, tidak menentangnya, sabar atas kezalimannya.
Dan penguasa Indonesia saat ini adalah pak Jokowi. Pak Jokowi saat ini sebagai ULIL AMRI Indonesia jadi wajib ditaati, karena beliau beragama Islam. Ini perintah Allah dan Rasul-Nya ﷺ. Jadi saya saat ini MENGIKUTI PERINTAH Allah dan Rasul-Nya ﷺ, agar menaati pemimpin yang berkuasa.
Wajibkah Taat Kepada Pemerintah?
Peranan pemerintah atau pemimpin sangatlah penting. Sebuah negara tidak akan tercapai kestabilannya, tanpa ada seseorang yang memimpin. Dan tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu Islam memerintahkan untuk taat kepada pemimpin, karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), maka akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Berikut kita simak sedikit pembahasan tentang wajibnya taat kepada pemerintah.
Pengertian Penguasa
Menurut para fuqaha kaum Muslimin, Al Hakim (Penguasa) adalah orang yang (dengannya terjaga) stabilitas sosial disuatu negei, baik ia mendapatkan kekuasaan dengan cara yang disyariatkan atau tidak, baik kekuasaan hukumnya menyeluruh semua negara kaum Muslimin, atau terbatas pada satu negeri saja [Majalah As-Sunnah edisi 06/x/1427H/2006M. Taat Kepada Umara’ Merupakan Kekuatan Umat hal-33].
Dalil-Dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Taat Kepada Pemerintah
Nash Alquran
Allah berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 59:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوااللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِيالْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, dan taatlah kalian kepada Rasul dan Ulil Amri kalian.”
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal: 46:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan taatlah kalian kepada Allah, dan janganlah kalian saling berselisih, karena akan menyebabkan kalian akan menjadi lemah dan hilang kekuatan, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Firman Allah dalam surat Ali Imran: 103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali agama Allah, dan janganlah kalian berpecah belah.” [Syarah Kasyfu Syubhat, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal 206-207, Media Hidayah Jogjakarta]
Hadis Rasulullah ﷺ
Disebutkan dalam Shahih Bukhri dan Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

بايعنا رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فقال فيما أخذ علينا أن بايعنا على السمع والطاعة في منشطنا ومكرهنا وعسرنا ويسرنا وأثرة علينا وأن لا ننازع الأمر أهله إلا أن تروا كفرا بواحا عندكم من الله فيه برهان

“Kami berbaiat kepada Rasulullah ﷺ untuk senantiasa mau mendengar dan taat kepada beliau dalam semua perkara, baik yang kami senangi ataupun yang kami benci, baik dalam keadaan susah atau dalam keadaan senang. Dan lebih mendahulukan beliau ﷺ atas diri-diri kami, dan supaya kami menyerahkan setiap perkara-perkara itu kepada ahlinya. Beliau ﷺ kemudian bersabda: ‘Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang nyata, dan bisa kau jadikan hujjah dihadapan Allah.’”
Beliau ﷺ juga bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ ، إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barang siapa yang melihat pada pemimpinnya suatu perkara (yang dia benci), maka hendaknya dia bersabar. Karena sesungguhnya, barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal saja kemudian dia mati,maka dia mati dalam keadaan jahiliyyah.” (HR. Bukhari)
Beliau ﷺ juga bersabda:

من خلع يدا من طاعة لقي الله يوم القيامة لا حجة له

“Barang siapa yang melepaskan tangan bai’atnya (memberontak), hingga tidak taat (kepada pemimpin) dia akan mememui Allah dalam keadaan tidak berhujjah apa-apa.” (HR. Muslim)
Beliau ﷺ juga bersabda:

اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِىٌّ

“Dengar dan taatlah kalian kepada pemimpin kalian, walaupun dia seorang budak Habsy.” (HR. Bukhari)
Beliau ﷺ juga bersabda:

على المرء المسلم السمع والطاعة فيما أحب وكره إلا أن يؤمر بمعصية فإن أمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة

“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin –red), baik dalam perkara yang ia sukai atau dia benci, kecuali dalam kemaksiatan. Apabila dia diperintah untuk maksiat, tidak boleh mendengar dan taat.” [Majalah As-Sunnah edisi 06/x/1427H/2006M. Taat Kepada Umara’ Merupakan Kekuatan Umat hal-33]
Perkataan Para Ulama
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: “Para fuqaha bersepakat atas wajibnya taat kepada imam yang Mutaghallib (berkuasa melalui perang , kudeta, atau cara represif lainnya, Pent.) [[Majalah As-Sunnah edisi 06/x/1427H/2006M. Taat Kepada Umara’ Merupakan Kekuatan Umat hal-33]
Imam Al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-Izz ad-Dimasqy rahimahullah (terkenal dengan ibnu Abil ‘Izz wafat th. 792 H), berkata: Hukum menaati ulil Amri adalah WAJIB (selama tidak dalam kemaksiatan), meskipun mereka berbuat zhalim. Karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka, akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezaliman mereka dapat melebur dosa-dosa, dan dapat melipat gandakan pahala. Karena Allah ’azza wajalla tidak akan menguasakan mereka atas diri kita, melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu tergantung amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampun, bertaubat dan memerbaiki amal perbuatan.
Imam Al-Barbahari rahimahullah (wafat tahun 329 H) dalam kitabnya Syarhus Sunnah berkata: “Jika engkau melihat seseorang mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah, bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu. Namun jika engkau melihat seseorang mendoakan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah.”
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jika aku memunyai doa yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.”  Ia ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut” Beliau berkata: “Apabila doa itu hanya aku tujukan untuk diriku sendiri, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku. Namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya.” [Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamajah, Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Syafi’i. babVI poin ke tujuh puluh lima : Ahlus Sunnah Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin,hal-573-576]
Kita memohon ampunan kepada Allah Ta’ala untuk seluruh kaum Muslimin dan menjadikan kita rakyat yang selalu bertakwa kepada-Nya dan taat kepada pemimpin. Kita juga memohon kepada Allah Ta’ala agar menjadikan para pemimin kaum Muslimin senantiasa berada dalam ketakwaan dan diberi kekuatan untuk memimpin negara dengan adil, terutama untuk presiden kita. Amin yaa mujiba saailiin
***
Muslimah.or.id
Penyusun: Ismianti Ummu Maryam
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
 
Sumber:
http://Muslimah.or.id/manhaj/wajibkah-taat-kepada-pemerintah.html